"inget, ini rahasia kita!. ngga ada yang boleh tau, sampai ini benar benar berakhir." ucap dikara dengan nafas menderu.
"kenapa? lo takut, atau karna ngerasa ngga akan seru lagi kalau ini sampai bocor. hm?." seringai licik terbit dari bibir lembab lengkara, pemuda 17 tahun yang kini sedang merengkuh pinggang gadis yang menjadi rivalnya selama 3 tahun.
Dan saat ini mereka sedang menjalin hubungan rahasia yang mereka sembunyikan dari siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mian Darika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SEBUAH PERUBAHAN
Sepulang dari sekolah, dikara langsung melangkah ke arah kamarnya. Gadis itu terlihat tidak sabar untuk membuka paket yang ia pesan sejak semalam, apa lagi isi paket itu berisi beberapa pasang baju yang akan ia pakai untuk daily.
Baju baju dengan potongan pendek yang ia beli akan di pakai mulai hari ini, dan sebagian baju kebesarannya akan di sumbang kan ke panti asuhan.
Tekad dikara sudah bulat, semua akan berubah sejak ucapannya pada marinka malam itu. Dia akan menepati ucapannya, untuk tidak lagi mengindah kan larangan dari orang tuanya.
"Sial, ternyata cocok juga!." Gumamnya cukup takjub melihat penampilan barunya, celana joger yang panjangnya semata kaki di padukan dengan crop top lengan panjang yang di bagian lehernya tampak melebar ke arah pundak . "Emang bener sih kata kae, gue harus pakai baju baju yang lagi trend sesekali. Dan sejauh ini, semua ngga ada yang ngecewain."
Setelah merapikan semuanya, dikara pun turun ke lantai utama. Gadis itu sedang bersiap untuk makan siang, dan setelahnya dia akan ke panti untuk membawa baju baju yang akan ia sumbang kan.
Di tengah tengah acara makannya, bi enduy muncul.
"Non, maaf ya kalau boleh bibi mau nanya." Paruh baya itu tampak ragu, namun dari wajahnya terpancar sebuah kecemasan.
"Tanya apa bi, duduk dulu jangan berdiri kayak gitu." Dikara mempersilah kan, membuat bi enduy duduk di depannya.
"Mm...gini non, apa benar non kara mau pindah?. Bibi tadi dengar itu dari supir, katanya sebelum pulang ke sini non minta singgah ke apartemen dekat sekolah, dan kata supir non minta di bawain semua koper yang udah di beresin."
Dikara berhenti mengunyah, raut wajah bi enduy membuatnya ragu. Karna bagaimana pun selama ini kedekatannya dengan wanita itu bukan lagi hanya sekedar pembantu dan majikan, keduanya menyayangi satu sama lain selayaknya keluarga.
"Iya, aku bakalan pindah mulai besok. Tapi bibi tenang aja, pas weekend aku bakalan main ke sini kok sekalian nginep juga!."
"Non, non kara yakin?. Bibi khawatir kalau non tinggal jauh, gimana pun non kara ngga pernah tinggal sendiri kan." Asisten rumah tangga itu terlihat tak setuju dengan keputusan dikara, lebih tepatnya merasa khawatir jika gadis yang selama ini selalu dalam pengawasan orang tua walau pun dari jarak jauh, malah memilih untuk tinggal sendiri.
"Bi enduy ngga usah khawatir, aku udah gede. Aku bisa jaga diri, bibi ngga usah cemas kayak gitu.
Lagiaan aku pengen keluar bi dari semua tekanan dan larangan mama sama papa. Aku juga ngelakuin ini semua punya maksud dan tujuan, aku pengen mereka tau kalau aku ngga main main sama apa yang udah aku omongin ke mereka, dan tujuannya supaya mereka marah dan balik ke sini secepatnya."
Setelah itu dikara bangkit dari duduknya, membawa piring yang ia pakai makan tadi ke arah wastafel.
"Kalau nanti mama atau papa nelfon, bilang aja kalau aku tetap mau pindah besok. Dan kalau mereka ngancem mau tarik semua fasilitas, silahkan aja. Lagi pula apartemen yang bakalan aku tinggalin itu hadiah dari mendiang opa, jadi papa atau mama ngga berhak ngambil itu juga."
Dikara kembali ke kamar, mempersiap kan barang barang yang akan ia bawa sore nanti sekalian mengecek apa saja yang perlu di beli di apartenen tersebut.