Ragil yang sedang menyamar menjadi seorang duda dan laki-laki yang buta harus dipertemukan dengan seorang gadis yang menyebalkan baginya dan hampir saja membuat gagal rencananya.
"Sekali lagi kamu mengganggu saya. Saya akan m3m6unuhmu!" Ragil.
"Ayo kita menikah, Om duda!" Adele.
Ragil merasa geram karena Adele seperti tidak takut dengan dirinya.
Apakah Ragil akan berhasil dengan semua rencananya atau justru berakhir takhluk dengan gadis lugu seperti Adele yang sifatnya seperti anak kecil.
Stay Tune!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maria_azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HAMPIR SAJA
Ragil terlihat berdiam diri menenggak wine kesukaannya sambil menonton televisi yang sedang dilihatnya.
Lalu tiba-tiba sekilas ingatan seorang ayah yang baru saja pulang bekerja dan membelikan sebuah es krim kepada anak kecil yang terus dimimpikannya.
Ragil langsung menggelengkan kepalanya. "Ada apa denganku," gumam Ragil sambil memukul kepalanya.
Ragil meletakkan gelas wine yang dipegangnya lalu dia memanggil Arfan.
"Arfan!" teriaknya.
Panggilan pertama Arfan tidak mendengar. "Arfan!" Ragil memanggilnya lagi dan barulah Arfan berlari mendekatinya.
"Iya, Tuan Ragil." Ujar Arfan.
"Arfan. Apa kamu sudah menyelidiki siapa pemilik dari kedua mataku?" tanya Ragil.
Arfan menganggukkan kepalanya. "Sudah, Tuan."
"Saya belum mendapatkan informasinya walau saya sudah mengerahkan semua anak buah," jawab Arfan.
"Kita membelinya di pasar gelap, Tuan. Tidak semua orang bisa mengaksesnya dengan mudah," ujar Arfan.
"Lalu bagaimana kamu bisa mendapatkan bola mataku ini?"
"Saya selalu dihantui dengan bayang-bayang seorang anak kecil dan ayahnya," kata Ragil.
"Saya tidak mau tahu pokoknya kamu harus terus mencari tahu siapa pemilik mataku ini."
"Jika sudah menemukannya, saya ingin menemuinya walau di kuburannya sekali pun," ucap Ragil.
Arfan menganggukkan kepalanya. "Saya sedang mencari orang yang dulu menjadi perantara, Tuan."
"Dia tidak menyebutkan nama, hanya anonim dan wajahnya pun tertutup masker."
"Semua nomor teleponnya tidak ada yang aktif dan dia seperti sudah terlatih supaya jejaknya tidak bisa dideteksi oleh semua orang," jelas Arfan.
Ragil hanya diam saja seperti memikirkan sesuatu. Dan tanpa mereka ketahui jika di luar rumah sudah ada Adele yang berdiri di depan pintu gerbang.
"Om ... " panggil Adele.
"Boleh Adele masuk?" ucapnya kepada para anak buah.
"Adele mau ketemu sama om galak," ujarnya.
"Apakah kamu tahu siapa yang kamu panggil om galak!" tegas orang yang Adele ajak bicara.
Nyali Adele sudah menciut. Dia sangat takut sekali dan ingin menangis, lalu tiba-tiba ada yang menegur anak buah itu.
"Kamu jangan menggertak atau menyakitinya." Tegur anak buah yang baru saja datang.
"Kita tidak boleh menyakitinya atau tuan Ragil bisa marah sama kita," ucapnya.
"Biarkan dia masuk. Dia tadi pulang bersama tuan Ragil," ujarnya.
Akhirnya pintu gerbangnya pun dibukakan untuk Adele dan Adele langsung berlari masuk ke dalam rumah untuk mencari Ragil.
"Om!" teriaknya.
"Om Galak!" panggilnya lagi lalu membuka pintunya yang tidak dikunci dari dalam.
"Om Galak!" teriak Adele lagi.
Ragil dan Arfan menoleh kearah depan. Atensi dan percakapan mereka terhenti ketika mendengar suaranya Adele.
"Itu suaranya Adele." Ucap Ragil.
"Om!" panggil Adele untuk kesekian.
"Iya itu Adele," kata Ragil.
"Arfan! Cepetan singkirkan semua ini!" perintah Ragil sambil menunjuk wine miliknya.
"Dan ambilkan tongkat saya di dalam kamar!" ujarnya.
Arfan langsung menyingkirkan botol wine dan gelasnya, setelahnya dia mengambilkan tongkat milik Ragil di dalam kamar.
"Om Galak," akhirnya Adele menemukan Ragil sedang duduk sendirian dengan layar televisi yang masih menyala.
Adele memperhatikan Ragil lalu televisi tersebut. "Aduh mati aku belum ku matikan televisinya."
Adele lalu melambaikan tangan di depan wajah Ragil. "Om menonton televisi?" ujarnya.
"Adele?" ucap Ragil.
Adele lalu duduk di sebelah Ragil dan memperhatikan Ragil yang sedang pura-pura buta.
"Memangnya Om Galak bisa melihat televisi?" tanya Adele.
"Saya memang tidak bisa melihat televisi, tapi saya tidak budeg. Saya bisa mendengar suaranya!" ketus Ragil.
"Oh ... " gumam Adele.
Pandangan Adele teralihkan kearah Arfan. "Adele."
"Kamu ngapain di sini?" tanya pura-pura dari Arfan.
"Om tinggal di sini juga?" tanya Adele.
Arfan menganggukkan kepalanya. "Saya 'kan jagain Tuan Ragil," jawabnya.
"Ini tongkatnya, Tuan," Arfan memberikan tongkat Ragil kepadanya.
"Kalau begitu Adele pinjam Om Galak sebentar ya, Om," kata Adele.
"Pinjam? Eh ... "
"Mau ke mana, Adele!" teriak Ragil ketika tiba-tiba Adele menarik tangannya ke luar dari dalam rumah.
"Ikut makan malam di rumah Adele, Om," jawab Adele sambil terus menarik Ragil.
"Ha?" ujar Ragil tanpa kuasa untuk menolak.
Para anak buah yang melihat Ragil tidak berdaya di tangan Adele hanya bisa menatapnya bengong termasuk Arfan.
Bersambung ...
😁🤭🤭
ngk salah kamu dika
kurang sadis dek🤣🤣