Di negeri Amarasana, tempat keajaiban kuno disembunyikan di balik kehidupan sederhana, Ghoki (17), seorang anak pemancing yatim piatu dari Lembah Seruni, hanya memiliki satu tujuan: mencari ikan untuk menghidupi neneknya.
Kehidupan Ghoki yang tenang dan miskin tiba-tiba berubah total ketika Langit Tinggi merobek dirinya. Sebuah benda asing jatuh tepat di hadapannya: Aether-Kail, sebuah kail pancing yang terbuat dari cahaya bintang, memancarkan energi petir biru, dan ditenun dengan senar perak yang disebut Benang Takdir.
Ghoki segera mengetahui bahwa Aether-Kail bukanlah alat memancing biasa. Ia adalah salah satu dari Tujuh Alat Surgawi milik para Deva, dan kekuatannya mampu menarik Esensi murni dari segala sesuatu—mulai dari ikan yang bersembunyi di sungai, kayu bakar ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yusup Nurhamid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Benang Takdir yang Dipotong dan Benang Baru
Ledakan cahaya putih yang dihasilkan oleh penyatuan Tujuh Alat Surgawi menjadi Gada Takdir menerangi seluruh Ruang Takdir, membutakan Kapten Penjaga dan membuat Varun terhuyung.
Ghoki, yang kini memegang Gada Takdir di tangan kiri dan Aether-Kail di tangan kanan, merasakan kekuatan kosmik yang luar biasa mengalir melalui tubuhnya. Gada itu memancarkan Esensi Keseimbangan Absolut, sementara Kail itu memberinya otoritas atas Manipulasi Takdir.
Lord Varun pulih dengan cepat, matanya menyala penuh amarah dan kekalahan. "Kau mencurinya! Tujuh Alat itu milikku!"
"Alat-alat ini milik Amarasana, Varun," jawab Ghoki, suaranya tenang, diperkuat oleh Esensi kebenaran yang baru diserap. "Kau tidak bisa memotong takdir."
Sementara Lysandra dan Kaelen sibuk menahan Kapten Penjaga, Ghoki menghadapi Varun.
Varun memanggil Esensi Obsesi dan Dominasi yang telah ia kumpulkan menjadi sabit gelap. Sabit itu dilempar ke arah Ghoki, namun Gada Takdir memblokirnya. Gada itu sama sekali tidak tergores.
Ghoki membalas. Ia mengayunkan Aether-Kail ke udara, memancing Esensi Ambisi Absolut yang merupakan inti kekuatan Varun. Tarikan itu terasa seperti menarik akar baja yang tertanam jauh di dalam bumi. Varun berteriak kesakitan, Esensinya mulai terlepas.
Varun melakukan tindakan putus asa. Ia meraih pisau kecil—sebuah artefak hitam yang memancarkan Esensi Kekacauan—dan memotong Esensi Stabilitas dari pilar penopang Istana Dewan Tertinggi. Bangunan di atas mereka bergetar hebat.
Ghoki tidak panik. Ia mengarahkan Aether-Kail ke pilar yang retak.
Aku memancing... Esensi Keseimbangan Struktural dari seluruh Nexus!
Ia menarik. Ini adalah tarikan paling berat. Ia menggunakan Esensi Regenerasi dan Keseimbangan dari Gada Takdir untuk menahan kelelahan. Retakan berhenti. Nexus stabil.
Varun, yang Ambisinya telah terkuras, jatuh berlutut. Ia kini hanyalah seorang pria tua yang rapuh. Ghoki menatap Varun yang kalah, lalu menatap Gada Takdir di tangan kirinya. Ia telah menyelamatkan Amarasana.
Ghoki menggunakan Aether-Kail untuk memancing Esensi Kebenaran Universal ke Kapten Penjaga. Kapten itu tersentak, mata yang tadinya fanatik kini dipenuhi penyesalan.
Lysandra dan Kaelen mengamankan Varun yang lumpuh. Mereka segera meninggalkan Ruang Takdir, kembali ke permukaan di mana Elara, Nenek Mina, dan bahkan Fitria (yang menunggu di luar batas kota) menyambut mereka.
Ghoki menyerahkan Varun kepada Elara dan Nenek Mina. "Dia telah dikalahkan. Amarasana aman."
Beberapa minggu berlalu sejak Varun dikalahkan. Ghoki kembali ke Lembah Seruni, tetapi ia tidak lagi menemukan kedamaian yang sama. Ia kini adalah Jangkar Keseimbangan bagi Amarasana.
Varun diserahkan ke Dewan Tinggi yang kini dipimpin oleh Elara. Kaelen dan Lysandra bolak-balik antara Nexus dan Lembah Seruni, memberikan laporan dan menawarkan bantuan. Fitria, sang Nomaden, kembali, kini tinggal di gubuk dekat Ghoki, Esensi Keseimbangan Udara miliknya bertindak sebagai perisai pendeteksi dini.
Ghoki, duduk di tepi Sungai Limana, memegang Gada Takdir yang kini menyatu—tujuh Esensi yang seimbang, memancarkan aura lembut. Ia menggunakan Aether-Kail untuk memancing Esensi Keseimbangan dari Limana, mengembalikan ketenangan sungai setelah konflik.
"Kau tidak bisa hanya memancing ikan lagi, Ghoki," kata Nenek Mina, membawakan teh. "Tanggung jawabmu lebih besar dari Amarasana itu sendiri. Ingat, Alat-Alat itu jatuh karena ada Keretakan Langit."
Arus Bintang yang Rusak
Suatu sore, saat Ghoki bermeditasi dengan kailnya, ia merasakan sesuatu yang mengerikan. Selama ini, Visio-Sonar-nya merasakan Arus Bintang—aliran energi kosmik takdir—sebagai sesuatu yang teratur dan harmonis.
Namun, sekarang, ia merasakan Arus Bintang itu terdistorsi. Ia melihat melalui Visio-Sonar bahwa di kejauhan, di atas Pegunungan Kasta, Benang Takdir kosmik mulai terkoyak, seperti sutra yang ditarik secara paksa.
Ghoki melompat berdiri. "Ada yang tidak beres! Nenek, Arus Bintang rusak! Ini lebih parah dari Varun!"
Fitria muncul dari kabut tipis, wajahnya tegang. "Aku juga merasakannya, Ghoki. Tekanan udara tidak wajar. Kekuatan yang menariknya... itu bukan dari Amarasana. Itu adalah Esensi Alien."
Ghoki tahu Varun hanyalah efek samping dari masalah yang lebih besar.
Elara dan Kaelen tiba dalam waktu singkat. Elara, sang ahli pengetahuan kuno, memeriksa peta kuno yang dibawanya.
"Saat tujuh alat Deva Limina jatuh, itu disebabkan oleh serangan dari Aralia—Dimensi Kehancuran. Mereka mencari Esensi untuk menghancurkan realitas," jelas Elara, menunjuk pada simbol kuno yang menyerupai pusaran.
"Deva Limina pasti telah menggunakan sisa kekuatannya untuk menjatuhkan alat-alat itu ke dunia kita, berharap seseorang dapat menyatukannya dan menghentikan Aralia," tambah Nenek Mina.
"Mereka sudah menemukan lokasi Keretakan Langit yang baru," kata Ghoki, menunjuk ke Pegunungan Kasta dengan Aether-Kail-nya. "Kita harus ke sana. Kita harus menutup celah itu."
