Di saat kedua sahabatnya telah menikah, Davin masih saja setia pada status jomblonya. hingga pada suatu malam ia menghadiri perayaan adik perempuannya di sebuah hotel. perayaan atas kelulusan adik perempuannya yang resmi menyandang gelar sarjana. Tapi siapa sangka malam itu terjadi accident yang berada diluar kendali Davin, pria itu secara sadar meniduri rekan seangkatan adiknya, dan gadis itu tak lain adalah adik kandung dari sahabat baiknya, Arga Brahmana. sehingga mau tak mau Davin harus bertanggung jawab atas perbuatannya dengan menikahi, Faradila.
Akankah pernikahan yang disebabkan oleh one night stand tersebut bisa bertahan atau justru berakhir begitu saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16.
Di tengah kegiatan makan malam, tiba-tiba ponsel Dila berdering. Ibunya Dila yang menelepon.
Dila meletakkan sendok di genggamannya kemudian menerima panggilan telepon dari ibunya.
"Halo, mah."
"Halo sayang... Ini, mamah cuma mau bilang, mulai besok bi Atun akan bekerja di rumah kalian. Soalnya mamah dengar dari mas Arga kamu sudah mulai bekerja, benar begitu sayang?." Terdengar suara mama Ita dari seberang sana.
"Benar, mah." Balas Dila. Dila merasa sedikit lega karena ibunya akan mengirim bi atun untuk membantunya mengurus rumah, tetapi Dila juga kepikiran dengan situasi dan kondisi di mana dirinya dan Davin yang tidak tidur sekamar. Sangat mustahil bi Atun tidak akan mengetahui fakta jika wanita itu akan bekerja di rumah mereka. Kalau bi Atun sampai tahu, bisa dipastikan kabar tersebut akan sampai ke telinga mama Ita.
"Sudah dulu ya sayang....!mamah hanya ingin menyampaikan itu saja. Besok pagi mang Udin yang akan mengantarkan bi Atun ke rumah kalian."
Dila menatap Davin yang sejak tadi penasaran dengan obrolannya bersama mama Ita.
"Mulai besok bi Atun akan bekerja di rumah ini, mas. Mama yang menyuruhnya. Kata mamah biar ada yang bantuin aku mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Mamah tahunya dari mas Arga, kalau hari ini aku sudah mulai bekerja." Dila menyampaikan pada Davin apa yang tadi dikatakan oleh ibunya.
"Mas rasa keputusan mamah sudah tepat, biar kamu tidak terlalu kecapean." Davin setuju dengan keputusan ibu mertuanya. Lagipula, jika hanya sekedar untuk membayar gaji Art, Davin masih mampu.
"Tapi mas, jika bi Atun bekerja di rumah ini, bi Atun pasti akan tahu jika kenyataannya kita tidak tidur sekamar." Dila lantas mengutarakan kekhawatirannya.
"Kenapa harus pusing-pusing memikirkan hal itu. Setelah selesai makan, mas akan memindahkan barang-barang mas ke kamar kamu, dengan begitu mulai malam ini kita akan menempati kamar utama, gampang kan..." Jujur, Davin masih ragu Dila akan menerima idenya.
"Baiklah, setelah selesai makan malam aku akan membantu mas memindahkan barang-barang mas." Davin terpaku mendengar jawaban Dila. Pasalnya, gadis itu langsung menyetujui ide Davin tanpa satupun terucap kalimat protes. Tadinya Davin berpikir akan melewati perdebatan terlebih dahulu sebelum pada akhirnya Dila menyetujui idenya, tetapi faktanya tidak demikian.
Seperti rencana, setelah selesai makan Davin dan Dila langsung bergerak menuju lantai atas untuk memindahkan barang-barang milik Davin ke kamar utama.
*
Keesokan paginya, Davin bangun lebih dulu ketimbang Dila. Pria itu berlalu menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya sebelum nantinya bersiap-siap berangkat kerja.
Beberapa saat kemudian Dila pun terjaga dari tidurnya. Ia mendengar suara gemericik air dari arah kamar mandi. Setengah jam kemudian, terlihat Davin keluar dari kamar mandi dengan selembar handuk yang dililitkan pada pinggangnya. Seperti pagi kemarin, Dila melihat tubuh bagian atas suaminya yang terekspos dengan sempurna. Dadanya yang bidang, bentuk perutnya yang terlihat begitu menawan dengan roti sobeknya.
Entah mengapa, Dila jadi kepikiran bagaimana jika pemandangan di depan matanya saat ini tersaji didepan mata Rani, gadis yang diketahui menaruh hati pada Davin? Tentu saja Dila tidak akan rela sampai hal itu terjadi.
"Ada apa?." Tanya Davin saat melihat Dila melamun.
"Bukan apa-apa kok mas." Dila memilih beranjak dari tempat tidur.
"Kamu mau berangkat bareng mas atau mau bawa mobil sendiri?."
Dila menoleh pada Davin. "Aku bawa mobil sendiri saja, mas. Soalnya setelah pulang kerja nanti, aku akan menemani Marwah membeli sesuatu di mall." Jawab Dila sebelum kembali melanjutkan langkahnya memasuki kamar mandi.
"Kalau pergi, jangan pulang larut malam!." Pesan Davin dengan nada setengah berteriak agar masih bisa kedengaran oleh Dila yang sudah berada di dalam kamar mandi.
"Baik, mas."
Sebelum Davin dan Dila berangkat kerja bi inah telah tiba di kediaman mereka, dengan diantarkan oleh mang Udin.
"Memangnya Non Dila nggak berangkat bareng tuan Davin?." Tanya bi Atun, melihat Dila dan Davin hendak berangkat dengan mobil masing-masing.
"Tidak bi, soalnya sepulang kerja nanti aku mau nemenin Marwah buat beli sesuatu di mall." Jawab Dila.
"Oh....." bibi hanya berohria mendengar jawaban Dila.
"Kalau begitu, Dila berangkat dulu ya bi, takut telat soalnya. Kan nggak lucu, baru dua hari bekerja sudah dipecat akibat telat." Tutur Dila seraya menyematkan senyum tipis di bibirnya.
"Non Dila bisa saja." bi Atun pun ikut tersenyum mendengarnya.
Sama seperti Dila, Davin pun pamit pada bi Atun sebelum berangkat kerja.
*
"Pagi Nona Dila...." Sapa Fandi yang sudah berada diruangan sejak beberapa saat yang lalu. "Nggak papa kan kalau aku manggilnya Nona Dila aja?." Sambung Fandi.
"Nggak papa kok pak." Balas Dila seraya menyematkan senyum tipisnya.
"Ya Tuhan.....Manisnya senyuman bini orang." Puji Fandi apa adanya, tanpa ada maksud kurang sopan.
Dila hanya geleng kepala di sisa senyumnya. Tak ada perasaan besar kepala apalagi sampai berpikiran buruk tentang candaan rekan kerjanya itu.
Tak berselang lama setelah kedatangan Dila, Rani nampak memasuki ruangan.
"Cantik amat Ratu jomblo kita pagi ini." Kata Fandi menyambut kedatangan Rani.
Rani melirik sebal pada Fandi. Bukannya tersinggung dengan lirikan maut Rani, Fandi justru tergelak.
"Btw, butuh waktu berapa lama buat dandan pagi ini?." Fandi masih saja melontarkan pertanyaan menggoda pada rekan kerjanya itu.
"Jangan bilang, pagi ini kamu menghabiskan sepaket alat make-up karena mau menemani pak Davin meeting di luar?."
"Mau sepaket kek, mau seribu paket kek, memangnya jadi masalah buat situ....?."
"Ya elah....gitu aja ngambek...Aku doakan deh, semoga pak Davin nggak cuek lagi ke kamu, hehehe....."
"Sia-lan...." Kesal Rani. Sebagai sesama wanita, tentunya Rani merasa malu saat Fandi mengatakan hal semacam itu dihadapan Dila, kesannya gimana gitu.
Deg
"Jadi, rencananya pagi ini Nona Rani mau menemani mas Davin meeting di luar?." Dalam hati Dila.
Tepat pukul sembilan pagi, Rani berlalu meninggalkan ruangan divisinya hendak menuju ruangan Davin. Namun, belum sampai sepuluh menit berlalu, Rani sudah kembali lagi.
"Lah...kok balik lagi? Nggak jadi meeting?." Tanya Fandi.
Jadwal meeting diundur sore nanti. Menurut informasi saat ini client sedang ada urusan penting yang tidak bisa di tunda." Jawab Rani apa adanya, sesuai dengan pemberitahuan dari Davin.
Biasanya sesi meeting berlangsung satu sampai dua jam, tergantung dari pembahasan. Jika memang pembahasan belum menemukan kesepakatan maka tidak menutup kemungkinan sesi meeting berlangsung lebih dari dua jam. Itu artinya, Davin akan bersama dengan Rani hingga malam hari nanti...
Dila mulai kepikiran dengan hal itu. Protes pun rasanya tidak mungkin, karena itu merupakan perintah langsung dari pimpinan perusahaan.
"Kamu kenapa, Dila? Lagi kurang enak badan ya?."
"Agh.... enggak kok pak. Saya baik-baik saja."
"Syukurlah kalau begitu, tadinya saya pikir kamu lagi nggak enak badan, soalnya lebih banyak diam sih." Tutur Fandi sebelum kembali fokus pada layar komputer dihadapannya.
akibat iri,hampir hilang masa depan kan...
Davin ayo selidiki siapa yang melaporkan kalau Dila ada di dalam kamar mu??? bisa dilaporkan balik lho atas pencemaran nama baik,atau gak di kasi sanksi dikantor...
tanpa menncari fau siapa pasangan Davin
dan Dilla
tp siaapp2 yaa ujungnya kmu yg maluuu
semangaaatttt
kenapa harus tunggu konferensi pers dulu?? rasa nya untuk itu tidak di perlukan