THE PRINCE'S OBSESSION

  Hari demi hari terus berlalu tak terasa satu minggu sudah kini berlalu, semenjana hari di mana pandi pemisah itu di lakukan sosok pangeran Ly tidak pernah lagi datang menemui nia dan nia pun bisa hidup dengan tenang dan damai.

  Hari ini pula hari pertamanya Nia datang ke kampus sebagai mahasiswi baru hari ini Nia dan yang lainya akan mengikuti ospek.

  Sambil berlari kecil Nia menuruni anak tangga, berlari cepat dia menuju ke arah meja makan di mana kini kedua orang tuanya sedang menunggunya untuk sarapan.

  "pagi ma, pagi pa." Nia menyapa dengan raut ceria yang tak lepas dari wajahnya.

  "pagi sayang, cantiknya anak papa hari ini, sudah siap dengan hari barumu sayang?"

  "siap dong pa, siap untuk meraih ijazah kedokteran ku."

  "iya baiklah apapun itu keinginan mu sayang papa pasti mendukungnya."

  "makasih papa, papa memang papa terbaikku." ucap nia.

  "pasti dong sayangku, satu-satunya putri kesayangan papa."

  "mulai.... drama lagi drama lagi, tiap pagi sarapan ini mulu enek banget aku jadinya." ucap Risma yang sedari tadi diam menyaksikan drama antara ayah dan anak itu.

  "pa... tuh istrimu cemburu." ucap nia.

  "nia... kamu ya." ucap Risma.

  Nia dan Arka tertawa bersama, melihat kekesalan Risma. Begitulah Nia memang sedekat itu dia dengan papanya.

  Setelah drama pagi hari itu selesai Nia pun berangkat ke kampus menggunakan Lamborghini kesayangannya yang berwarna merah itu, dengan kecepatan sedang dia mengemudikan mobilnya hingga 1 jam kemudian dia tiba di parkiran kampus.

  Meskipun atribut aneh melekat di tubuhnya tak mengurangi sedikitpun pesona kecantikan seorang nia. Banyak mata kini tertuju padanya, kecantikan adalah hal yang memang selalu menyita perhatian.

  Dengan santai nia berjalan ke arah bagian bangunan kampus. hingga kini tibalah nia di halaman tempat di mana mereka para mahasiswa dan mahasiswi baru berkumpul.

 "Nia... sini-sini!" kehebohan seorang Fitri memanggilnya.

  Nia pun berlari kecil menghampirinya.

  "aaaa... besty apa kabarmu?"

  "aku baik, bagaimana liburanmu?" nia bertanya dengan antusias.

Fitri menjawab, "seru banget Ni, rugi banget kamu nggak ikut, kamu sendiri gimana liburanmu?"

Untuk beberapa saat Nia terdiam, otaknya mengingat kejadian di mana liburan yang seharusnya hari ini menjadi cerita bangganya malah jadi hal yang paling tak mungkin untuk di ceritakan.

  Dan saat Nia hendak menjawab ucapan Fitri saat itu juga para cewek tercengang, mata mereka menatap pada satu titik.

  Lekas nia juga berbalik badan demi memastikan siapa yang datang, dan berhasil mencuri perhatian semua orang. Deg... nia tertegun.

  Di depan sana seorang laki-laki tampan sedang berjalan dengan gagahnya kearah mereka, namun bukan itu yang membuat Nia terdiam, wajah laki-laki itu terasa tak asing baginya, tak lepas dari matanya kini laki-laki itu ikut bergabung dan bediri di barisan yang masih kosong.

"woy... Nia, ye malah bengong dia...kenapa terpesona ya, ganteng kan?" ucap Fitri dengan bangganya.

"Biasa aja, gantengan juga kak Ridwan." jawab nia, Ridwan adalah ketua BEM di kampus ini dan nia selalu mengidolakan laki-laki tampan itu.

"masa sih gantengan yang ini kali Nia, liat tuh dia terlihat begitu cool dan keren, nilai plusnya aku suka tipe cowok dingin-dingin menghanyutkan gitu." jawab Fitri.

"ya udah iya terserah kamu aja." akhirnya Nia mengalah saja.

Bertepatan dengan saat itu juga sang ketua BEM bersama dengan anggota lainnya naik ke atas panggung. Di sini mereka mulai melakukan pengenalan diri, di lanjut dengan serangkaian acara lainnya.

Singkat cerita acara hari ini pun selesai, saatnya bagi mereka untuk pulang. Saking buru-buru nya nia berlari cepat kearah parkiran tujuannya hanya satu yaitu meminta tanda tangan kepada Ridwan sebagai tugasnya yang masih kekurangan satu tanda tangan dari para seniornya, menyelam sekaligus minum air gitu maksudnya, minta tanda tangan sekaligus nomor WA harapannya sih gitu, tapi kenyataannya kini harapannya sirna, bruk....Nia tersandung lalu menabrak laki-laki tadi yang belum Nia ketahui namanya.

Tangkapan laki-laki itu berhasil menyelamatkan Nia dari lecet akibat tersungkur dan juga malu, kini tatapan keduanya bertemu. Namun dengan cepat Nia menegakkan kembali tubuhnya.

"sorry... aku nggak sengaja." ucap Nia. Laki-laki itu hanya mengangguk sebagai jawaban.

Nia membawa pandangannya kearah di mana tadi Ridwan berada, dan laki-laki yang dicarinya itu sudah tidak ada lagi di sana, nia menghela nafas lesu.

sementara laki-laki yang kini ada di dekatnya itu melihat kearah mata Nia, tatapannya berubah menjadi datar, lalu pergi begitu saja dari sana.

Nia juga pergi meninggalkan tempat itu.

30 menit kemudian laki-laki berekspresi datar tadi yang tak lain adalah pangeran Ly versi manusia, tiba di kontraknya, dia menjatuhkan tubuhnya di kasur kecil miliknya di kamar itu.

Otaknya berkelana ke kejadian beberapa jam yang lalu, di mana Nia terlihat begitu girang saat melihat ketua BEM itu sementara dirinya sedikitpun Nia tidak mengenalinya, hal itu membuat pangeran Ly merasa begitu kesal, ingin rasanya saat ini juga dia menghabisi Ridwan tapi dia harus menahan diri, kini dirinya berada di dunia yang berbeda dan sebisa mungkin pangeran Ly harus bersikap seperti manusia normal pada umumnya.

"Aku harus tenang dan memikirkan cara lain untuk mendekati Nia, dia istriku tak ada laki-laki lain yang boleh memilikinya selain aku, Nia.... dasar kau istri nakal." ucapnya di tengah kesendiriannya itu.

Di posisi Nia dia juga baru tiba di kamarnya, "ah... gantengnya kak Ridwan, aku semakin gila padamu, eh... tapi Ngomong-ngomong dia udah punya pacar apa belum ya, kalau udah punya bagaimana, iiihh...potek deh hatiku." ucapnya yang juga bicara sendiri di dalam kamarnya. Rasanya lelah Nia pun membaringkan tubuhnya di kasur, "tapiiiii.... laki-laki tadi siapa ya, kenapa wajahnya begitu mirip dengan suami alam gaib ku?" ucap Nia ketika ingatannya kembali beralih ke pada laki-laki yang tadi di temui nya, "tidak-tidak kaya kakek aku tidak boleh mengingat laki-laki itu lagi, aku harus fokus pada diriku sendiri, suatu saat nanti aku hanya akan menikah dengan manusia normal bukan seperti laki-laki itu." ucap Nia yang mencoba menepis semua bayangan pangeran Ly dari otaknya.