NovelToon NovelToon
ROMANCE BOY

ROMANCE BOY

Status: sedang berlangsung
Popularitas:314
Nilai: 5
Nama Author: tata

Aruna hanya memanfaatkan Arjuna Dewangga. Lelaki yang belum pernah menjalin hubungan kekasih dengan siapapun. Lelaki yang terkenal baik di sekolahnya dan menjadi kesayangan guru karena prestasinya. Sementara Arjuna, lelaki yang anti-pacaran memutuskan menerima Aruna karena jantungnya yang meningkat lebih cepat dari biasanya setiap berdekatan dengan gadis tersebut. *** "Mau minta sesuatu boleh?" Lelaki itu kembali menyuapi dan mengangguk singkat. "Mau apa emangnya?" Tatapan mata Arjuna begitu lekat menatap Aruna. Aruna berdehem dan minum sejenak, sebelum menjawab pertanyaan Arjuna. "Mau ciuman, ayo!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 07

"Kamu bohong sama papa?!" Hardik Himawan ketika menemukan anaknya pulang malam hari dengan wajah bahagia. Lelaki itu menunggu di dalam apartemen Aruna dan duduk di sofa dengan wajah angkuhnya. Menyorot pada anak perempuannya dengan tatapan tajam.

Aruna baru saja selesai dari baking class dan berjalan-jalan bersama Arjuna. Beberapa hari ini lelaki itu rutin mengantar jemputnya kemana pun Aruna ingin pergi. Perlakuan lelaki itu tidak lagi kaku, meski masih sering menasehatinya tentang banyak hal. Gadis itu tidak mengambil pusing, karena sekali bibir Arjuna dia kecup---lelaki itu akan diam dan mematung. Kadang-kadang, lelaki itu justru menciumnya balik dengan lebih agresif. Membayangkan saja sudah membuatnya tersenyum layaknya orang gila.

"Bohong soal apa? Janda samping apartemen? Beneran cantik kok, namanya Tante Wina. Badannya body goals banget pa!" Sahutnya antusias, sedang malas berdebat dengan sosok papanya.

Aruna duduk di sebrang sofa, tidak mau dekat dengan papanya. Gadis itu merebahkan tubuhnya dan menaruh tas sembarangan.

"Bukan itu, Aruna! Kamu lebih paham maksud papa," Lelaki itu menghela nafas panjang. "Papa tidak suka basa basi, balikin kunci mobil barunya! Kamu bilang nggak akan dekat sama Arjuna, ternyata kalian semakin dekat!"

"Ambil aja, tuh kunci mobilnya ada di dekat televisi. Lagian udah ada Arjuna yang antar jemput aku, nggak butuh lagi deh kunci mobil. Sekalian tuh, kunci motor aku juga ambil!"

Gadis itu melenggang masuk ke dalam kamarnya. Menyisakan Himawan dalam keheningan. Ada sudut hatinya yang tercubit, mendengar sang anak yang tidak lagi membutuhkan dirinya. Aruna yang sekarang lebih membutuhkan Arjuna, membuatnya tidak suka.

Himawan pergi tanpa membawa apapun barang yang sudah lelaki itu berikan pada sang anak. Langkah kakinya terlihat lambat, sendu tanpa senyuman. Matanya memancarkan kekosongan yang dirinya tidak tahu penyebab pastinya.

Dalam kamarnya, Aruna memutuskan mandi agar tubuhnya segar. Gadis itu keluar dengan sebuah baju tidur tipis dan pendek. Baju tidur yang memperlihatkan bahunya, karena menggunakan tali spaghetti tipis.

Menaruh ponselnya di depan cermin, sebelum gadis itu memulai ritual skincare.

"Aruna!" Sapaan Arjuna bukan bentuk sapaan ramah, lelaki itu justru melotot dengan tatapan datar.

"Kenapa sayang? Marah-marah terus kamu," Gadis itu dengan santai menaruh pelembab di wajahnya. Arjuna mengerang frustasi.

Lelaki itu baru saja mandi langsung di kejutkan dengan ponselnya yang berbunyi. Ternyata panggilan video dari Aruna. Arjuna kira, kekasihnya kesepian-- -jadi dia angkat panggilan tersebut. Namun, kini Aruna justru membuatnya menggeram kesal.

"Ganti baju!" Titahnya tidak mau dibantah.

Aruna tersenyum geli, selesai dengan semua skincare rutin setiap malam--- gadis itu membawa ponselnya ke ranjang. Arjuna melotot ketika melihat Aruna yang tertidur dengan tengkurap di atas bantal, ponselnya tepat menyorot bagian dada gadis tersebut yang terhimpit dan hendak menyembul keluar. Belahan dada putihnya terlihat jelas putih.

"Nggak mau ganti!" Aruna jelas melihat wajah frustasi dan gelisah kekasihnya.

Gadis itu dengan berani mengarahkan kamera tepat di depan puting payudaranya yang terlihat karena baju tipisnya. Lelaki itu melotot dan langsung mematikan sambungan video call. Wajahnya tertawa sejenak, membuat Arjuna frustasi memang membawa efek menyenangkan.

Kini, panggilan video berganti menjadi panggilan telfon biasa.

"Jangan di alihkan ke video call!" Perintah Arjuna tidak mau dibantah. Jadi, Aruna menurut saja daripada tidak ada sesi deeptalk yang baru dua hari rutin dilakukan.

"Enggak sayang, padahal kenapa sih? Kamu nggak mau lihat wajah aku? Nggak kangen ya? Atau udah bosen?"

Tudingnya bertubi-tubi, di sebrang sana lelaki itu menghela nafas.

"Bukan gitu, aku mau bahas tentang toko kue yang mau kamu buat. Kamu udah tahu mau buat toko di sebelah mana?"

Aruna memainkan rambutnya, gadis itu tampak berpikir sejenak. Tidak tahu juga mau dimana tempatnya.

"Nggak tau, cari tempat yang strategis nggak sih?"

"lya, besok aku carikan kalau belum tahu."

"Ikutt ya?" Pintanya dengan nada manja, mana bisa Arjuna tolak.

"Boleh, tapi jangan aneh-aneh."

"Enggak, kan kita lagi urus bisnis. Jadi harus profesional dong,"

"lya,"

"Sayang, video call yuk? Aku kesepian nih. Tadi sih papi aku kesini, tapi dia cuma marah-marah!"

"Kamu salah apa sampai dimarahin?" Arjuna bertanya dengan penasaran.

"Nggak bolehin aku deket sama kamu, suruh jauh-jauh katanya." Sahutnya reflek, membuat Arjuna semakin penasaran dengan ucapan Aruna.

"Papi kamu kenal aku? Emang siapa?"

Aruna langsung menutup mulutnya. Bisa- bisanya dia keceplosan pada Arjuna. Kebiasaan sering cerita apapun, jadi beginilah dirinya. Tidak mungkin kan, Aruna mengatakan yang sejujurnya.

"JUNA! AKU LUPA ADA PR SURUH GAMBAR PETA!"

Aruna benar-benar serius, dia sedang tidak mencoba mengalihkan pembicaraan. Gadis itu memang lupa, baru ingat setelah muncul pesan ramai dari grubnya bersama Misel dan Karin. Mana gambarnya jelek, Aruna benar- benar tidak pandai menggambar. Bakatnya hanya memasak saja.

"Kapan terakhir?" Lelaki itu bertanya dengan tenang dan pelan.

"Besok pagi! Haduh, aku belum beli penggaris sama kertas. Nanti lagi ya aku mau kel---" Suara Aruna terdengar grasak-grusuk ramai dan heboh.

"Aruna, tenang dulu. Kamu jangan kemana-mana, ini udah jam 10 malam. Aku ke sana sekarang!"

Posesif yang gue suka, batin Aruna seraya tersenyum-senyum tidak jelas.

Kali ini justru Aruna yang mendengar suara Arjuna, lelaki itu terdengar membereskan sesuatu. Sambungan telfon keduanya belum dimatikan sama sekali.

"Juna, nggak usah repot-repot."

"Jangan tidur dulu, dua puluh menit lagi aku sampai!"

Aruna memilih mematikan sambungan telfon. Gadis itu melangkahkan kakinya menuju dapur. Dengan gesit dirinya membuat satu kopi pahit untuk mengusir kantuk. Langkahnya menuju kulkas dan membukanya pelan. Masih ada beberapa camilan, Aruna bawa menuju ruang televisi.

Setelahnya, sambil menunggu Arjuna datang---Aruna menghidupkan televisi. Menonton sebuah acara komedi membuat kantuknya menghilang.

Arjuna langsung masuk dengan langkah cepat, lelaki itu membuka tas yang dirinya pakai.

"Cepet banget sayang," Aruna membuka kantung plastik yang Arjuna sodorkan.

Martabak manis kesukaannya.

Selesai membereskan barang yang Aruna butuhkan, lelaki itu duduk. Matanya melirik kopi hitam yang masih banyak, dengan cepat dia minum dan habiskan kopi hangat tersebut.

"Loh, itu bekas aku kok di habisin? Kalau mau aku bisa buatin lagi,"

Arjuna menggeleng menolak.

"Kamu minum susu aja, jangan kopi."

Matanya menatap serius wajah Aruna yang kini tersenyum menggoda.

"Emang kamu nggak lihat? Kalau aku udah punya dua susu?"

Arjuna sontak mengalihkan wajahnya dari Aruna. Gadis itu bahkan menggunakan baju tidur tipis yang sudah Arjuna suruh ganti. Lelaki itu sejak tadi tidak sadar. Aruna benar-benar tidak mau menurut sama sekali.

"Kamu mau dibantuin atau aku tinggal pulang?!" Mata Arjuna menyorot datar, Aruna sampai bingung dengan tatapan kekasihnya.

"Mau di bantuin, di temenin, kalau bisa kamu nginep sini ya?" Pintanya memelas dengan wajah manis.

Lelaki itu mengalihkan tatapannya dari mata Aruna yang memelas. Tidak, Arjuna tidak akan kuat menerima tatapan manis sang kekasih.

"Ganti baju dulu!" Aruna tidak lagi mendebat, gadis itu berjalan cepat masuk kamarnya.

Dalam diam, Arjuna mulai duduk di karpet dan membentuk garis-garis tipis. Suara televisi tidak mengganggu jemarinya yang dengan lincah menggambar dalam tenang. Sampai Aruna kembali, gadis itu dibuat merasa senang.

"Ya ampun sayang! Makasih banyak ya udah repot-repot,"

Cup

Sebuah kecupan cepat mendarat di pipi Arjuna. Lelaki itu melirik Aruna yang menggunakan piyama tidur panjang. Baiklah, gadis itu mau menurut.

"Ini langsung di kasih tulisan nama jalurnya, aku lanjut sebelah ujung." Aruna menurut, matanya menatap ponsel Arjuna yang menunjukkan referensi contoh peta.

Kira-kira walpaper ponsel lelaki itu apa ya? Password ponselnya apa? Foto di galeri ada fotonya tidak ya?Kepala Aruna penuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang ingin dirinya ketahui.

"Runa, ada yang dipikirin? Soal papi kamu?" Tebakan Arjuna kali ini salah, namun Aruna mengangguk.

Aruna sih tidak masalah mau di larang sama papinya, tinggal dia biarkan saja.

"lya," Sahutnya pelan, kembali melanjutkan mengerjakan tugasnya.

"Ini bisa di kasih warna biru dulu," Arjuna memberi instruksi yang langsung Aruna angguki. "Aku boleh ketemu papi kamu? Buat minta ijin pacarin anaknya,"

Aruna yang terdiam mendadak tertawa geli.

"Ngapain minta ijin? Lagian kamu udah pacarin aku."

Arjuna tetap menggeleng kekeh, lelaki itu harus berkenalan dengan orangtua Aruna. Dia ingin keluarganya mengenal Aruna, begitu pun sebaliknya. Namun, harapannya tampak terlalu berlebihan dan jauh ketika mendengar ucapan Aruna selanjutnya.

"Nanti kita juga bakal putus, jadi nggak perlu kenalin orang tua nggak sih?"

Wajah Arjuna mendadak datar, lelaki itu diam seribu bahasa tanpa berniat menjawab. Aruna merasa suasana mendadak canggung. Bahkan melirik Arjuna pun dirinya tidak berani, karena suasana mendadak dingin sekali.

Selesai membantu menggambar dengan rapi, Arjuna pamit dengan wajah datar. Lelaki itu tidak menanggapi permintaan Aruna yang meminta menginap. Toh tugas Aruna sudah hampir selesai.

Kali ini, Arjuna ingin menenangkan pikirannya dan harapannya. Mungkinkah dia salah menaruh harap pada Aruna yang sejak awal dirinya tahu, bahwa gadis itu hanya main-main?

1
SGhostter
Gak bosen
·Laius Wytte🔮·
🤩Kisah cinta dalam cerita ini sangat menakjubkan, membuatku jatuh cinta dengan karakter utama.
Zhunia Angel
Karakter-karakternya sangat hidup, aku merasa seperti melihat mereka secara langsung.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!