"Menikahlah lagi mas! Aku ikhlas!"
Kalimat yang pada akhirnya menjadi boomerang bagi pernikahan Sekar Indraswari
Keluarga besar Adrian Baskara sang suami, menuntut hadirnya penerus bagi keluarga, membuat Sekar mengambil keputusan yang begitu menyakitinya
hadirnya wanita lain sebagai madu perlahan memaksa Sekar meninggalkan indahnya mahligai cinta bersama Adrian
Kemana takdir akan membawanya? akankah pertemuan dengan seorang duda beranak satu bernama Alvaro menjadi awal kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bercerai Saja
"Sayang"
Adrian meraih tangan sang istri membuat Sekar berbalik menatap kearahnya, Adrian mengusap air mata yang membasahi pipi sang istri
"Jangan pernah berpikir seperti itu, kamu adalah istri terbaik. Mas bahagia saat kamu selalu ada disamping mas"
"Apa kita cerai aja mas?"
Adrian membulatkan matanya, rasanya tak percaya jika kata-kata itu keluar dari bibir istrinya
"Kamu ngomong apa sih? Kamu sendiri yang bilang kalau kamu gak akan pernah ninggalin mas" Ujar Adrian
"Aku tahu, tapi ini juga untuk kebaikan kita mas. Aku juga gak ngerti sama perasaan aku sekarang"
Sekar menunduk, tak pernah terbesit keinginan untuk berpisah dari suaminya. Tapi rasanya ia terlalu sakit jika terus mendengar ucapan ibu mertuanya
"Maafin mas ya sayang, mas janji setelah ini kamu gak akan mendengar semua ini lagi. Tapi jangan pernah ngomong kayak gitu lagi, kamu tau mas gak bisa hidup tanpa kamu"
Adrian membawa sang istri dalam pelukannya, ucapan Sekar tadi benar-benar membuatnya takut
"Maaf" suara Sekar terdengar lirih
"Mas yang harusnya minta maaf"
Adrian mengurai pelukannya, menatap lekat wajah cantik istrinya. Perlahan wajahnya mendekat, ada rasa rindu yang beberapa hari ini ingin diluapkan
Wajah keduanya kian dekat, setelah tersisa beberapa Senti lagi, Sekar mengalihkan wajahnya seolah enggan untuk mendapat hal itu dari suaminya
"Ada apa?" Tanya Adrian karena tak biasanya Sekar menolaknya
"Aku belum mandi habis belanja, aku mau mandi dulu" Wanita cantik itu segera berdiri dan meninggalkan sang suami yang masih terlihat bingung
***
Cukup lama Sekar berada dikamar mandi, entah ada apa dengan dirinya. Ia merasa terlalu sensitif dan ingin melampiaskan semuanya pada suaminya
Saat Sekar keluar, Adrian sudah tidak berada dikamar itu lagi. Ia bisa menebak jika pria itu pasti berada dikamar istri keduanya
Sekar sudah mengenakan pakaiannya, ia sangat malas keluar kamar untuk melakukan makan malam, rasanya Sekar tidak siap mendengar ucapan menyakitkan dari ibu mertuanya lagi
"Sekar mana?" Adrian datang bersama Widia, sejak tadi wanita hamil itu tidak ingin ditinggal dengan alasan keinginan bayinya dan Adrian pun menurut
"Dari tadi belum keluar kamar, istri kamu yang satu itu emang ya" Nina sudah mengeluarkan kata-kata yang pastinya akan menyakiti hati menantunya
"Cukup Bu! Bisa gak ibu gak usah ngomong sesuatu yang nyakitin Sekar, Sekar juga punya perasaan Bu"
Adrian merasa kesal jika sang ibu terus saja mengatakan hal yang menyakiti hati istrinya
"Kamu membela istri tidak bergunamu itu? Ibu malah berpikir apa tidak sebaiknya kamu menceraikan Sekar saja! Kamu sudah punya Widia yang jelas-jelas bisa memberikan kamu keturunan"
Adrian bangkit dari duduknya, harinya tidak karuan. Dalam satu hari saja, sudah ada dua orang yang menyarankan perpisahan antara dirinya dan Sekar
Selama ini tak pernah terbesit keinginan untuk menceraikan istri yang begitu ia cintai, bahkan saat seluruh dunia mengatakan bahwa Sekar itu mandul dan sebagainya, baginya Sekar adalah wanita yang paling sempurna
"Apa maksud ibu? Ibu tau sendiri sebesar apa Adrian mencintai Sekar bisa-bisanya ibu menyarankan itu" ucap Adrian penuh kemarahan
"Ibu hanya ingin yang terbaik untuk kamu Adrian, karena ibu menyayangi kamu" Nina tak kalah emosi
Dirinya merasa sudah melakukan yang terbaik bagi putranya, Nina hanya ingin Adrian fokus pada pernikahannya bersama Widia yang jelas-jelas bisa memberikan keturunan
"Ibu tau apa yang terjadi pada Adrian jika berpisah dari Sekar"
"Mau kemana kamu Adrian?" Nina mencegah putranya yang sudah hendak meninggalkan meja makan
"Kalian makan saja, Adrian gak napsu makan"
Adrian benar-benar pergi, pria itu menaiki tangga menuju lantai atas dimana kamarnya berada. Adrian dapat menebak jika sang istri masih berada disana
Ceklek
Pintu dibuka perlahan, Adrian menyapu setiap sudut kamar demi mencari keberadaan sang istri
Seperti biasa, jika sedang sedih Sekar selalu memilih untuk berada di balkon. Menikmati semilir angin yang menurutnya begitu menenangkan
Adrian mendekat, melingkarkan kedua tangannya pada pinggang ramping istrinya membuat si pemilik terkejut
"Mas, kamu disini?" Tanya Sekar tanpa membalikkan tubuhnya
"Mas kangen" Adrian merendahkan wajahnya, memberikan ciuman pada bahu sang istri yang malam ini hanya mengenakan gaun malam dengan tali diatas bahu
"Widia gimana kabarnya?"
"Baik"
"Kamu ninggalin Widia sendiri?"
Adrian menghela napasnya, dirinya benar-benar merindukan istrinya, tapi Sekar malah membahas tentang Widia
Adrian membalikkan tubuh itu hingga ia dapat melihat wajah cantik wanitanya itu, tangan Adrian terulur membelai lembut pipi sang istri lalu mendaratkan satu kecupan lembut di keningnya
Kecupan itu perlahan turun dan kini Adrian tengah menikmati bibir ranum Sekar yang hampir sepuluh hari lamanya tidak ia rasakan lagi nikmatnya
"Mas begitu mencintai kamu sayang" saat hendak melanjutkan aksinya lagi tiba-tiba terdengar suara dari dalam perut wanita itu membuat Sekar menunduk malu
"Kamu laper?"
Dengan wajah memerah tomat wanita itu mengangguk membuat Adrian seketika tertawa
"Kenapa gak bilang? Mau makan diluar?" Tanya Adrian membuat Sekar mengangkat wajahnya
"Mas serius?"
Adrian mengangguk "Mas juga belum makan, kayaknya enak kalau makan diluar"
"Kalau gitu aku siap-siap dulu sebentar, mas tungguin aku! Jangan kemana-mana!" Dengan wajah berseri Sekar kembali kedalam kamarnya, memilih pakaian yang tepat untuk makan malam bersama suaminya
"Udah"
Adrian menatap kagum kearah wanita cantik yang kini berdiri dihadapannya. Sekar tampak begitu cantik dengan balutan dress selutut tanpa lengan berwarna hitam
"Kalau kamu secantik ini rasanya gak rela buat bawa kamu keluar rumah"
Adrian mendekat, memeluk tubuh mungil sang istri lalu mendekatkan wajahnya hendak menghirup aroma memabukkan yang menjadi ciri khas wanita itu
"Mas udah janji mau bawa aku makan diluar, aku bakal ngambek kalau gak jadi"
Suara Sekar memaksa Adrian menghentikan aksinya, rasanya ia sudah sangat rindu dengan wanitanya ini
"Oke maaf ya sayang, kita pergi sekarang!" Ajaknya. Setelahnya Adrian meraih jaket kulit lalu mengenakannya, jika tidak sedang bekerja, Adrian memang tidak mengenakan jas
Keduanya pergi tanpa berpamitan dengan siapapun. Rumah terlihat sepi, sepertinya Widia telah berada dikamarnya, wanita hamil itu pasti tengah merajuk saat ini
"Kalian mau kemana?"
Nina yang masih berada diruang tengah sembari menonton televisi heran melihat putra serta menantunya yang terlihat rapi
"Kita mau makan diluar, Adrian titip Widia sama ibu dulu" Pamit Adrian sementara Sekar memilih untuk diam saja
"Ini pasti permintaan kamu kan Sekar? Kamu tuh ya" Tuduh Nina pada Sekar
"Adrian yang ngajak Sekar, dan Adrian harap ibu gak ngomong macem-macem lagi tentang istri Adrian"