NovelToon NovelToon
AKHIRNYA MENYESAL

AKHIRNYA MENYESAL

Status: tamat
Genre:Saling selingkuh / Pihak Ketiga / Pelakor / Balas Dendam / Tamat
Popularitas:1.2M
Nilai: 4.9
Nama Author: Hasri Ani

Saat kehamilan itu benar-benar terjadi pada Livia, dia bermaksud memberikan kejutan dengan datang ke kantor suaminya untuk mengabarkan kabar bahagia tersebut.

Tapi apa yang dia dapatkan, sangatlah mengguncang perasaannya.

Ternyata di ruangannya, Alex tengah bersama seorang wanita berparas lembut, dengan gadis kecil yang duduk di pangkuannya.

Bukannya merasa bersalah, setelah kejadian itu Alex malah memberi pernyataan, "kita berpisah saja!" Betapa hancur hati Livia. Dia tak menyangka, Alex yang begitu

mencintainya, dengan mudah mengatakan kata-kata perpisahan. Lalu apa jadinya jika suatu hari Alex mengetahui kalau dia sudah menelantarkan darah dagingnya sendiri dan malah memberikan kasih sayangnya pada anak yang tidak ada hubungan darah dengannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PUTUS ASA

Brenda keluar dari kantor dengan memeluk sebuah kardus di dadanya, berisi barang-barang pribadinya. Matanya terlihat sembap. Ada rasa penyesalan mendalam di hatinya, apalagi saat dia menelepon Natalia dan gila."

tanggapan sahabatnya itu sangat di luar ekspektasinya. Natalia cuma bilang, "Terima saja nasib lo. Sean memang

Padahal Brenda melakukan itu atas dasar solidaritasnya pada Natalia, meskipun dia tak menyuruhnya sama sekali.

"Loh, Mbak Brenda mau ke mana? Kenapa bawa-bawa kardus gitu?" tanya Lia, salah seorang bawahannya. Padahal dia tahu kalau Brenda sudah dipecat. Bukannya jahat, tapi jujur itu membuat ia dan yang lainnya senang... senang. Brenda sering berlaku semena-mena, mentang-mentang dia termasuk atasan dan senior mereka.

Jangankan menjawab, menoleh pun tidak. Brenda terus berjalan dan keluar dari lobi.

Sementara Lia hanya mendengus dan menahan tawanya.

"Kita harus merayakan ini sepulang kerja," kata Lia saat berkumpul bersama teman-temannya yang lain.

"Wajib!"

"Dia itu belagu. Padahal dulu Bu Livia aja yang lebih senior dari dia, sangat baik dan bersahaja."

"Bu Livia, istrinya Pak Sean?" tanya yang lain dan diangguki Lia.

"Sudah, sudah... ayo kerja lagi! Jangan sampai kita jadi orang kedua yang dipecat hari ini," kata salah satu membubarkan kerumunan kecil itu.

Sementara di ruangannya, Sean sedang menerima telepon dari sang istri.

"Jadi Minggu depan kamu sudah siap pindah?"

"Iya. Aku sudah mengurus semuanya. Dan aku sudah percayakan galeri pada orang yang bisa aku percaya."

"Syukurlah. I can't wait for your and Cello's arrival."

"Sabar, sayang... Minggu depan gak akan lama lagi kok. Selamat bekerja. Aku tutup teleponnya, ya..."

"Tunggu! Aku sudah memecat Brenda."

"Loh. Kenapa? Dia udah lama kerja denganmu, kan?"

"Kinerjanya semakin tidak bagus. Bahkan dia sudah berusaha mengadu domba kita."

Hening sejenak. Terdengar tarikan napas Livia

"Apa dia yang..."

"Ya. Aku sudah menyuruh orang untuk selidiki dia. Dan memang dia pelakunya."

"Apa karena Natalia?"

"Iya."

"Semoga ini menjadi pembelajaran buat dia. Ya udah, aku tutup dulu ya..."

"Oke, kamu hati-hati ya! How much you and Cello mean to me!"

"Awww, you're so sweet, Daddy..."

Sean terkekeh mendengar kata terakhir itu. "Daddy... panggilan yang sangat menggemaskan," batinnya.

Dari seberang, terdengar tawa kecil yang membuat Sean tersenyum sendiri. Wajah lelaki itu memancarkan kebahagiaan sambil menyimpan kembali ponselnya di meja.

Tiba-tiba pintu ruangannya diketuk. Milla, sekretarisnya, masuk membawa laporan hasil meeting kemarin dengan klien dari salah satu brand fashion yang melakukan kerja sama dengan Brilliant Consulting Group.

Wanita itu melemparkan senyum ramah, sambil menahan ekspresi geli di wajahnya. Tak sengaja, Milla mendengar ucapan lembut Sean barusan. Dia tak menyangka, bosnya yang begitu dingin dan tegas, bisa terdengar hangat juga saat bicara pada istrinya.

"Ini laporan yang Anda minta, Pak," katanya sambil menyimpan file di tangannya ke atas meja kerja Sean.

"Permisi."

Sean hanya mengangguk. Milla pun segera keluar dari

Ruangan bosnya.

Aurel pulang ke rumahnya, dikejutkan oleh sambutan Barly.

Lelaki itu tersenyum sinis sambil mengacungkan sesuatu di tangannya, membuat mata Aurel terbelalak.

"Berikan padaku!" teriak Aurel. Tangannya berusaha merebut map berwarna cokelat itu dari tangan Barly, tapi laki-laki itu mengangkat tangannya ke atas, hingga Aurel harus melompat beberapa kali untuk bisa menjangkaunya.

"Berikan padaku, Barly!" pekik Aurel, marah.

"Katakan dulu, apa Bang Alex tahu tentang ini?"

Barly semakin memainkan senyumnya, penuh ejekan.

"Jangan ikut campur! Itu bukan urusan kamu!"

"Ini urusanku juga! Aku tidak mungkin membiarkan kakak iparku dibohongi oleh kalian!" Barly terkekeh.

"Tapi kalau kamu ingin rahasia ini tetap aman, harus ada timbal balik," lanjutnya, dengan seringai menjijikkan di mata Aurel.

"Timbal balik apa?"

"Barusan kamu dari kantor polisi, kan? Untuk melaporkan aku dan Sheila. Sekarang aku minta kamu cabut laporan itu. Kalau tidak, bukti laporan kesehatan ini akan berpindah tangan ke Bang Alex," ancam Barly. Kali

Ini sorot matanya dingin dan tajam, menusuk retina Aurel yang melotot kaget.

"Tidak akan! Aku tidak akan mencabut laporan tentang pengkhianatan kalian. Aku ingin kalian merasakan dinginnya penjara. Terlebih, aku ingin melihat gund*kmu melahirkan di dalam jeruji besi!"

"Dan jika saat itu tiba, aku akan berpesta di sini untuk merayakan kesengsaraan kalian!" ucap Aurel, penuh dendam kesumat.

"Kalau begitu, aku akan memberikan ini pada kakakmu. Entah apa pun alasan kamu menyembunyikan ini, yang pasti aku yakin kamu tengah berlindung atau mengambil keuntungan dari laporan medis ini."

Aurel terdiam sejenak. Dia mencoba berpikir keras untuk mengambil keputusan darurat.

"Silakan saja kalau kamu akan memberikan laporan medis itu pada Bang Alex. Tadinya aku hanya kasihan pada Ishana. Kalaupun kamu mau kasih tahu itu ke Bang Alex, aku kan nggak akan rugi apa-apa," ucap Aurel santai. Padahal dalam hatinya dia menyimpan ketakutan. Jika Alex sampai tahu rahasia Ishana, maka tidak menutup kemungkinan, Ishana pun akan melaporkannya ke polisi atas kejadian kemarin.

"Oke, aku siap kamu penjarakan, dan kamu tahu siapa yang akan menjadi korban? Anak-anak kita! Syaira dan Shaki. Mereka akan dibully oleh teman-temannya." kata Barly, mencoba menggoyahkan pendirian Aurel.

Tapi wanita itu malah tersenyum sinis.

"Itu tidak akan terjadi. Anak-anakku kuat. Justru mereka akan tahu, sebrengsek apa bapaknya."

Aurel sengaja menatap Barly fari atas kepala hingga kakinya, dengan ekspresi merendahkan. Lalu melangkah pergi menuju kamarnya, seolah dia tak peduli dengan ancaman Barly.

Tersisa Barly seorang diri. Tubuhnya gemetar oleh amarah dan rasa takut. Takut akan ancaman Sheila. Jika sampai Barly tak bisa menghentikan Aurel melaporkan mereka ke polisi, Sheila bersumpah akan menggug*rkan kandungannya.

Tapi sebelum Barly memberikan laporan itu pada Alex, di dalam kamarnya Aurel segera menelepon Alex.

"Ada apa lagi Aurel, aku sedang sibuk." Jawab Alex tak sabaran. Suaranya sedikit meninggi karena tekanan pekerjaan.

"Aku punya kabar penting tentang mbak Ishana.

Ternyata selama ini dia sudah menyimpan rahasia besar tentang dirinya ke kamu."

Alex terdiam. Entah dia mendengar ucapan adiknya atau sedang fokus ke pekerjaannya.

"Bang, dengar tidak, omongan aku?"

"Iya dengar."

"Apa?" Tanya Aurel kesal.

"Rel please, Abang bener-bener sedang sibuk dan tak bisa diganggu. Nanti saja satu jam lagi Abang telpon balik."

Klik

Sambungan telepon terputus. Dengan kesal Aurel melempar ponselnya ke kasur. Tapi dia akan mencoba bersabar hingga satu jam lagi.

Di lain pihak, Barly semakin gelisah. Dia tak tahu harus berbuat apa lagi untuk menghentikan Aurel. Dia tahu, Aurel sangat keras kepala dan dominan. Itulah yang membuat Barly tidak nyaman bersama Aurel. Namun jika ia menceraikan Aurel, barly pun tak ingin berpisah dari anak-anaknya.

Lelaki itu terus berpikir keras dengan otaknya yang sudah panas.

Tiba-tiba sebuah ide gila muncul di otaknya. Meski sedikit ragu, tapi dia sudah kehabisan akal.

"Baiklah Aurel, aku tak punya cara lain untuk menghentikan kamu."

Aurel terus menatap jam di dinding. Belum genap satu jam sejak Alex menutup telepon, tapi dia tahu waktunya sudah mepet. Kalau Barly lebih dulu bicara, semuanya akan hancur.

Ia mengatupkan rahang, lalu menekan kembali nomor

Alex. Kali ini sambungan langsung terhubung.

"Bang, dengerin aku dulu. Aku tahu ini nggak ideal, tapi aku nggak bisa nunggu."

Suara Alex terdengar lebih tenang. "Oke. Bicara."

"Apa mas Barly sudah menelepon atau menghubungi Abang?"

"Nggak ada, memangnya ada apa sih?"

Keheningan langsung menyergap.

"Kita harus bicara tapi nggak bisa via telepon. Kita harus ngobrol langsung. Dan tidak di rumah sakit, karena ini menyangkut tentang rahasia mbak Ishana yang Abang nggak tahu."

"Baiklah, kita bicara di rumah Mama."

"Oke, aku tunggu Abang sore ini di sana."

1
Akbar Razaq
masih CALON TUNANGAN jangan bikin ulah bisa bisa tinggal mimpi jadi isyri Sean.
Akbar Razaq
Dengan musibah spt ini smoga au aurel.gak.ikut campur lagi.urusam.orang apalagi sorak kegirangan di atas kesedihan.orang.lain.
Akbar Razaq
MAMPUISSD KAU AU AURELLL SMOGA ANAK YG ADA DLM KANDUNGANMU JG AUTI KEBANYAKAN MAKAN MICIN
HEHE..
Akbar Razaq
cere aja Vi...sdh pasti Alex selengkong.
Cicih Sophiana
Istana kamu pernah di selingkuhin gimana rasanya? sakit kan?... tapi setelah itu kamu lupa klo kamu sdh merebut suami wanita lain... kamu jg dulu pernah mengatai Livia mandul kan? apa kamu gak sadar klo kamu sdh tdk punya rahim...
Cicih Sophiana
semoga Alex hidup nya tdk bahagia dan dia jg tdk bisa menjalan kan tugas nya sebagai suami normal lain ny
Cicih Sophiana
selamat ya Livia atas kelahiran baby boy nya...
Endang Supriati
si kesya kenapa engga mari sih!!
Endang Supriati
cello tuh anak laki! bukan.peremouan yg cuma bisa nangis ,cengeng.ansk laki itu kuat. hrsnya tanya kenapa mamanya bisa cerai. ya livia hrs jelaskan bahwa alex selingkuh.
Endang Supriati
livia munafik, klu sy jadi livia culik si krysa jual kerumah bordil. persis biar sama kays ibunys jd jslang.
Endang Supriati
heran juga sama akex pernah punya istri masa tdk bisa merasakan klu idhana tdk punya rahim waktu ena2 kan berasa tdk ada yg mentok diujung juniornya. laki2 klu lagi ena2 mau keluar itu gerakan maju mundurnya cepat banget dan ditekan kuat2 juniornya krn disitulah kenikmatan waktu pelepasannya dan dipentokin ke rahim.lah engga ada rahim di pentokin ke ruang kosong.hadehhhh
Endang Supriati
coba ada cctv, kan aurel tdk dipenjara.
Endang Supriati
lebih bagis kerja livia kamu nikah bawa ansk jgn sampai kaya benalu. cinta laki2 itu tdk selamanya. di perusahaan saya istri bos juga ikut kerja diperusahaan. dia ditempatksn di bagian keuangan jd direktur keuangan. datang ke kantor tdk seperti karyawan biasa dis istri bos datang sesuai kebutuhan. datang jam 10,jam 11 pulang jam 3 sdh pulang.
Endang Supriati
sean nanti selingkuh lagi, laki2 klu sdh tahu dan rasakan hub sex itu sdh jd kebutuhan biologisnya. laki2 mana bisa tahan seminggu tdk berhubungan sex.
Cicih Sophiana
thor Livia orang pintar knp dia gak cari kerja di luar negri... klo cuma bali aja mudah di temukan Alex atau Sean kan...
Cicih Sophiana
tp biarpun Livia pergi tanpa tau Sean... klo bi Elis ikut Livia pasti Sean akan tau juga...
Cicih Sophiana
Isyana itu pura pura baik pura pura lugu tp di hati nya ada racun nya...
Cicih Sophiana
rasain luh Nathali... mau mempermalukan orang kamu sendiri yg dapat malu...
Cicih Sophiana
ada jg kamu kali Brenda yg suka Sean..
Cicih Sophiana
Aletta kakak ipar yg baik... tdk seperti ibu dan ade ipar nya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!