NovelToon NovelToon
NOTHING IS GOOD

NOTHING IS GOOD

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Transformasi Hewan Peliharaan / Identitas Tersembunyi / Budidaya dan Peningkatan / Raja Tentara/Dewa Perang
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mr.Xg

Sungguh perjalanan yang penuh liku dan misteri! Dari seorang penyendiri dengan masa lalu kelam, Sean menjelma menjadi sosok yang ditakuti sekaligus dihormati, bahkan kekuatannya mampu mengguncang sebuah kerajaan. Keputusannya untuk "pensiun" dan menyerahkan tanggung jawabnya kepada Sang Pencipta membuka lembaran baru bagi alam semesta.
Kelahiran Ling di tengah hutan belantara, jauh dari hiruk pikuk dunia luar, seolah menjadi jawaban atas permintaan Sean. Kehidupan damai Ling di hutan, pertemuannya yang tak terduga dengan dunia luar, dan bakatnya yang luar biasa membawanya ke Akademi Peacock, tempat di mana potensi tersembunyinya mulai terungkap.
Pertemuannya dengan Dekan Fu Dai menjadi titik balik penting dalam hidup Ling. Bimbingan khusus dari sang Dekan membuka jalannya untuk memahami dan mengendalikan 'Napas Pembekuan Roh', sebuah kekuatan unik yang misterius. Latihan yang keras dan pengetahuan yang ia dapatkan di akademi perlahan mengikis kebingungannya dan mengasah kemampuannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr.Xg, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

menjadi murid pribadi dekan Fu Dai

Setelah "Tantangan Menyenangkan" yang tak terduga itu, Ling menjadi pusat perhatian di Kelas S. Para pangeran dan bangsawan muda lainnya mulai menatapnya dengan rasa ingin tahu yang lebih besar. Dekan Fu Dai, yang selama ini mengamati perkembangan para siswa baru dengan seksama, menunjukkan ketertarikan yang mendalam pada Ling.

Suatu pagi, setelah kelas Teori Kultivasi usai, seorang murid senior menghampiri Ling. "Ling, Dekan Fu Dai ingin bertemu denganmu di ruangannya sekarang."

Jantung Ling berdebar-debar. Ia mengikuti murid senior itu dengan perasaan campur aduk antara gugup dan penasaran. Ruangan Dekan Fu Dai tampak megah dan penuh dengan aura kebijaksanaan. Sang Dekan, seorang pria paruh baya dengan tatapan mata yang tajam namun ramah, menyambut Ling dengan senyuman lembut.

"Silakan duduk, Ling," ucap Dekan Fu Dai sambil menunjuk kursi di hadapannya.

Ling duduk dengan sopan. Keheningan sesaat menyelimuti ruangan sebelum Dekan Fu Dai kembali berbicara.

"Ling, saya telah mengamati kemampuanmu sejak ujian masuk. Kekuatanmu unik, sesuatu yang sangat langka. 'Napas Pembekuan Roh'... potensi yang luar biasa."

Ling menatap Dekan Fu Dai dengan bingung

"Tapi saya belum bisa mengendalikannya dengan baik, Dekan."

Dekan Fu Dai mengangguk. "Itulah mengapa saya memanggilmu. Saya melihat potensi yang jauh melampaui siswa-siswa lain di akademi ini. Saya ingin mengangkatmu menjadi murid pribadi saya. Saya akan membimbingmu secara langsung untuk memahami dan menguasai kekuatanmu."

Mata Ling membelalak tak percaya. Menjadi murid pribadi Dekan Fu Dai adalah kehormatan tertinggi di Akademi Peacock. Bahkan para pangeran pun tidak mendapatkan kesempatan seperti ini.

"A... apakah itu benar, Dekan?" tanya Ling dengan nada tercekat.

Dekan Fu Dai tersenyum. "Ya, Ling. Saya yakin, dengan bimbingan yang tepat, kamu akan menjadi kekuatan yang luar biasa di masa depan. Namun, ini juga berarti latihan yang lebih keras dan tanggung jawab yang lebih besar. Apakah kamu bersedia?"

Ling terdiam sejenak, menimbang tawaran yang luar biasa ini. Ia teringat akan kebingungannya selama ini, keinginannya untuk memahami kekuatannya. Kesempatan ini adalah jawaban atas semua pertanyaannya.

"Saya bersedia, Dekan Fu Dai," jawab Ling dengan tekad yang membara.

Dekan Fu Dai mengangguk puas. "Bagus sekali, Ling. Mulai hari ini, kamu adalah murid pribadi saya. Kita akan memulai latihan khususmu besok pagi."

Berita tentang pengangkatan Ling menjadi murid pribadi Dekan Fu Dai dengan cepat menyebar ke seluruh akademi. Para siswa Kelas S, termasuk para pangeran, menunjukkan berbagai reaksi.

Zhao Han tetap dingin namun terlihat sedikit menghargai potensi Ling. Song Kang sangat senang dan memberikan selamat dengan antusias. Fang Yin dan teman-temannya merasa bangga dengan pencapaian Ling.

"Luar biasa, Ling! Kau benar-benar istimewa!" seru Fang Yin dengan senyum lebar.

"Selamat, Ling! Aku yakin kau akan menjadi sangat kuat di bawah bimbingan Dekan!" timpal Song Kang dengan semangat.

Meskipun mendapat pengakuan dan bimbingan khusus, Ling tidak menjadi sombong. Ia tetap rendah hati dan bertekad untuk berlatih keras sesuai dengan harapan Dekan Fu Dai.

Hari-hari Ling setelah menjadi murid pribadi Dekan Fu Dai berubah drastis. Latihan khususnya sangat intens dan berbeda dari pelajaran reguler di kelas. Setiap pagi buta, sebelum matahari terbit, Ling sudah harus berada di ruang latihan pribadi Dekan, sebuah tempat terpencil di balik air terjun di area akademi yang jarang diketahui siswa lain.

Dekan Fu Dai tidak langsung mengajarkan teknik bertarung atau manipulasi energi biasa. Latihannya lebih fokus pada pemahaman dan pengendalian 'Napas Pembekuan Roh'. Awalnya, Dekan hanya meminta Ling bermeditasi, merasakan aliran energi di dalam tubuhnya, dan mencoba memvisualisasikan hawa dingin yang muncul di tangannya saat ujian dan tantangan.

"Ling," ujar Dekan Fu Dai suatu pagi dengan suara tenang namun penuh penekanan, "kekuatanmu bukanlah atribut elemen seperti yang lain. Ini adalah manifestasi dari energi rohmu yang unik. Kau harus belajar 'mendengarkan' rohmu, memahami getarannya, dan mengendalikannya dengan pikiranmu."

Ling merasa kesulitan. Sensasi dingin itu datang dan pergi tanpa bisa ia prediksi. Kadang muncul samar, kadang menghilang sepenuhnya. Dekan Fu Dai sangat sabar. Ia tidak pernah memaksakan Ling, tetapi terus memberikan petunjuk dan analogi yang membantunya memahami konsep yang abstrak ini.

"Bayangkan rohmu seperti danau yang tenang," kata Dekan suatu hari. "Hawa dingin itu adalah riak di permukaannya. Kau harus belajar menciptakan riak itu dengan kehendakmu, memperbesarnya, dan mengarahkannya sesuai keinginanmu."

Latihan fisik Ling juga ditingkatkan. Dekan melatihnya dengan gerakan-gerakan meditasi kuno yang bertujuan untuk memperkuat tubuh dan memperlancar aliran energi roh. Awalnya, tubuh Ling terasa kaku dan sakit, namun perlahan ia merasakan peningkatan yang signifikan dalam kelenturan dan staminanya.

Selain latihan fisik dan meditasi, Dekan Fu Dai juga mengajarkan Ling tentang sejarah dunia kultivasi yang lebih mendalam, terutama tentang para kultivator kuno yang memiliki kekuatan unik di luar elemen-elemen dasar. Ia menceritakan kisah-kisah tentang 'energi murni', 'manipulasi ruang', dan 'pengendalian waktu' yang membuat Ling semakin penasaran dengan potensi kekuatannya sendiri.

Suatu sore, setelah berminggu-minggu latihan yang intens, Dekan Fu Dai membawa Ling ke sebuah ruangan yang dipenuhi dengan berbagai macam artefak kuno. Di tengah ruangan terdapat sebuah bola kristal berwarna keperakan yang memancarkan hawa dingin yang samar.

"Ling," kata Dekan, "bola kristal ini adalah artefak kuno yang sensitif terhadap energi roh. Coba alirkan hawa dingin dari tanganmu ke dalamnya. Kita akan melihat reaksinya."

Dengan hati-hati, Ling mengulurkan tangannya ke arah bola kristal. Ia memejamkan mata, mencoba memanggil sensasi dingin yang familiar.

Perlahan, ia merasakan hawa dingin itu mengalir dari telapak tangannya, menyentuh permukaan bola kristal.

Bola kristal itu bergetar pelan, dan permukaan keperakannya mulai memancarkan cahaya biru pucat yang semakin terang. Hawa dingin di ruangan itu terasa semakin menusuk. Dekan Fu Dai mengangguk-angguk dengan ekspresi puas.

"Bagus, Ling! Kau mulai bisa mengendalikannya. Cahaya biru ini adalah resonansi dari energi rohmu dengan artefak ini. Semakin kuat fokusmu, semakin terang cahayanya."

Sejak saat itu, latihan Ling semakin terarah. Ia belajar memfokuskan energinya, mengendalikan intensitas hawa dingin, dan mencoba mengarahkannya. Dekan Fu Dai juga mulai mengajarkannya teknik-teknik dasar pertarungan yang dipadukan dengan 'Napas Pembekuan Roh'.

Ling belajar bergerak cepat dan tak terduga, memanfaatkan hawa dingin untuk memperlambat gerakan lawan atau menciptakan lapisan es tipis di tanah untuk membuatnya tergelincir.

Hari demi hari, minggu demi minggu berlalu. Ling terus berlatih dengan tekun di bawah bimbingan Dekan Fu Dai. Kekuatannya berkembang pesat.

'Napas Pembekuan Roh' tidak hanya sekadar hawa dingin yang melumpuhkan, tetapi mulai bisa ia manipulasi menjadi lapisan pelindung tipis, atau bahkan hembusan angin dingin yang membawa efek membekukan. Hubungannya dengan Dekan Fu Dai juga semakin dekat, layaknya seorang guru dan murid yang saling menghormati dan percaya. Ling merasa beruntung mendapatkan bimbingan dari sosok yang begitu bijaksana dan sabar. Ia tahu, di bawah arahan Dekan Fu Dai, ia akan mampu mengungkap potensi penuh dari kekuatan uniknya.

Di bawah sengatan mentari siang yang membakar semangat, Ling, dengan pikiran yang baru saja disegarkan oleh pelajaran dari Dekan Fu Bai, diam-diam menyelinap ke ambang pintu kelas S. Aroma rempah dan herba yang samar menusuk hidungnya, pertanda bahwa Prof. Lu Ya, sang maestro peracik ramuan yang legendaris, sedang beraksi. Ling tidak ingin mengganggu, jadi dia hanya mengintip, matanya menangkap pemandangan yang tak terduga.

Di dalam kelas, suasana terasa tegang. Dua sosok yang sangat dikenal di akademi, Pangeran Song Kang yang karismatik dan Pangeran Zhao Han yang berwibawa, tengah terlibat dalam perdebatan sengit. Sumbernya? Sebuah catatan resep ramuan yang diberikan langsung oleh Prof.

Lu Ya. Rupanya, sang profesor sengaja menyajikan resep dengan beberapa bahan dan takaran yang keliru, sebuah ujian bagi para muridnya untuk menunjukkan ketelitian dan pemahaman mereka. Namun, yang terjadi justru adu argumentasi panas antara kedua pangeran, masing-masing bersikukuh bahwa koreksi resepnya lah yang paling akurat.

Fang Yin, bersama enam murid kelas S lainnya, hanya bisa menjadi saksi bisu pertengkaran yang semakin memanas itu. Bahkan Prof. Lu Ya sendiri tampak sedikit gamang untuk menginterupsi perdebatan sengit antara dua pewaris takhta tersebut. Namun, demi mencegah keributan yang lebih besar, akhirnya suara tenang namun berwibawa Prof. Lu Ya memecah keheningan.

"Mohon tenang semuanya," ucapnya seraya mengambil kedua catatan resep yang telah dikoreksi oleh kedua pangeran. Seketika, Song Kang dan Zhao Han terdiam dan menatap sang profesor dengan penuh harap.

Dengan senyum tipis yang menyiratkan ketegangan, Prof. Lu Ya memulai penilaiannya. "Catatan resep yang dikoreksi oleh Pangeran Zhao Han memang sudah sangat baik dan mendekati sempurna, namun sayangnya, ada satu takaran bahan yang sedikit meleset." Beliau kemudian mengalihkan pandangannya pada catatan Song Kang, membuat jantung kedua pangeran berdebar. "Sedangkan untuk catatan resep yang dikoreksi oleh Pangeran Song Kang..." Prof. Lu Ya berhenti sejenak, menciptakan jeda dramatis yang membuat semua mata tertuju padanya. "...sungguh sempurna! Seratus persen benar, tanpa ada satu pun bahan atau takaran yang salah."

Mendengar putusan itu, seringai tipis namun penuh kemenangan terukir di wajah Song Kang. Dengan santai, ia mengangkat sebelah alisnya ke arah Pangeran Zhao Han, gestur yang jelas mengejek dan sukses membuat sang pangeran yang kalah geram. Bahkan beberapa murid lain yang menyaksikan sikap Song Kang yang dianggap terlalu angkuh itu ikut merasa jengkel.

Bel tanda berakhirnya pelajaran berbunyi nyaring, memecah ketegangan di kelas. Song Kang dan Fang Yin keluar bersama, dan betapa terkejut serta bahagianya mereka ketika melihat Ling berdiri di depan pintu, menanti mereka. Senyum cerah langsung menghiasi wajah keduanya.

Mereka bertiga berjalan bersama menuju kantin yang ramai. "Ling! Sudah lama sekali kita tidak bertemu," sapa Fang Yin dengan nada riang.

"Bagaimana kabarmu? Dan bagaimana rasanya menjadi murid Tuan Dekan?" Song Kang menganggukkan kepalanya, menyetujui ucapan sahabatnya.

"Belajar di bawah bimbingan Guru memang sangat intens dan nyaris tanpa jeda istirahat," jawab Ling dengan mata berbinar, "tetapi hasilnya luar biasa! Sekarang aku sudah mulai memahami dan bahkan mempraktikkan teknik 'Nafas Pembekuan Roh'. Selain itu, pengetahuanku tentang luasnya dunia kultivasi, termasuk peradaban kuno yang penuh misteri, juga semakin bertambah!" Mendengar cerita Ling yang penuh semangat, Fang Yin dan Song Kang ikut merasakan kebahagiaan dan kebanggaan.

Sesampainya di kantin yang hiruk pikuk, mereka segera menemukan tempat duduk kosong. "Kalian mau pesan apa? Biar aku yang ambilkan," ujar Song Kang tiba-tiba, bangkit dari duduknya.

Fang Yin dan Ling saling bertukar pandang, sedikit terkejut. Ini adalah kali pertama mereka melihat seorang pangeran menawarkan diri untuk mengambilkan makanan. Namun, karena itu adalah kemauan tulus Song Kang, mereka pun menyebutkan makanan dan minuman yang mereka inginkan.

Song Kang beranjak pergi, meninggalkan Fang Yin dan Ling yang melanjutkan obrolan mereka dengan tenang, berbagi pengetahuan baru yang mereka dapatkan selama belajar di akademi.

Namun, ketenangan mereka tiba-tiba terusik oleh suara seorang senior laki-laki yang menghampiri meja mereka. "Permisi," sapanya dengan nada sedikit meremehkan, "apakah salah satu dari kalian adalah murid pribadi Tuan Dekan?"

Fang Yin mengangguk dan menunjuk Ling. "Benar, dia Ling, murid pribadi dari Dekan Yuan. Ada apa ya, Kak Senior, bertanya seperti itu?" tanya Fang Yin dengan nada waspada.

Senior itu menatap Ling dari atas ke bawah, lalu menganggukkan kepalanya dengan ekspresi kurang terkesan. "Dari penampilanmu, terus terang, kamu terlihat kurang pantas untuk menjadi murid Tuan Dekan. Tapi, karena aku tidak mau menilai hanya dari penampilan, bagaimana kalau aku menantangmu untuk menguji seberapa hebat murid pilihan Tuan Dekan? Kudengar dari beberapa orang, kamu cukup kuat," tantangnya dengan nada sinis.

"Eh, apa-apaan ini, Senior?!" sergah Fang Yin, tidak terima dengan sikap merendahkan senior tersebut. "Bagaimana mungkin seorang senior menantang murid junior yang bahkan belum genap setahun belajar di akademi?!"

Senior itu sama sekali tidak menggubris protes Fang Yin dan terus menatap Ling dengan tatapan menantang. Ling sendiri menatap balik senior itu dengan ekspresi polos namun tanpa rasa takut. Setelah melirik Fang Yin sejenak, Ling kembali menatap senior di hadapannya.

Dengan anggukan mantap, Ling menjawab, "Aku menerima tantanganmu, Kak Senior." Sontak, seluruh penjuru kantin yang sedari tadi diam-diam memperhatikan percakapan itu langsung riuh rendah oleh sorakan dan bisikan antusias. Pertunjukan menarik akan segera dimulai!

Fang Yin segera meraih tangan Ling dengan cemas. "Ling, apa kamu serius?" Ling hanya membalasnya dengan anggukan mantap, menunjukkan kesungguhan dalam keputusannya.

Ling dan senior itu kemudian beranjak pergi dari kantin, diikuti oleh kerumunan murid yang penasaran ingin menyaksikan pertarungan yang tak terduga ini. Fang Yin masih terpaku di kursinya, menunggu kedatangan Song Kang dengan perasaan bercampur aduk antara khawatir dan penasaran.

Tak lama kemudian, Song Kang datang dengan nampan berisi tiga porsi makanan dan minuman di tangannya. Namun, alangkah bingungnya dia ketika melihat meja mereka kosong dan suasana kantin yang tadinya ramai kini sunyi senyap.

"Lho? Di mana Ling? Dan di mana semua orang? Kenapa tiba-tiba sepi padahal tadi sangat ramai?" tanya Song Kang dengan alis berkerut.

"Ling..." Fang Yin menarik napas dalam, "Ling baru saja ditantang bertarung oleh senior murid kelas S tingkat tiga. Katanya, murid di tingkat itu sudah berada di ranah Bumi. Dan Ling... Ling menerima tantangan itu. Semua orang sudah pergi ke arena pertarungan untuk menyaksikan apa yang akan terjadi."

Mendengar penjelasan Fang Yin, mata Song Kang membulat. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia segera menarik tangan Fang Yin.

"Kalau begitu, kita juga harus pergi! Kita tidak boleh melewatkan ini!" ucapnya dengan nada khawatir bercampur penasaran, dan keduanya pun bergegas menyusul kerumunan menuju arena pertarungan.

Langkah Ling dan seniornya menuju Arena Pertarungan terasa bagai arak-arakan semut yang bersemangat mengikuti ratunya. Bisik-bisik penasaran dan sorakan antisipasi menggema di sepanjang koridor yang menuju arena. Fang Yin dan Song Kang menyusul dengan langkah tergesa-gesa, jantung mereka berdebar seiring dengan rasa khawatir dan ingin tahu yang tak tertahankan.

Sesampainya di Arena Pertarungan, sebuah tempat luas dengan lantai batu yang kokoh dan dikelilingi oleh tribun bertingkat untuk para penonton, kerumunan telah memadati setiap sudut. Di tengah arena, Ling berdiri tegak, tubuh mungilnya tampak kecil di hadapan seniornya yang berpostur jauh lebih tinggi dan terlihat lebih dewasa. Namun, ada aura tenang dan fokus yang terpancar dari mata Ling, menghilangkan kesan bocah delapan tahun yang polos.

Senior itu, yang diketahui bernama Fei Long dari kelas S tingkat tiga, menyeringai meremehkan. "Kau benar-benar berani menerima tantanganku, bocah ingusan," katanya dengan nada mengejek, suaranya bergema di arena. "Kuharap keberanianmu sebanding dengan kekuatanmu."

Ling hanya menatap Fei Long tanpa ekspresi, tidak terpancing oleh kata-kata seniornya. Ia merapalkan mantra dalam hati, merasakan energi spiritual di dalam tubuhnya berputar semakin cepat. Meskipun baru mencapai ranah Pembentukan Jiwa tingkat dua, bimbingan intens dari Tuan Dekan dan pemahaman mendalam tentang teknik kultivasi memberinya fondasi yang jauh lebih kokoh dari murid seusianya.

Fei Long tidak menunggu lebih lama. Dengan gerakan cepat, ia mengalirkan energi spiritualnya dan tinjunya berselimut cahaya hijau samar. Sebuah pukulan keras diluncurkannya ke arah Ling, angin dari kepalan tangannya terasa menerpa wajah bocah itu.

Semua mata yang tertuju ke arena menahan napas, mengira Ling akan terpental dalam satu serangan. Namun, dengan gerakan yang sulit ditangkap mata, Ling berhasil memiringkan tubuhnya, menghindari pukulan Fei Long hanya dalam hitungan sentimeter. Fei Long terkejut, tidak menyangka serangannya akan meleset dari target yang tampak begitu mudah.

Sebelum Fei Long sempat bereaksi, Ling mengulurkan tangannya. Kristal-kristal es halus tiba-tiba muncul di udara di sekitar tangan Ling, berkumpul dengan cepat membentuk tombak es yang runcing dan memancarkan aura dingin yang menusuk. Teknik 'Nafas Pembekuan Roh' yang baru dikuasainya ia gunakan dengan lancar dan presisi di tengah Arena Pertarungan.

Tombak es melesat cepat ke arah Fei Long. Senior itu dengan sigap mengaktifkan perisai energi berwarna hijau di depannya. Tombak es menghantam perisai dengan suara berderak yang bergema di seluruh Arena Pertarungan, menciptakan retakan halus di permukaannya. Fei Long kembali terkejut. Kekuatan serangan bocah itu jauh melampaui dugaannya.

Pertarungan berlanjut dengan intens di tengah Arena Pertarungan. Fei Long, yang kini tidak lagi meremehkan lawannya, mulai menggunakan teknik-teknik yang lebih serius. Pukulan dan tendangannya kini mengandung energi spiritual yang lebih besar, menciptakan gelombang kejut yang terasa hingga ke tribun penonton. Namun, Ling dengan kelincahan luar biasa terus menghindar di atas lantai batu arena dan sesekali melancarkan serangan balasan menggunakan tombak-tombak es yang semakin banyak dan bervariasi bentuknya.

Beberapa kali Fei Long berhasil mengenai Ling, namun bocah itu tampak mampu menahan dampak serangan dengan tubuh yang lebih kecil namun sangat terlatih. Setiap kali Fei Long menyerang di Arena Pertarungan, Ling tidak hanya menghindar tetapi juga mempelajari pola gerakan seniornya, mencari celah untuk menyerang balik.

Kerumunan murid di tribun semakin riuh. Mereka tidak menyangka pertarungan antara senior tingkat tiga dan murid baru yang bahkan belum setahun belajar akan berlangsung begitu sengit di Arena Pertarungan ini. Banyak yang mulai berbisik-bisik, mengakui bahwa ada sesuatu yang istimewa dari bocah bernama Ling ini.

Setelah beberapa jurus saling bertukar serangan di tengah Arena Pertarungan, Fei Long mulai kehabisan kesabaran. Ia mengumpulkan seluruh energi spiritualnya di kedua tangannya, menciptakan pusaran angin hijau yang semakin membesar. "Rasakan ini, bocah! 'Pukulan Angin Maut'!" teriaknya sambil mengayunkan kedua tangannya ke depan, melepaskan gelombang energi dahsyat ke arah Ling di lantai batu arena.

Gelombang angin hijau itu melaju dengan kecepatan tinggi di Arena Pertarungan, tampak mustahil untuk dihindari di ruang terbuka.

Namun, Ling tidak panik. Ia menarik napas dalam-dalam, memusatkan seluruh fokusnya. Energi spiritual di dalam tubuhnya bergejolak, dan di depannya, lapisan-lapisan es tebal terbentuk dengan kecepatan kilat, menyusun diri menjadi perisai es yang kokoh dan berlapis-lapis di tengah Arena Pertarungan.

Gelombang 'Pukulan Angin Maut' menghantam perisai es dengan ledakan keras yang menggema di seluruh Arena Pertarungan. Lapisan-lapisan es retak dan hancur satu per satu, namun perisai itu berhasil menahan sebagian besar kekuatan serangan Fei Long. Meskipun demikian, sisa energi dari pukulan itu masih menerpa tubuh Ling, membuatnya terhuyung mundur beberapa langkah di atas lantai batu arena.

Fei Long terengah-engah, menatap Ling di tengah Arena Pertarungan dengan mata yang kini penuh keterkejutan dan kekaguman. Bocah delapan tahun di hadapannya ini tidak hanya mampu bertahan dari serangannya, tetapi juga menunjukkan pemahaman dan penguasaan teknik yang luar biasa untuk tingkatannya di Arena Pertarungan.

"Kau..." Fei Long berkata dengan nada tak percaya, "...kau memang pantas menjadi murid Tuan Dekan." Nada meremehkan dalam suaranya telah hilang, digantikan oleh rasa hormat yang baru tumbuh di tengah Arena Pertarungan yang tadinya dipenuhi keraguan. Pertarungan yang awalnya dianggapnya sebagai lelucon kini telah membuka matanya akan potensi luar biasa yang dimiliki Ling di Arena Pertarungan ini.

1
Grayn Alasky
cukup menarik, karena sepertinya ini author masih pemula dari cerita yang saya baca, dan data yang saya liat
Grayn Alasky
semangat ya author , meskipun agak sepi
Grayn Alasky
semangat author
Grayn Alasky
semangat thor
Grayn Alasky
adabmu sangat bagus sean
Grayn Alasky
kota apaan dah yang kaya gitu
Grayn Alasky
introvert
Grayn Alasky
ternyata pengalaman buruk cukup banyak orang yang mengalaminya
Saito Bara
tapi banyak sekali orang seperti itu
Saito Bara
ow ada penyihir juga ya
Saito Bara
oh jadi dari cerita di ats yang telah ku baca, orang yang telah membangkitkan sosok jahat itu pasti ada kaitannya dengan anggota kerajaan
Saito Bara
gimana ya, kalau ada orang yang menormalisasikan hub ses jens melihat cerita ini, pasti ni author di maki
Saito Bara
haha sangat puas sekali
Saito Bara
pasti sena itu introvert
Saito Bara
awalannya lumayan juga
Saito Bara
Cukup seru
Saito Bara
sangat bagus
Saito Bara
awal ceritanya kurang meyakinkan, tetapi setelah membaca semuanya aku jadi sangat tertarik
Kruzery
Aduh, tangan sudah gatal, cepat update dong thor!
Yuri/Yuriko
Bikin nagih.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!