Finn kembali untuk membalaskan dendam kematian kedua orang tuanya. Dengan bantuan ayah angkatnya, Finn meminta dijodohkan dengan putri dari pembunuh kedua orang tuanya, yaitu Selena.
Ditengah rencana perjodohan, seorang gadis bernama Giselle muncul dan mulai mengganggu hidup Finn.
"Jika aku boleh memilih, aku tidak ingin terlahir menjadi keturunan keluarga Milano. Aku ingin melihat dunia luar, Finn... Merasakan hidup layaknya manusia pada umumnya," ~ Giselle.
"Aku akan membawamu keluar dan melihat dunia. Jika aku memintamu untuk menikah denganku, apa kamu mau?" ~ Finn.
Cinta yang mulai tumbuh diantara keduanya akankah mampu meluluhkan dendam yang sudah mendarah daging?
100% fiksi, bagi yang tidak suka boleh langsung skip tanpa meninggalkan rating atau komentar jelek. Selamat membaca dan salam dunia perhaluan, Terimakasih 🙏 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 : TDCDD
Seorang wanita memanggil Giselle, dia adalah kepala pelayan yang bertugas mengawasi para stafnya disana. Dengan langkah sedikit terburu-buru, Giselle berjalan mendekati wanita itu.
"Pekerjaan kita itu masih banyak didalam, kenapa kamu malah berkeliaran disini?" tegurnya. "Tugas kamu untuk melayani para tamu, bukan untuk bermalas-malasan!"
"Maaf, saya salah," Giselle menundukkan sedikit kepalanya dan berkata dengan suara lirih.
"Sudah cepat sana masuk, selesaikan pekerjaan kamu!"
Wanita itu berjalan lebih dulu didepan, sementara Giselle mengikuti dibelakangnya. Mereka masuk ke dalam ruangan yang dipenuhi banyak makanan dan minuman. Bersama dengan para pelayan lainnya, Giselle mengeluarkan makanan untuk disajikan didalam pesta, mengganti makanan dan gelas minuman yang sudah kosong.
Padatnya tamu undangan membuat Giselle kesulitan untuk mencari keberadaan Finn, selain itu dia juga harus menghindari para anak buah papanya yang berjaga di setiap sudut ruangan.
"Hei pelayan, aku minta minumannya sini," seorang wanita memanggil Giselle, lalu mengambil satu gelas minuman yang sedang dibawa Giselle. "Terimakasih!"
"Sama-sama Nyonya, permisi," Giselle membawa nampan berisi minuman itu ke atas meja panjang dan meletakkannya disana.
Tuan Andreas sudah berdiri di atas panggung dan mulai memberikan kata sambutan untuk para tamu undangan. Finn dan Selena ikut menyusul naik bersama dengan Sonia dan juga Tuan Mark. Acara inti sudah siap dimulai, yaitu acara pertunangan Finn dan Selena.
Giselle menatap Finn dari bawah. Tujuannya datang kesana bukanlah untuk membatalkan pertunangan mereka. Giselle hanya ingin memastikan perasaan Finn, dengan begitu dia bisa memanfaatkan pria itu. Giselle berjalan maju beberapa langkah, supaya Finn bisa melihatnya lebih jelas.
Sonia membuka kotak cincin ditangannya, "Finn, Selena, ayo ambil cincinnya,"
Masing-masing mengambil satu cincin. Finn dan Selena saling bertukar menyematkan cincin dijari tangan mereka. Berbeda dengan Selena yang terus tersenyum sepanjang acara, Finn hanya memasang wajah datarnya.
Selesai bertukar cincin, Finn dan Selena kembali berdiri menghadap ke arah tamu undangan. Tatapan Finn berhenti pada seseorang yang berdiri di antara para tamu. Finn mempertajam lagi penglihatannya untuk melihat dengan jelas siapa wanita yang sedang berdiri di sana.
"Gadis itu, dia... Kenapa dia bisa ada disini?"
Menyadari Finn sudah melihatnya, Giselle berbalik dan melangkahkan kakinya pergi meninggalkan tempat itu, dia yakin Finn pasti akan mengejarnya.
Selena menahan tangan Finn saat pria itu hendak pergi. "Finn, kamu mau kemana?"
"Aku mau ke toilet sebentar, kamu tunggu disini saja," Finn melepaskan tangan Selena dari lengannya, dia menerobos diantara para tamu undangan dan mencari keberadaan gadis tadi.
Didepan sana, Giselle masih berdiri, menunggu Finn turun dan mengejarnya. Setelah Finn semakin dekat, Giselle melangkahkan kakinya kembali meninggalkan ruangan pesta, dia memasuki sebuah lorong yang terdapat beberapa pintu ruangan disana.
Finn berhasil mengejar Giselle karena gadis itu sengaja memelankan langkahnya. Dengan sekali gerakan, Finn menarik pergelangan tangan Giselle dan mendorongnya masuk ke dalam salah satu ruangan disana. Finn mengunci pintu ruangan itu dari dalam, dia mendorong tubuh Giselle ke dinding dan mengunci leher gadis itu dengan tangannya.
Kini, tatapan keduanya saling bertemu. Ada perasaan yang sulit untuk digambarkan dengan kata-kata, Giselle sendiri tidak tau kenapa dia bisa sebahagia ini saat bisa melihat wajah Finn dengan jarak sedekat ini. Padahal tujuannya adalah untuk memanfaatkan lelaki itu saja, tanpa berniat memiliki perasaan lebih padanya.
Cukup lama mereka saling menatap dalam diam, hingga suara Finn mencairkan keheningan.
"Pergi setelah tidur denganku, apa tujuanmu sebenarnya?!" suara Finn terdengar tegas, namun tak ada raut kemarahan. Dia cukup senang akhirnya bisa menemukan gadis yang selama ini dia cari.
Giselle tersenyum tipis, "Tujuan apa? Bukankah aku sudah bilang jika aku menyukaimu, apa kamu masih belum paham juga?"
Giselle menurunkan tangan Finn dari lehernya, dia menatap cincin yang melingkar di jari manis tangan kiri Finn.
"Malam ini kamu sudah bertunangan dengan kekasih kamu," Giselle mengangkat wajahnya dan menatap Finn. "Lalu apa yang ingin kamu lakukan padaku? Kenapa kamu mengejarku sampai kesini? Apa kamu juga menyukaiku?"
"Tutup mulutmu!" Finn menjauhkan tubuhnya dari Giselle, berdiri memunggungi gadis itu. "Aku tau kamu pasti memiliki tujuan lain, siapa kamu sebenarnya?"
"Siapa aku itu tidak penting, Finn. Aku hanya ingin tau bagaimana perasaanmu padaku, itu saja." Giselle melingkarkan kedua tangannya di pinggang Finn, menyenderkan kepalanya dipunggung pria itu. Entah mengapa dia merasakan ada perasaan nyaman setiap kali berada didekat Finn.
"Apa kamu bekerja sebagai pelayan?" tanya Finn, dia membiarkan tangan Giselle tetap melingkar di pinggangnya.
Giselle mengangguk kecil, "Aku hanya seorang wanita biasa, Finn. Aku bukan dari keluarga terpandang seperti tunangan kamu itu."
Giselle menurunkan kedua tangannya, menatap Finn yang kini tengah berdiri menatapnya. Finn mengangkat tangannya dan mengusap wajah Giselle, dimata itu dia melihat ada duka yang mendalam.
"Siapa nama kamu?"
Tok...
Tok...
Tok...
Selena mengetuk pintu ruangan itu dari luar, "Finn, apa kamu didalam?" panggilnya dari luar.
Finn dan Giselle saling menatap.
"Jangan dibuka Finn," matanya sudah menggenang air mata, Giselle menatap Finn dengan tatapan sendu.
Finn mendorong tubuh Giselle hingga menyentuh dinding. Kedua mata Giselle membulat saat Finn langsung mencium bibirnya tanpa aba-aba lebih dulu. Bukan cuma sekedar ciuman biasa, melainkan sebuah lum-atan yang mampu membuat Giselle melayang.
Mereka mengabaikan suara panggilan Selena dari luar. Giselle bahkan sudah mulai membalas ciuman Finn, kedua tangannya memegangi jas yang dipakai Finn kuat-kuat.
Ciuman Finn semakin dalam. Finn tidak mengerti, mengapa dia tidak bisa menahan diri setiap berada didekat gadis itu. Bibir Giselle telah membuatnya candu.
Saat suara Selena sudah tidak terdengar lagi, mereka saling melepaskan ciumannya dan saling menatap dalam. Nafas keduanya terdengar saling berkejaran akibat ciuman panas mereka barusan.
"Kembalilah ke pekerjaanmu, setelah selesai acara aku akan datang menemuimu lagi,"
Finn mengambil dompetnya dari saku celana dan mengeluarkan kartu nama dari sana, "Ambil ini untuk berjaga-jaga, hubungi aku jika aku tidak bisa menemukan kamu,"
Finn membuka pintu ruangan itu dan kembali ke pesta. Giselle menatap kartu nama ditangannya sebentar, lalu dia keluar selang sepuluh menit setelah Finn keluar. Giselle berniat untuk menemui Kayla.
"Itu dia disana, ayo cepat tangkap dia!"
Tiga orang anak buah Tuan Andreas memergoki Giselle keluar dari salah satu ruangan digedung tersebut. Setelah mendapatkan informasi jika Giselle kabur lagi, Tuan Andreas langsung menyuruh anak buahnya yang ada disana untuk mencari gadis itu disekitar gedung. Tuan Andreas yakin jika Giselle pasti datang kesana untuk menggagalkan acara pertunangan kakaknya.
Giselle mulai panik, dia menoleh ke kanan dan kirinya, memikirkan cara untuk kabur dari sana. Saat tiga orang itu sudah semakin dekat, Giselle berlari menuju kesebuah lorong lain yang akan membawanya keluar dari gedung tersebut. Beberapa orang yang baru saja keluar dari ruangan pesta menduga jika Giselle adalah maling yang berkedok sebagai pelayan makanya dikejar-kejar seperti itu oleh para penjaga disana.
Brukkkk...
Tubuh Giselle jatuh terduduk di atas lantai saat dia tak sengaja menabrak seseorang. Beberapa penjaga yang mengejar segera menghentikan langkahnya saat melihat Giselle sedang bersama dengan Glenn, putra dari Tuan Hendra.
"Maaf, aku tidak sengaja." Glenn mengulurkan tangannya untuk membantu Giselle berdiri.
Nafas Giselle terengah-engah, tumitnya juga terasa perih karena sepatu high heels yang dia pakai memang sedikit sempit. Itu adalah sepatu pelayan wanita yang dia tukar tadi.
Keributan diluar gedung mulai menarik perhatian beberapa orang disana. Orang-orang yang sedang ada didalam gedung bahkan sampai berbondong-bondong keluar demi bisa menyaksikan tontonan itu.
Kedua mata Tuan Andreas membulat saat putri yang selama ini dia sembunyikan tengah menjadi tontonan ribuan tamu undangan disana. Tidak mungkin dia ikut buka suara, bisa-bisa nanti identitas Giselle terungkap didepan publik. Tuan Andreas tidak ingin mengambil resiko, dia bahkan memberikan kode pada anak buahnya untuk tidak mendekat dulu.
Finn keluar bersama dengan Selena. Dia menatap Giselle yang tengah duduk di depan seorang pria yang sedang berdiri. Sonia yang melihat Giselle ada disana juga nampak begitu terkejut, putri tirinya itu selalu saja membuat masalah!
"Giselle...!!!" Kayla menerobos diantara kerumunan orang-orang, dia menghampiri Giselle dan membantunya berdiri.
Glenn mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Dia baru sadar rupanya sekarang ini mereka sudah dikerumuni banyak orang.
"Maaf, aku hanya tidak sengaja menabrak gadis ini sampai terjatuh. Kalian bisa masuk dan melanjutkan kembali pesta kalian," dengan senyuman ramahnya, Glenn mempersilahkan orang-orang itu untuk bubar.
Glenn memperhatikan kaki Giselle, "Kakimu sepertinya terluka, ayo biar aku bantu obati lukamu dulu,"
Giselle menatap Finn sebentar, lalu dia menganggukkan kepalanya pada Glenn. Yang terpenting sekarang dia sudah terbebas dari anak buah papanya dulu. Giselle bahkan tak memperdulikan tatapan papanya yang sedang menatap tajam padanya.
Kayla membantu memapah Giselle, dibelakangnya Glenn berjalan mengikuti. Baru beberapa langkah mereka berjalan, suara tegas Finn mampu menghentikan langkah kaki mereka.
"Tunggu!" Tanpa mengalihkan pandangannya dari Giselle, Finn melangkahkan kakinya tiga langkah maju kedepan. Giselle tak bergeming, dia masih berdiri memunggungi Finn, debaran jantungnya terasa semakin kencang.
"Tadi kamu memanggilnya dengan sebutan siapa?" tanya Finn pada Kayla.
...✨✨✨...