Cerita ini mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Andreas yang bernasib menyedihkan selama bersama keluarganya sendiri.
Setelah ibunya dan kakak pertamanya membawanya pulang ke rumahnya, alih-alih mendapat kasih sayang dari keluarganya, malah dia mendapat hinaan serta penindasan dari mereka.
Malah yang mendapat kasih sayang sepenuhnya adalah kakak angkatnya.
Akhir dari penindasan mereka berujung pada kematiannya yang tragis akibat diracun oleh kakak angkatnya.
Namun ternyata dia mempunyai kesempatan kedua untuk hidup. Maka dengan kehidupan keduanya itu dia gunakan sebaik-baiknya untuk balas dendam terhadap orang-orang yang menindasnya.
Nah, bagaimanakah kisah selengkapnya tentang kisah pemuda yang tertindas?
Silahkan ikuti terus novel PEMBALASAN PUTRA KANDUNG YANG TERTINDAS!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PPKYT 016. Kehebohan Saat Andreas Datang
"Anderson, putramu yang kamu banggakan akan kehebatannya itu sudah meninggalkanmu untuk selamanya," terdengar suara Pak William bernada sinis penuh peremehan. "Jadi, kamu sudah tidak punya kekuatan lagi untuk mempertahankan perusahaanmu yang tidak seberapa kuat itu...."
"Sekarang kamu tidak bisa lagi menang melawanku, Anderson," menyusul suara Pak Hendrick yang juga bernada sinis sambil tersenyum penuh penghinaan. "Perusahaanmu tinggal menunggu waktu saja akan segera hancur...."
Dua ucapan bernada penghinaan sekaligus peremehan dari dua pengusaha kaya yang angkuh terlontar bertepatan dengan masuknya Nyonya Monika bersama Andreas di ruang aula.
Nyonya Monika terus saja melangkah, seakan tidak perduli dengan ucapan kedua pengusaha kaya itu, menuju ke arah temannya, Nyonya Heliana yang masih berdiri di dekat peti mayat putranya. Tetap berjalan cukup dekat di samping kanan Andreas.
Sikap Nyonya Monika seakan tidak menggubris ucapan kedua lelaki tua itu, entah dia dengar atau tidak sama sekali.
Tapi Andreas yang sempat mendengar dua ucapan yang tidak pantas itu, jelas perduli. Dia perduli perasaan Pak Anderson selaku ayahnya, jiwa Andre dalam jasadnya.
Maka lantas dia menatap kedua pria tua itu dengan tajam dan dingin sambil terus mengikuti ke mana tantenya membawanya. Lebih tajam dan lebih dingin lagi saat menatap Pak Hendrick.
Semenjak Andreas memutus hubungan keluarga dengan lelaki tua itu, tidak ada lagi rasa takzim di dalam hatinya pada Pak Hendrick sebagai seorang ayah.
Tidak ada lagi rasa harap dalam hatinya untuk diakui sebagai anak. Hatinya kini beku dan dingin.
Sementara hampir tidak ada yang memperhatikan kedatangan mereka, itupun cuma di dekat pintu masuk, awalnya. Karena mayoritas orang yang ada di situ seakan tersita perhatiannya dengan ucapan kedua pengusaha kaya.
Lantas mereka berbondong-bondong menatap keduanya dengan sorotan mata dan ekspresi wajah yang beraneka ragam. Namun tidak ada satu pun dari mereka berniat mengomentari ucapan kedua pengusaha kaya itu.
Mungkin lebih tepatnya tidak berani. Namun....
"William, Tuan Hendrick!" berkata Pak Anderson bernada marah di sela rasa dukanya sambil menatap dingin pada keduanya. "Saat ini aku masih dalam suasana berkabung, mayat putraku juga belum dikebumikan...."
"Aku harap kalian tidak berbuat onar di rumahku!" lanjutnya dengan lebih menekan ucapannya tersebut.
Pak William maupun Pak Hendrick hendak menanggapi balik ucapan Pak Anderson tadi. Namun ekor mata mereka sudah terlanjut menangkap kedatangan Nyonya Monika dan Andreas.
Maka ucapan mereka yang sudah sampai di kerongkongan ditelan kembali. Serta-merta mereka langsung menatap dua orang yang baru datang.
Begitupun juga dengan Pak Anderson dan beberapa orang lainnya, ikut menyambut kedatangan Nyonya Monika dan Andreas dengan pandangan mereka. Dan tak lama yang lainnya pula ikut memandang keduanya dengan ekspresi yang berbeda-beda.
Sejurus lamanya tidak ada yang bersuara atau berkomentar saat memandang Nyonya Monika dan Andreas.
Namun....
"Aku seperti melihat aura Pak Andre pada pemuda tampan itu.... Siapa dia?"
"Oh iya, aku juga merasakan begitu. Siapa ya pemuda yang dibawa Nyonya Monika itu?"
"Kok aku melihat kayak ada aura Tuan Muda Andre pada pemuda itu ya...."
"Iya ya.... Siapa dia ya...?"
"Siapa pemuda yang dibawa Nyonya Monika itu ya? Kok tampan sekali...."
"Apa dia keponakannya....?"
"Bisa jadi...."
Suara bisik-bisik dari sebagian pelayat langsung membuyarkan kebisuan beberapa saat lamanya.
Sebagian lainnya cuma memandang saja. Namun ekspresi mereka tampak kalau mereka seperti bertanya-tanya tentang siapa pemuda tampan yang bersama Nyonya Monika itu.
Termasuk Pak Anderson serta istri dan putrinya. Mereka juga seperti melihat aura Andre Barnett pada pemuda yang belum mereka kenal itu.
Tapi ada juga di antara mereka menatap Andreas dengan sinis. Termasuk Pak William serta putra ke duanya, Draven Barnett. Bahkan pemuda berusia 24-25 tahun itu menatap tajam penuh keangkuhan.
Lain halnya dengan Pak Hendrick, dia menatap murka pada Andreas, seakan sorot matanya yang tajam dan bengis itu hendak membakar Andreas hidup-hidup.
Evelyne menatap benci bercampur muak pada Andreas. Leonard menatap sinis, dendam dan kebencian juga tampak dari sorot mata liciknya.
Lain halnya dengan Stephanie, dia menatap sedih bercampur rasa bersalah pada adik bungsunya itu. Sedangkan Nyonya Victoria menatap sedih bercampur marah pada Andreas.
Apalagi melihat Nyonya Monika berjalan bersisian yang cukup dekat dengan Andreas yang kentara kasih sayang wanita yang masih cantik itu terhadap putranya. Sorot matanya, ekspresinya serta hatinya seakan tidak rela anak bungsunya disayangi ibu lain selain dirinya.
Dasar aneh!
★☆★☆
Sementara Nayshilla....
"Andre...," cetus gadis itu bernada pelan sambil tersenyum gembira. Tampak wajah cantiknya langsung berseri-seri mana kala bisa melihat lagi pemuda itu.
Kemarin, saat acara wisuda telah selesai, dia sempat terlupakan akan Andreas saking senangnya meluapkan rasa gembiranya atas kelulusannya bersama teman-temannya.
Ketika dia tersadar, terus mencari keberadaan Andreas, tahu-tahu pemuda itu sudah tidak ada. Dia mau menelpon, Andreas tidak memberikan nomor HP-nya. Mau ke rumahnya, Andreas tidak pernah dan tidak mau memberi tahu alamat rumahnya.
Jadilah dia langsung bersedih sekaligus menyesal kenapa bisa melupakan Andreas waktu itu.
Tapi sekarang rasa sedihnya seketika hilang, dan berubah menjadi riang karena bisa bertemu lagi teman baik sekaligus mentornya itu.
Namun Nayshilla cukup heran dengan penampilan Andreas yang sekarang. Dulu, sewaktu mereka masih kuliah, penampilan Andreas sedikit udik, terkesan culun.
Adapun sekarang penampilan Andreas begitu berkelas. Aura ketampanannya semakin kentara yang menebarkan sejuta daya pikat. Dia seperti melihat sosok Andreas yang lain sekarang.
Dia tidak mau lagi sampai mengabaikan pemuda teman baiknya itu sekarang. Maka dia melangkah hendak menghampirinya yang terus melangkah semakin dekat ke tempatnya, sambil menyapanya.
"An...."
Namun sapaannya seketika terhenti, bahkan terpenggal di udara. Langkahnya juga langsung terhenti mana kala Nyonya Victoria....
"Andre...!"
Nyonya Victoria seketika melangkah cepat ke arah Andreas yang sudah dekat dengannya, terus langsung meraih tangan putranya dengan cepat sambil menatap pemuda itu penuh kasih.
"Kamu ke mana saja semalam, Nak?" ucap Nyonya Victoria bernada sedih. "Kenapa nggak pulang ke rumah?"
Tindakan Nyonya Victoria barusan sukses membuat langkah Andreas terhenti. Begitupun juga dengan Nyonya Monika yang lantas menatap wanita itu dengan sorot mata yang sedikit tidak suka.
Bagaimana Nyonya Monika tidak suka, anak yang baik hati dan secerdas Andreas, tapi Nyonya Victoria menyia-nyiakannya begitu saja saat berada di sisinya.
Sekaligus aksi yang dilakukan Nyonya Victoria barusan sukses membuat para hadirin yang ada di situ cukup heboh. Sontak mereka langsung memandang tempat kejadian dengan terkejut heran sekaligus rasa tidak percaya.
Siapanya pemuda tampan itu bagi Nyonya Victoria?
Sejurus Andreas menatap dingin pada wanita yang melahirkannya itu. Terus melepas tangan Nyonya Victoria yang memegang tangannya dengan sedikit memaksa. Lalu berkata sedikit pelan tapi bernada dingin membekukan.
"Saya harap Anda menjaga sikap di depan public, Nyonya. Jangan melakukan sesuatu atau berkata yang membuat Anda bisa malu...."
"Andre...."
Nyonya Victoria sudah menggerakkan tangannya, hendak memegang tangan Andreas lagi. Namun Nyonya Monika cepat bertindak. Dia langsung merangkul tangan Andreas yang satu, terus menariknya mengajak berjalan lagi.
"Ayo, Ndre!"
Andreas kembali melangkah mengikuti tantenya yang menariknya dengan suka rela. Mengabaikan dengan dingin ibunya yang hendak berbicara lagi dengannya, tapi tidak jadi.
Tapi dia sempat mendengar Pak Hendrick berkata bernada sinis dan dingin yang sarat akan amarah dengan sedikit pelan.
"Kamu semakin sombong sekarang, anak durhaka!"
Andreas tidak menggubris kegeraman lelaki tua itu. Dia terus saja melangkah mengikuti Nyonya Monika. Tapi Evelyne, melihat sikap Andreas mengabaikan mamanya, membuatnya semakin benci terhadap Andreas.
Dia sebenarnya hendak mendamprat adiknya itu. Tapi mengingat kalau sekarang mereka berada di ruang public, terpaksa dia menahan dulu niatnya.
Tapi Leonard yang masih berada di dekat Nayshilla seperti tidak sabar ingin menyapa Andreas dengan sikap sok pedulinya pada mama angkatnya, dia langsung menghampiri Andreas yang sudah dekat dengannya.
"Andre, benar-benar kelakuanmu makin kurang ajar sekarang," katanya bernada marah tapi dengan suara cukup rendah,jelas ditekan. "Kenapa kamu mengabaikan mama begitu saja? Apakah kamu benar-benar ingin jadi anak durhaka hah?"
Seperti hembusan angin yang tidak ada artinya, Andreas tidak menggubris ucapan pemuda licik itu. Dia terus saja melangkah menuju tempat di mana peti mayat Andre di tempatkan.
Tanpa sedikit pun menoleh pada Leonard, apalagi melirik. Sikapnya bagai layaknya tidak mengenal pemuda itu.
Membuat Leonard makin geram. Rasa benci dan dendamnya terhadap Andreas semakin bertambah tebal. Niatnya ingin melenyapkan pemuda itu makin bulat.
Sedangkan Nayshilla malah terkejut tidak percaya mendengar ucapan Leonard barusan. Sungguh dia tidak menyangka kalau Andreas punya hubungan keluarga dengan keluarga Grayden.
Apakah benar demikian?
★☆★☆★
Semoga berkenan....