"Tolong jangan sentuh saya, Pak." Ucap seorang gadis cantik berkacamata bulat dengan tubuh bergetar hebat. Gadis itu terisak pilu ketika mahkota yang selama ini dijaga, direnggut paksa oleh seorang dosen.
Azura Saskirana seorang mahasiswi tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi di ruang perpustakaan di malam hari yang sepi ditengah hujan badai. Zura hari itu memang sengaja ingin menyelesaikan skripsinya yang tinggal sedikit lagi selesai. Disaat bersamaan hujan turun dengan lebat disertai angin, membuat dia enggan beranjak. Karena tempat kostnya terletak lumayan jauh dari kampus, jadi dia memutuskan untuk menunggu hujan reda baru akan pulang itupun dia masih harus berjalan kaki.
Garvin Reviano Agler, seorang dosen yang sudah lama menduda dan berhati dingin setelah pernikahan dengan wanita yang dicintainya gagal karena wanita itu lebih memilih pergi untuk mengejar karir. Malam itu Garvin dijebak oleh dosen wanita yang terobsesi dengannya dengan minuman yang sudah dicampur obat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal Musibah Datang
Tut tut tut
"Assalamu'alaikum, ada apa Bu?" Ucap Zura dengan suara lembut saat menerima sambungan telepon dari Ibu tirinya.
"Besok Minggu, kamu harus pulang ke rumah. Ayah kamu sakit lagi, dia butuh di rawat di Rumah Sakit dan Ibu tidak punya uang." Jawab Ibunya tanpa membalas ucapan salam Zura.
"Iya Bu, akan Zura usahakan."
"Jangan cuma diusahakan, tapi harus dipastikan. Kamu ini, jangan cuma bisanya kuliah tapi tidak mau memperhatikan keluarga." Ucap Ibu marah.
"Tapi Minggu kemarin Zura kan sudah kirim uang untuk pengobatan Ayah. Memangnya sudah habis Bu?"
"Uang segitu bisa dapat apa, jangan durhaka kamu jadi anak."
"Yang Zura kirim kemarin itu semua gaji Zura kerja part time di restoran Bu." Jawabnya.
"Saya tidak mau tahu, pokoknya besok Minggu kamu pulang dan bawa uang untuk berobat ayahmu."
Klik tut telepon ditutup sepihak.
"Aku harus nyari uang kemana lagi, apa aku harus memberikan uang yang aku simpan." Gumamnya.
Begitulah kehidupan yang dijalani oleh gadis cantik berkaca mata bulat yang bernama Azura Saskirana. Mempunyai seorang ayah yang bernama Ruslan Santoso, seorang buruh pabrik yang dirumahkan karena sakit-sakitan. Dan seorang Ibu tiri yang bernama Yuliana Savitri yang dinikahi ayah Ruslan setelah kepergian Ibu kandungnya karena menderita penyakit gagal jantung kronis.
Tanpa sepengetahuan ayahnya, Zura kerap diminta uang bulanan oleh ibu tirinya. Tapi selalu habis tanpa tahu dipergunakan untuk apa uang tersebut. Sedangkan Zura harus mati-matian mencari penghasilan demi bisa bertahan hidup di kota orang untuk melanjutkan pendidikan hingga sarjana. Karena jika mengandalkan uang beasiswa saja tidak cukup untuk keperluan lainnya.
Hari ini malam minggu, tapi Zura masih berada di kampus karena ingin menyelesaikan tugas skripsi yang sebentar lagi selesai. Zura tidak punya seorang pun teman di lingkungan kampus. Karena mereka semua memandang rendah Zura yang hanya mahasiswa beasiswa dan terkenal dengan penampilan cupunya. Mereka justru sering menghina dan mencemooh Zura.
Di sebuah perpustakaan yang sepi tapi cukup terang, Zura mulai mengetik kata demi kata dengan tekun berdasarkan referensi buku yang dia ambil dari rak buku. Zura harus segera menyelesaikannya malam ini, karena besok dia harus pulang ke rumah untuk menemui ayahnya atas permintaan ibu tirinya.
"Semoga malam ini semua beres."
Sementara itu, di sebuah ruangan tampak seseorang dosen sedang fokus menginput data nilai dari banyak lembaran kertas hasil tugas mahasiswanya.
Dosen yang bernama Garvin Reviano Agler terkenal dingin dan kejam. Dia tidak segan memberikan nilai buruk pada mahasiswa yang tidak patuh terhadap segala peraturan yang dibuatnya. Tanpa memberikan toleransi apapun.
Garvin sudah lama menduda, pernikahan dengan wanita yang dicintainya gagal karena wanita itu lebih memilih pergi untuk mengejar karir ke Luar Negeri dan menolak memiliki anak sejak awal pernikahan mereka.
Sejak saat itu Garvin menjadi pribadi yang dingin dan tak tersentuh. Meskipun begitu, tetap saja banyak wanita yang terobsesi dengannya.
Sudah hampir sepuluh tahun Garvin menjalani status duda, dan sudah banyak perjodohan yang dilakukan oleh mama Garvin tapi semua ditolak.
Hati Garvin sudah terlanjur beku, dia tidak lagi percaya dengan adanya cinta tulus dari kaum wanita. Baginya menjalani hidup seorang diri lebih baik, dari pada nanti terluka untuk kedua kalinya.
Tiba-tiba pintu terbuka tanpa ada suara ketukan terlebih dahulu, membuat konsentrasi Garvin terpecah. Lantas dia menatap tajam pada seorang wanita, teman seprofesi yang terobsesi dengannya.
"Garvin, tante bilang kamu menolak perjodohan untuk kita. Kenapa?" Tanya dosen cantik seumuran dengan Garvin.
Elena Rosalina wanita yang ingin dijodohkan dengan Garvin oleh mamanya.
Elena adalah putri dari sahabat lama mama Garvin, dia juga seorang dosen di kampus yang sama. Elena sudah lama terobsesi terhadap Garvin, bahkan sebelum Garvin menikah dengan Mesya Anandya yang merupakan teman masa kuliahnya dulu.
Mama Garvin adalah seorang janda yang bernama Kalynda Zakira, sedangkan almarhum papanya bernama Gerry Agler.
"Saya tidak tertarik dengan perjodohan apapun itu." Ucap dingin Garvin.
"Ayolah Garvin, kamu tidak akan rugi jika menikah denganku. Kita satu profesi, jadi waktu kita akan banyak untuk bersama. Dan lagi, aku tidak seperti Mesya yang mementingkan pekerjaan dari pada suami. Percayalah aku adalah calon istri yang sangat tepat untukmu."
"Tolong jangan bicara hal bodoh itu lagi, saya tidak peduli meskipun kamu akan seperti Mesya sekalipun. Karena wanita itu sama saja, jadi sekarang pergilah. Saya sedang sibuk sekali." Usir Garvin.
"Aku pastikan kamu akan tetap menjadi suamiku, jangan pikir aku akan menyerah setelah menunggu kamu selama bertahun-tahun." Ucap Elena sinis.
Elena keluar dari ruang kerja Garvin, tapi tidak untuk pergi. Melainkan dia menuju ke suatu tempat untuk menjalankan rencana barunya.
Membawa botol minuman air mineral yang sudah disuntik obat perang sang. Elena meminta salah satu OB untuk memberikannya pada Garvin.
"Pak, tolong berikan ini pada pak Garvin. Kasihan kerja lembur."
"Baik bu, saya akan berikan."
"Tapi jangan bilang jika ini dari saya." Ucap Elena lirih.
"Oh iya, beres bu Elena."
Setelah yakin OB akan melakukan tugasnya dengan baik. Kini Elena kembali ke ruangannya. Dia mempersiapkan diri untuk menyambut Garvin kepelukannya. Elena yakin, setelah malam ini Garvin akan mau menikah dengannya.
Tok tok tok
"Permisi pak Garvin, Anda lembur malam ini? Saya bawakan minuman untuk Anda." Ucap OB itu dengan sopan.
"Terima kasih pak, tidak perlu repot seperti itu." Balas Garvin.
"Tidak repot kok pak Garvin, kalau begitu saya permisi dulu."
Garvin mengangguk dan tersenyum tulus pada OB berumur tua itu.
Tanpa curiga apa pun, Garvin segera membuka segel penutup botol dan menenggaknya hingga tingga setengah.
"Segar juga, ternyata aku memang haus dari tadi belum minum."
Tidak lama kemudian, rasa panas menjalar di tubuh Garvin. Dia terhenyak kaget, karena tahu tubuhnya mengalami reaksi dari obat perang sang dengan dosis yang tinggi.
"Sialan siapa yang bermain-main denganku, aku tidak akan memaafkan?" Maki Garvin karena tubuhnya semakin memanas.
"Garvinhhh..." Elena datang dengan suara yang dibuat mendesah. Mendekati Garvin dan berpose sensual di depannya.
"Sepertinya kamu butuh bantuanku." Ucapnya.
"Apakah ini perbuatanmu?" Tanya Garvin.
"Tidak, tapi aku datang untuk menolong kamu mengatasi masalah ini."
Elena semakin mendekat, bahkan tanpa malu wanita berprofesi dosen itu sudah membuka pakaiannya sendiri hingga tanpa tersisa satu lembar kain.
Tubuh polos itu meliuk-liuk memutari Garvin yang membeku menatap rekan kerja sekaligus wanita pilihan mamanya.
"Ternyata pilihan mama hanya wanita murahan. Beruntung aku selalu menolak perjodohan dengannya sejak dulu." Gumamnya.