Menikah Dengan Sepupu (New Version)

Anand berjalan tanpa arah, pikirannya kalut. Kata-kata Mikha masih terngiang di telinganya. Aku tidak mau menikah denganmu… Aku tidak mau!

Matanya menatap lurus ke depan, tetapi pikirannya masih tertinggal di depan rumah Mikha. Ia tahu Mikha menyembunyikan sesuatu, tetapi kenapa harus berbohong? Kenapa harus menyakitinya dengan cara seperti ini?

Sebuah suara mengagetkannya.

"Dokter Anand?"

Anand tersadar dari lamunannya dan menoleh. Seorang ibu bersama anaknya yang masih kecil berdiri di dekatnya, menatapnya dengan khawatir. Ia mengenali mereka, salah satu pasiennya di rumah sakit.

“Dokter kenapa? Dokter sakit?” tanya ibu itu dengan nada khawatir.

Anand mengerjap, lalu mengangguk cepat. "Ah nggak, Saya baik-baik aja buk."

Ibu itu tersenyum lega. "Terima kasih atas bantuan Anda waktu itu, Dokter. Saya sangat bersyukur anak saya ditangani oleh dokter sebaik Anda."

Anand hanya tersenyum kecil dan mengangguk, tetapi hatinya terasa lebih sesak. Bagaimana mungkin ia menyembuhkan orang lain, sementara hatinya sendiri sedang hancur?

Di sisi lain, Mikha duduk di kamar, menatap kosong ke dinding. Matanya bengkak karena menangis. Di pangkuannya, test pack bergaris dua masih tergenggam erat.

Ia mengingat tatapan Anand tadi. Tatapan yang penuh kebingungan, kesedihan, dan luka.

Mikha menggigit bibirnya, menahan isakan yang hendak pecah kembali. "Maaf, Anand..." bisiknya.

Ia menatap ke luar jendela, mencoba menenangkan dirinya. Namun, pikirannya terus berputar.

Ia hamil.

Dan bukan anak Anand.

Hatinya perih membayangkan bagaimana jika Anand tahu kebenaran ini. Ia tidak sanggup melihat wajah lelaki itu dipenuhi kekecewaan.

Lebih baik dia membenciku sekarang... daripada nanti.

Malam itu, Anand duduk di ruang kerja di rumahnya, menatap kosong ke arah meja.

Ranika masuk dengan wajah penasaran. “Anand? Kamu kenapa? Dari tadi ibu perhatikan kamu murung sekali.”

Anand menghela napas, lalu mengusap wajahnya. “Mikha…”

Ranika langsung menegang. "Apa yang dia lakukan?"

Anand menatap ibunya dengan ekspresi yang sulit diartikan. "Dia bilang... dia nggak mau menikah sama aku ma."

Ekspresi Ranika berubah, tetapi tidak terlihat terkejut. Justru ada sedikit kelegaan yang tidak luput dari perhatian Anand.

“Anand, mungkin ini memang yang terbaik,” kata Ranika pelan.

Anand langsung menatap ibunya tajam. "Apa maksud Mama?"

Ranika ragu sejenak sebelum berkata, "Mama hanya merasa ada sesuatu yang aneh dengan Mikha. Dia terlalu tertutup, Anand. Kamu ngga tahu apa-apa tentang keluarganya, masa lalunya... mama hanya nggak mau kamu kecewa di kemudian hari."

Anand mengepalkan tangan. “Jadi, mama senang Mikha menolakku?”

Ranika menatap putranya dengan penuh kasih, lalu mengusap pipinya. "mama hanya ingin yang terbaik untukmu."

Anand menghela napas panjang. Ia tahu ibunya tidak pernah benar-benar menyukai Mikha, tetapi hatinya tetap tidak bisa menerima kenyataan ini.

Anand menatap ibunya dengan mata yang berkilat marah. Ia tidak bisa percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

“Jadi Mama senang, iya? Senang karena Mikha menolakku?” suaranya bergetar menahan emosi.

Ranika menghela napas, mencoba tetap tenang. “Anand, bukan begitu maksud Mama. Mama hanya ingin kamu berpikir lebih jauh. Apa kamu benar-benar mengenal Mikha? Apa kamu tahu latar belakangnya?”

Ucapan itu membuat Anand semakin murka. Ia langsung menepis tangan ibunya yang hendak menyentuh wajahnya.

“Ternyata mama sama aja dengan Nenek! Atau jangan-jangan, kalian yang membuat Mikha menolak menikah denganku?” suaranya meninggi.

Ranika terperanjat. “Anand! Bagaimana bisa kamu berpikir seperti itu?”

“Kalian lakukan sesuatu pada Mikha, kan? Atau mungkin kalian menyakiti neneknya?” Anand mengepalkan tangannya. Matanya berkaca-kaca, antara marah dan kecewa.

“Cukup, Anand!” Virzha akhirnya bersuara, mencoba menengahi. “Jangan bicara seperti itu pada Mamamu.”

Anand menggeleng dengan napas tersengal karena amarah. “Aku nggak bisa diam saja, Ayah! Aku harus tahu kebenarannya. Aku harus tahu kenapa Mikha berubah seperti ini!”

Ranika masih terkejut dengan reaksi putranya. Matanya memerah, tetapi ia mencoba menguatkan diri.

“Anand… Mama nggak melakukan apa pun pada Mikha,” ucapnya dengan suara lebih lembut. “Kalau kamu nggak percaya, silakan tanya sendiri pada Mikha.”

Anand menggertakkan giginya. “Itulah yang akan aku lakukan!”

Tanpa berkata apa-apa lagi, ia berbalik dan berjalan cepat meninggalkan ruang kerja.

Ranika menatap punggung putranya dengan mata yang berkaca-kaca. Ia tidak menyangka Anand akan semarah ini.

Virzha mendekat dan meletakkan tangan di bahu istrinya. “Beri dia waktu,” ucapnya pelan.

Ranika hanya bisa menghela napas panjang.

Di dalam hatinya, ia tahu Anand tidak akan tinggal diam sampai ia menemukan kebenaran.

Dan itu yang membuatnya khawatir.

***