Sosok Wanita yang Misterius, tak terlacak dan penuh dengan kejutan, memasuki kehidupan seorang CEO Tampan dan Sukses, entah di sengaja atau hanya kebetulan saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WAY 34
Hari ke dua Galang berada di Kota Asing, bersama Asisten Pribadinya yang sengaja direpotkan untuk menemaninya kemanapun.
"Hari ini kita kemana?" Tanya Galang, saat berada tepat di depan Kia yang sudah menunggunya di lobby.
"Emm, pak Galang sudah sarapan?" Tanya Kia.
"Belum, kita ke restoran?"
"No, ada tempat yang lebih_?, bisa di bilang eksotik, nasi pecelnya mantap, tapi tempatnya biasa saja, merakyat kalau orang bilang, bagaimana?, pak Galang mau?" Tanya Kia.
"Jauh?"
"Nggak kok pak, sebenarnya lebih dekat kalau dari kontrakan saya"
"Oh, ya sudah, ayo berangkat"
Kia terkejut, tidak di sangka Galang dengan cepat memutuskan makan pagi di tempat sederhana dan mungkin tak biasa baginya.
Mobil warna hitam melesat, Kia duduk di depan menemani Galang konsentrasi mengemudi, dan hanya butuh waktu kurang lebih lima belas menitan, sampai di tujuan.
"Pagi bulek!" Teriak Kia dengan senyuman yang lebar.
"Eh, Kia, lama sekali gak kesini" tanya wanita paruh baya menyambut dengan bubar bahagia.
"Baru juga sebulan, maaf Kia lagi sibuk kerja bulek"
"Iya, bulek juga dengar dari mereka, dan kejadian kemaren malam, apa benar kamu_?"
"Sudah-sudah, masak orang kangen malah disambut dengan masalah" Kia dengan cepat mengalihkan pembicaraan, karena Galang kini sudah berada dekat di belakangnya.
"Lah, ini siapa?" Tanya bulek Zizah melihat ke arah Galang sambil memindai atas sampai bawah.
"Kenalkan bulek, ini bos ku, namanya Pak Galang"
"Oh, bos?, hanya Bos?" Sejenak senyuman dari bulek Zizah terhenti tiba-tiba, makin meneliti sosok tampan gagah dan mewah.
"Untuk sementara seperti itu Bu, kenalkan saya Galang"
What!, apa gak salah dengar, Kia tersentak saat mendengar apa yang di katakan atasannya, kok sepertinya ada kata 'sementara" maksudnya apa?, batin Kia menatap horor, sedangkan Galang hanya cuek saja.
"Oh, iya-iya, mari Tuan Galang, silahkan duduk, maaf, warung saya beginilah"
"Gak masalah Bu, saya percaya Ambar"
"Ambar?"
"Saya Bi, Ambar" khawatir bibi Zizah lupa akan nama depan keponakannya.
"Oh iya, sampai lupa nama depan kamu Ambar kan ya, maklum Tuan, soalnya semua keluarga biasa memanggil Kia"
"Oh, panggilan keluarga?" Tanya Galang menatap Kia.
"Dan orang-orang terdekat" sahut Kia, lalu duduk di hadapan Galang yang sedari tadi sudah mendahuluinya.
Tak banyak kata, jurus maut bik Zizah dalam meracik pesanan dua insan yang katanya sementara masih tidak ada hubungan apa-apa.
Cukup cepat dalam penyajian, dan keduanya kini sudah menikmati sarapan pagi yang bisa di bilang cukup menyenangkan, batin Galang.
"Jadi sering kemari?"
"Dulu, semingu hampir dua sampai tiga kali, sebelum saya terlalu sibuk pak"
"Hem" Galang mengangguk mendengar Kia menjelaskan.
"Soal panggilan itu, apa aku boleh menggunakannya?"
Uhuk
Kia langsung tersedak, kok makin aneh-aneh saja permintaan Atasannya, tapi memang tidak ada masalah sih, cuman_,
"Itu nama untuk orang-orang dekat saja pak, keluarga terutama"
"Ya anggap saja aku orang dekatmu"
Puh, untung saja sendok minuman teh hangat gak ikut masuk tenggorokan Kia, hampir saja, dan Kia hanya terbatuk saja.
"Kamu kenapa?, hati-hati makannya"
Kamfret, malah menyalahkannya, padahal semua juga gara-gara mulut blong gak ada saringan dari bos nya.
"Maaf pak, bukan saya gak mau, tapi gak enak nanti sama yang lain"
"Disini gak ada yang Laen, cuma kita berdua kan?"
"Tapi pak Galang bukan orang dekat saya, ataupun keluarga"
"Kan aku sudah bilang_" ngeyel Galang.
"Anggap saja orang dekat?, okey, berarti anggap saja saya anak angkat ya pak"
Uhuk!
Ganti Galang yang muncrat, minumannya malah salah masuk hingga tersedak.
"Maaf pak, bapak tidak apa-apa?"
Galang berusaha menata nafasnya, bulek Zizah yang melihat hal itu langsung datang membawakan tissu, dan Galang langsung menyambarnya, membersihkan mulut dan baju atasannya.
"Lain kali kalau ngomong jangan sembarangan, bikin orang kaget saja, kenapa juga harus anggap kamu anak angkat, memangnya aku sudah tua banget?"
"Bapak gak ngerasa?"
"Kia!!"
"Maaf pak" Kia ingin tertawa, tapi berusaha ditahannya, lalu menyadari sesuatu, baru saja Galang manggil dia apa?
Diam, melanjutkan makan paginya, soal panggilan, Kia pasrah saja, toh percuma juga melarang laki-laki dengan sejuta kekuasaan, yang ada malah cek cok yang tak berujung penyelesaian.
Tak menunggu lama, Galang meminta Kia untuk mengantar ke beberapa tempat, sekalian untuk membeli buah tangan, sudah menjadi kebiasaan Galang akan menyempatkan membawanya, walaupun tidak banyak.
"Tempatnya terlalu ramai, bagaimana kalau kita cari ke tempat lain?" Ucap Kia.
"Nggak perlu, sebentar saja, setelah itu kita pulang, ini sudah hampir malam"
Kia terdiam, hanya menghela nafas, entah kenapa feeling nya merasakan sesuatu yang tidak nyaman, dan masih terus mengamati dimana atasannya itu melangkah.
"Sudah pak?" Tanya Kia.
"Hem, ayo" setelah membayar, Galang langsung keluar dari keramaian.
Mengajak Kia segera menuju ke basement tempat mobilnya terparkir disana, dan suasana disana cukup sepi.
Langkah keduanya menggema, pantulan bunyi sepatu dari Kia dan Galang bersahutan saat membentur lantai ruangan, aneh sekali, kenapa Kia merasakan_
Cittt
Suara mobil melaju kencang, tepat kearah Galang.
"Sial!" Kia berbalik, mendorong Galang cukup kuat hingga akhirnya bisa terhindar, detik berikutnya_
"Awas pak!" Teriak Kia,
terdengar suara senjata api memberondong Galang yang sudah berhasil bersembunyi di balik tembok.
Mereka berbalik, mobil hitam tanpa plat nomor itu kini menargetkan Kia, suara peluru kembali terdengar, dengan cepat Kia berlari, kaki jenjangnya kini mencari pijakan, dengan sekuat tenaga, dan Berhasil.
Kia melompat cepat, gerakan yang membuat mereka terkejut, hingga akhirnya berhasil merebut satu senjata dari tangan mereka, dan kemudian_, satu peluru menembus salah satu orang yang ada di dalam mobil itu, nampak sesaat mobil oleng, namun kemudian mereka melaju dengan cepat, namun kali ini tidak mendekat, tapi pergi meninggalkan tempat kejadian.
"Pak Galang!' teriak Kia, sambil melihat sekitar,
"Aku disini" terdengar suara Galang, tapi sepertinya ada yang terjadi, Kia segera menghampiri dan terlihat Galang masih duduk ditempatnya sambil meringis.
"Ya Tuhan, pak Galang baik-saja?"
"Kaki ku" ucap Galang ambil meringis.
Kia terkejut, dilihat kaki atasannya terluka dan membengkak, diperiksa sebentar dan sepertinya terkilir atau mungkin lebih parah lagi, merasa tidak enak hati, mungkin karena dorongan tiba-tiba yang dilakukan terlalu keras, hingga Galang cidera.
"Kamu kenapa celingukan, bantu aku" Ucap Galang tak habis pikir dengan Kia.
"Maaf pak, saya kira mungkin ada laki-laki yang bisa bantu, kalau saya_"
"Ck, kau harus tanggung jawab, bantu aku berdiri dan berjalan ke mobil, kita ke rumah sakit"
"I- iya pak"
Terpaksa Kia merangkul Galang, menopang bahunya dan membantunya berjalan, walaupun dalam hati Kia mengatakan lumayan berat juga tubuhnya.
Senjata api di tangan Kia kini disimpan dengan rapi, satu-satunya petunjuk yang mungkin bisa memudahkan untuk menemukan jejak pemiliknya.
KOMEN, like, Vote dan tonton iklannya.
Bersambung.
.ayo Regan ngomong kebenaran..