Bella putri Jonathan usia 20 tahun gadis berpenampilan cupu, dibalik penampilannya itu ia gadis cantik dan cerdas namun semua itu ia sembunyikan
Alexander William Smith umur 26 tahun dijuluki king mafia berdarah dingin tidak memiliki belas kasihan dan tidak ragu ragu untuk melakukan apapun untuk mencapai tujuannya pengusaha nomor 1 didunia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anti Anti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Draft
"Tidak perlu, Mom. Biar Bella sendiri yang ke dapur," ujar Bella, mulai beranjak dari duduknya dan menuju dapur.
"Lihatlah semuanya yang dilakukan wanita jalang itu. CK, tidak ada sopannya," ujar Mega, sinis.
"Diamlah dan habiskan makananmu," ujar Felix, akhirnya bersuara setelah melihat drama pagi ini. Ia menatap Mega dengan malas.
"Sial, rencanaku gagal," ujar Mega, kesal. "Tapi aku tidak akan menyerah. Jika kali ini gagal, maka tidak untuk lain kali," ujarnya kembali tersenyum licik.
"Tidak akan kubiarkan kamu bisa mencelakaiku. Aku pastikan setiap rencanamu tidak akan ada yang berhasil," bisik Bella di belakang Mega.
"Kamu apa yang kamu lakukan di sini?" ujar Mega, terkejut kehadiran Bella tiba-tiba.
"Heh, aku tahu kamu mencampurkan sesuatu di makananku. Tapi jangan harap aku bisa masuk dalam jebakanmu. Dan satu lagi, lakukanlah semampumu, dan aku akan terus menggagalkannya," ujar Bella, berlalu meninggalkan Mega.
"Hahahah, jangan bermimpi. Aku yakin rencana lan kali tidak akan gagal. Aku pastikan kamu dicampakan di keluarga ini, dan Alex akan menjadi milikku," ujar Mega.
Seketika langkah Bella terhenti. "Jangan mimpi," ujarnya tanpa berbalik ke arah belakang, kemudian meninggalkan Mega.
"Kenapa sih kok kalian menoleh ke belakang terus?" ujar Bella, hendak menoleh ke belakang, namun ditahan.
"Eh, tidak perlu berbalik. Kami tidak apa kok. Hanya itu, umm, tadi aku lihat cogan lewat, hehehe," ujar Sandra, berbohong.
"Masa sih aku mau lihat?" ujar Bella, hendak berbalik.
Dor, dor, dor! Suara tembakan mengarah kepada mobil mereka terdengar, membuat Bella spontan menutup kedua telinganya dengan tubuh gemetaran mendengar suara tembakan itu. Tak lama, mobil mereka berhenti mendadak.
"Hay, Bell, kamu jangan keluar, ya? Kamu tetap di sini," ujar Sandra, mengambil senapannya yang berada di atasnya.
"Kalian mau kemana, dan mereka siapa? Kenapa mereka memakai seragam hitam semua?" ujar Bella, melihat keluar, di mana ada beberapa orang dengan pakaian khusus dan senjata tajam di tangan mereka.
"Bell, dengarkan! Kami tidak apa kok. Jangan keluar, apapun yang terjadi, tetaplah di dalam mobil ini," ujar Sandra, langsung keluar menyusul Gea dan Keyla yang keluar lebih dulu.
"Mau apa kalian?" ujar Keyla, dengan mata menatap tajam orang-orang di depannya.
"Serahkan dia kepada kami," ujar penjahat itu, dengan wajah begis.
"Heh, kalahkan kami dulu, jika tidak, jangan harap membawa dia dari kami," ujar Keyla, tersenyum sinis menatap mereka.
"Hahahaha, kalian hanya tikus kecil bagi kami. Ayolah, nona, lebih baik kalian mengalah atau kami akan menghabisi kalian," ujar penjahat itu.
"Berdeba, buk!" ujar Gea, tanpa sabar, melayangkan tinjunya pada penjahat itu. Seketika, pertarungan sengit terjadi.
Sedang Bella di dalam mobil hanya menatap takut melihat Keyla dan Gea dan Sandra bertarung melawan para penjahat itu.
"Tok, tok, tok!" Suara pintu jendela mobil diketok seseorang. Seketika, Bella menoleh, ternyata salah satu penjahat itu sedang berusaha membuka pintu mobil.
"His, his, mereka siapa?" ujar Bella, menangis, menutup kedua telinganya ketika suara kaca mobil hendak dipecahkan oleh seseorang.
"Buka atau aku bakar mobil ini!" teriak penjahat itu, menyuruh Bella agar membuka pintu. Ia kesusahan membuka pintu karena Keyla sudah mengunci mobil itu, dan mobil sudah dilapisi dengan keamanan, hingga penjahat itu kesusahan memecahkan kaca mobil.
Bella semakin ketakutan mendengar suara teriakan itu. Tubuhnya gemetar, mengeluarkan keringat dingin.
Sedang Keyla menyadari salah satu penjahat mendekati mobil itu. Ia mengambil pistolnya dan menembak mati penjahat itu. Namun, usahanya justru mengundang para penjahat lain datang.
"Key, seperti nya mereka adalah para pembunuh bayaran," ujar Gea, terengah-engah melawan mereka. Walaupun mereka memiliki ilmu bela diri tingkat tinggi, namun kekuatan mereka tidak sepedan dengan para penjahat itu yang seorang laki-laki, dan jumlah mereka yang banyak membuat mereka kualahan.
"Berhati-hati lah, dan tetap waspada. Sebentar lagi bantuan datang," ujar Keyla.
"Aww," ujar Keyla, tanpa sadar ia terkena tinju penjahat itu. Seketika mata Keyla menyala api kemarahan berkuar. Ia tidak terima wajah cantiknya terluka. Ia dengan membabi buta menghajar mereka.
"Nak, kalian tidak apa kan?" ujar Wiliam. Mereka datang tepat waktu menolong anak gadis mereka hingga melumpuhkan para penjahat itu.
"Telat, Dad. Pipi Key merah nih," ujar Key, menunjukkan wajahnya.
"Beraninya mereka akan ku habisi mereka semuan!" marah Wiliam. Ia tidak terima anak gadisnya terluka.
"Eh, Key, Bella masih di dalam mobil," ujar Gea, teringat.
Mendengar itu, seketika Alex berlari menuju mobil itu. Ketika terbuka, ia terkejut menemukan Bella sudah tak sadarkan diri.