AKU YANG TAK MENARIK LAGI

Suara deru mobil mas Satrio sudah ku dengar terparkir di depan rumah aku langsung berdiri menyambut kepulangannya seperti biasa kalau aku lagi mood.

Kenapa wajahnya kusut tidak biasanya mas Satrio berwajah kusut walaupun habis kerja pulang malam.

" Kenapa mas kok wajahnya kusut begitu ".

Tiba tiba dia langsung memelukku men dusel di leherku seperti anak kucing.

" Sayang..."

" Mas mandi aja dulu nanti sesi curhatnya biar pikiran mas juga plong ".

Kasihan juga melihat wajahnya aku sampai tidak tega kira kira ada apa ya. Kenapa sampai kusut begitu semoga tidak terjadi apa- apa dengan Suamiku ya TUHAN.

" Mas sudah makan belum biar aku panasin dulu apa mau langsung cerita ".

Kulihat wajahnya masih malas walaupun sudah mandi.

" Mas belum makan yang tidak selera".

" Ayok akh makan dulu jangan nasehatin pasien harus makan sendiri ya tidak ayok ".

Selesai makan yang aku paksakan mas Satrio akhirnya cerita.

" Sayang kamu kan tau cita cita mas itu selain dokter obgyn pengen juga memperluas wawasan soal obgyn nah dari rumah sakit ada beberapa orang di utus study banding ke Singapore salah satu ya mas tapi mas tidak tega ninggalin kamu atau titipin dirumah mamah juga mas tidak sanggup harus pisah yaaang ".

Mas Satrio sudah berkaca kaca.

" Ini basic mas banget yaang aku pengen sekali salah satu dokter obgyn yang bisa melakukan proses bayi tabung dari dulu, itu salah satu cita cita mas sayang tapi bagaimana dengan kamu apalagi kamu lagi hamil besar mas tidak tega lihat kamu harus sendirian ".

Sambil tangannya menyeka airmata yang sudah menganak sungai.

" Mana lama lagi yang hampir 1 bulan kalau semuanya lancar kamu kan sudah mau lahiran bagaimana mas bisa tinggalin kamu ".

" Mas aku tidak mau menghakimi kamu tapi coba kamu tenang dulu mana yang akan kamu ambil mana prioritas utama kamu anak kamu atau ilmumu ".

Aku tidak bisa berkata apa apa soalnya mas Satrio masa itu aja bingung prioritasnya dia yang mana tidak mau nebak nebak juga biarkan dia yang ambil keputusan sendiri.

" Kalau aku ambil study bandingnya kira kira kamu mau tidak yang lahiran tanpa aku ".

"Kamu tidak lagi sedang mimpi kan mas kamu tega? Membiarkan aku berjuang sendiri katanya kamu sayang, cinta tapi masa kamu itu saja nawar" aku sudah tersulut emosi juga masa harus nanya kan sepenting apapun itu lebih penting nyawa apalagi ini aku istrinya yang mau berjuang labirin anaknya.

" Emangnya kapan mas ini kehamilanku masih 7 bulan. Terus tujuh bulanan kita bagaimana sama rencana yang lain yang sudah kita susun pikirkan lagi deh mas".

" Mas juga belum tau kapan pastinya berangkat yang tapi di sananya nanti kurang lebih sebulan mas masih bingung sayang"

Apa katanya masih bingung setelah dikasi penjelasan masih bingung?.

" Mas aku tidak sedang ulang tahun loh mas ini bukan prank kan kenapa mesti bingung sih " aku jadi tersulut emosi kutinggalkan mas Satrio yang masih duduk terpaku di meja makan biarkan dia sendiri yang ambil keputusan apa yang baik menurutnya.

Harusnya aku lebih tenang tapi aku tidak bisa lebih tenang melihat dia yang mewek seperti kehilangan separuh jiwanya sementara dia tidak berpikir gitu aku nanti berjuang sendiri tanpa dampingan mas satrio.kadang tidak tau otaknya ditaruh dimana.