Maple Blue

Biru harus di rawat selama dua hari di rumah sakit. Ia tampak sedih dan terus melamun meski banyak orang yang mengajaknya berbincang. Ia hanya bereaksi saat Langit yang datang dan mengajaknya berbincang.

"Biru, gue bawa..."

"Anya, gue lagi capek. Boleh gak loe datangnya nanti aja?" Sahut Biru yang bahkan tak menoleh ke arah Anya.

"Iya, dimakan ya. Makanan kesukaan loe"

"Bawa aja, gue gak lapar"

Anya keluar kamar Biru dengan air mata, ia benar-benar merasa bersalah. Langit sudah memecat Nadin karena menimbulkan semua kerusuhan ini. Ia juga sudah mencari pengganti Biru dan Nadin. Meskipun banyak penggemar yang menanyakan kemana pembawa radio favorit mereka. Nando juga tak lagi terlihat batang hidungnya, saat Justin dan Anya mencari pemuda itu, Nando tak pernah ada di rumahnya.

Ayah dan Bunda harus kembali untuk mengurus semua dokumen perpindahan mereka. Biru merasa bersalah pada semua orang, karena itulah ia tak bisa menatap siapapun. Ia hanya akan berbicara saat Langit yang datang padanya. Argo beberapa kali mencoba berbicara dengan Biru namun gadis itu selalu menolak. Sebab ia tau bila Argo bisa membaca gerak-geriknya.

"Sayang, belum makan ya? Kan aku sudah bilang, jangan telat makan biar cepat sembuh" ucap Langit yang datang untuk menyuapi Biru.

Biru memandangi Langit lalu mengelus pipinya, ia memeluk Langit dan menyandarkan kepalanya di bahu pemuda itu.

"Aku capek Langit, aku capek" lirih Biru.

"Tidak apa-apa, aku ada disini untukmu"

"Kenapa Langit? Kenapa hidupku sangat buruk? Kenapa semua orang yang aku percaya justru melukaiku pada akhirnya? Aku harus percaya siapa? Apa sebenarnya salahku?"

"Ada apa sayang?"

Gadis itu memberikan ponselnya pada Langit, ada banyak pesan suara dari Nadin dan Nando. Biru kembali terisak dalam tangisnya, ia tak bisa menahan beban luka ini lagi, sesak di dadanya terasa sakit. Langit mengelus punggung Biru tanpa mengatakan apapun. Ketika tangisan Biru berhenti, gadis itu rupanya tertidur karena lelah.

Langit menyelimuti Biru kemudian mencium keningnya dan pergi keluar kamar sambil membawa ponsel Biru. Ia duduk di ruang tamu dan melihat spa saja yang dikirim oleh dua orang pembawa kesialan itu. Nando mengirimi Biru sebuah video dewasa dimana Nadin jelas terlihat disana. Ia mengancam akan menyebarkan video itu bila Biru tak mau menikah dengannya. Sedangkan Nadin memohon agar Biru mau bersama dengan Nando.

Voice Note ...

Nadin : "Biru, di hari loe putus dengan Kak Ragil, gue juga lagi sedih karena nyokap gue sakit. Gue gak bisa cerita karena loe kelihatan sedih banget saat itu"

Nadin : "Lalu loe bertemu Langit dan terlihat bahagia, gimana bisa gue merusak kebahagiaan loe? Gue hanya berharap gue juga bisa bahagia"

Nadin : "Saat loe pacaran sama Langit, gue merasa takdir itu tidak adil. Kenapa hanya gue yang masih menderita padahal loe udah bahagia. Meski begitu loe masih berlagak jadi orang yang selalu tersakiti. Drama kehidupan loe yang penuh kesedihan gak sebanding dengan gue yang udah jadi tulang punggung keluarga buat Ibu dan adik-adik gue"

Nadin : "Saat loe bilang loe sakit, gue terkesan semua orang bisa sebaik itu sama loe. Sedangkan gue? Loe bahkan tidak pernah menanyakan tentang keluarga gue lagi. Loe terlalu sibuk pacaran dan pamer kemesraan di sosmed"

Nadin : "Saat loe pergi, gue merasa beban gue menghilang. Gue ketemu teman-temani loe yang baik dan royal ke gue. Tapi kenapa loe kembali? Harusnya loe tidak pernah kembali. Karena saat loe kembali, kebahagiaan gue menghilang begitu juga dengan Nando"

Nadin : "Iya loe bener, gue ada hubungan dengan Nando. Meskipun dia hanya datang saat ingin melakukan hubungan intim dengan gue. Gue merasa ada yang sayang sama gue, tapi semuanya berubah setelah loe datang"

Nadin : "Sikap Nando berubah dingin dan dia terus terang menunjukkan jika dirinya mencintai loe. Loe ambil semua hal dari hidup gue, kenapa loe harus kembali? Lebih baik loe pergi agar kami semua bisa bahagia, loe itu alasan kesedihan semua orang. Beban untuk semua orang karena mereka jadi merasa bersalah karena loe hadir kembali"

Langit menggenggam erat ponsel Biru, ia meng-capture semua bukti kemudian mengirimkannya pada roomchatnya. Setelah itu Langit membanting ponsel Biru dan menginjak-injak nya hingga rusak. Kenzo dan Jingga keluar kamar karena terkejut, mereka menatap Langit yang terlihat gusar.

"Loe gak apa-apa Kak?" Tanya Kenzo berhati-hati.

"Ah sorry gue ganggu kalian, gue hanya capek aja dengan semua keadaan ini" jawab Langit dengan tawa.

"Kamu capek ya Lang?" Celetuk Biru yang salah memahami. Ia kembali ke kamarnya lalu mengunci diri.

"Biru, Biru bukan begitu sayang" panggil Langit menyusul kekasihnya.

Biru terduduk di balik pintu, ia menekuk kedua kakinya dan menangis sesenggukan. Harusnya ia sadar jika Langit pasti lebih lelah menghadapi dirinya.

"Sayang, jangan salah paham. Aku memang capek, capek harus mendengarkan semua omong kosong orang-orang yang tidak tau apapun tentangmu. Aku capek harus menjelaskan pada mereka jika kamu tidak seperti yang mereka pikirkan"

"Kenapa kamu peduli? Dulu kamu tidak peduli, sekarang kamu malu ya? Aku memang beban yang harusnya tidak kembali dalam hidup kalian. Aku hanya membawa luka dan air mata Langit"

Langit membenturkan kepalanya ke pintu, ia kemudian tertawa. Ia mulai menceritakan mengenai dirinya yang sebenarnya pada Biru.

Langit said :

Apa kamu alasan Maple Blue didirikan? Itu karena kamu, karena seseorang yang sangat aku cintai menyukai Radio. Aku sebenarnya tak ingin menjadi pebisnis, CEO atau apapun itu. Aku hanya ingin menikmati hidupku yang sederhana. Tapi Biru, aku ingin kamu tau kelak jika aku benar-benar mencintaimu dan ini adalah bukti kesungguhan ku.

Maple adalah topik pertama yang kita bicarakan ketika kita bertemu. Sedangkan Blue, tentu saja itu Biru. Kamu tau kan aku tidak suka tentang radio, tapi aku melakukannya untukmu. Aku sangat nyaman berada di dekatmu hingga aku merasa tak akan bisa mencintai wanita lain lagi.

Biru, sejujurnya aku tidak pernah tidak melihatmu selama sepuluh tahun terakhir. Aku selalu melihatmu satu bulan sekali meskipun kau lupa ingatan sekalipun. Aku melihatmu dari jauh seperti permintaan Papa, aku menepati janjiku pada Papa untuk selalu menjagamu. Papa memintaku menikahi kamu saat aku sudah sukses nanti agar aku tidak membuatmu kesusahan. Papa sangat menyayangimu Biru, karena itulah aku tidak menemui mu meski aku bisa. Akan aku buktikan pada Papa jika aku menepati setiap janjiku.

Alasanku muncul di perusahaan juga karena ingin dekat denganmu. Bukankah kamu berjanji akan mengejar ku saat takdir mempertemukan kita lagi? Biru, aku tidak suka saat ada yang membuatmu menangis dan terluka. Bahkan pria brengsek yang mencoba melecehkan mu sudah aku hancurkan hidupnya. Itu adalah balasan karena berani menyakiti gadisku. Maaf ya, aku belum bisa menjagamu sepenuhnya. Aku menyesal karena aku belum bisa menjadi laki-laki yang bisa kamu andalkan.