Davina mempunyai kekasih dan sahabat namun dengan teganya mereka bekerja sama menjual dirinya. Davina pun melakukan cinta satu malam bersama pria asing tersebut.
Namun siapa sangka pria tersebut ternyata seorang Ketua Mafia sekaligus seorang psycophath pembunuh berdarah dingin dan anti wanita.
Enam tahun kemudian mereka dipertemukan kembali dengan suasana yang berbeda di mana Davina bersama ke tiga anak kembarnya hasil dari cinta satu malam bersama pria asing tersebut.
Bagaimana kisah perjalanan cinta mereka? Ikuti yuk novelku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yakasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ibu Dari Ke Tiga Anakku
"Kenapa jijik, kamukan orang yang aku cintai sekaligus ibu dari ke tiga anakku." ucap Daddy Aberto sambil meletakkan gelas kosong tersebut ke atas meja tanpa melepaskan tangan Mommy Davina.
Mommy Davina hanya tersenyum dengan wajah bersemu merah dan berusaha melepaskan tangan yang dipegang oleh Daddy Aberto.
"Bisa lepaskan tanganku?" Tanya Mommy Davina karena Daddy Aberto tidak mau melepaskannya.
"Sepertinya ada lemnya jadi agak susah untuk dilepaskannya." Jawab Daddy Aberto yang enggan melepaskan tangan Mommy Davina.
Mommy Davina tidak menjawab hanya tersenyum dan wajahnya semakin bersemu merah.
"Kenapa wajahmu memerah?" Tanya Daddy Aberto sambil menatap mata indah Mommy Davina.
"Aku ingin turun, mau lihat anak - anakku." ucap Mommy Davina sambil menarik tangannya kemudian turun dari ranjang dan berjalan dengan langkah cepat tanpa menjawab pertanyaan Daddy Aberto.
Daddy Aberto hanya tersenyum melihat tingkah menggemaskan dari wanita yang sangat dicintainya. Daddy Aberto turun dari ranjang dan ikut menyusul Mommy Davina menuju ke ruangan ugd.
Sampai di ruangan ugd Daddy Aberto dan Mommy Davina melihat Paman David menggendong Daven sedangkan Hendrik yang merupakan asisten setia Daddy Aberto menggendong David. Ke dua anak kembarnya tidur dengan pulasnya dan terlihat jelas di wajahnya tampak lelah.
"Oh ya Kak David, kenalkan ini Kak Aberto." Ucap Mommy Davina memperkenalkan Daddy Aberto.
"Kakak ingin bicara berdua dengan Aberto tapi sebelumnya gendonglah David." Ucap Paman David sambil menyerahkan ponakannya.
"Baik Kak David." Jawab Mommy Davina sambil menggendong David.
"Kita bicara di kantin." Ucap Paman David.
"Baik Kak." Jawab Daddy Aberto dengan patuh.
"Apa Kakak? Ingat ya umurku lebih muda dari umurmu. Seharusnya Aku memanggilmu dengan sebutan Kakak." Ucap Paman David dengan nada kesal sekaligus dingin.
"Kan sebentar lagi Aku akan menikah dengan adik Kakak jadi sudah sepantasnya Aku memanggilnya Kak David." Ucap Daddy Aberto panjang lebar.
"Memangnya Aku setuju? Begitu pula dengan ke dua orang tuaku belum tentu setuju Kalian berdua menikah." Ucap Paman David dengan nada ketus.
"Kak David." Panggil Mommy Davina sambil mendekati Kakak kembarnya.
"Kita bicara di kantin dan Kamu Davina tunggu di sini." Ucap Paman David.
"Baik Kak." Jawab Mommy Davina patuh.
Paman David dan Daddy Aberto berjalan ke arah kantin tanpa mengeluarkan suara sedikitpun membuat Daddy Aberto berulang kali menelan salivanya dengan kasar.
'Biasanya Aku tidak pernah takut dengan siapapun tapi ketika Kakaknya mengatakan hal itu membuatku takut jika hubungan Kami tidak direstui.' Ucap Daddy Aberto dalam hati.
'Aberto semangat, Kamu harus tunjukkan kalau Kamu mau bertanggung jawab dengan cara menikahi Davina. Apalagi kejadian itu juga Aku tidak sengaja melakukannya tapi itu akibat ulah kekasihnya dan sahabatnya.' Sambung Daddy Aberto memberikan semangat untuk dirinya sendiri.
Mommy Davina melihat kepergian Kakak kembarnya dan Daddy Aberto dengan perasaan takut jika Kakak kembarnya tidak menyukai Daddy Aberto.
'Kenapa Aku sangat takut jika Kak David tidak menyetujui hubungan Kami? Apa mungkin Aku jatuh cinta? Kan baru bertemu dua kali.' Ucap Mommy Davina dalam hati.
"Maaf Nyonya, boleh Aku bertanya?" Tanya Hendrik dengan suara pelan agar tidak membangunkan ke dua anak kembar yang masih tertidur dengan pulas.
"Panggil namaku Davina." Ucap Mommy Davina yang juga dengan suara pelan.
"Maaf Nyonya, Saya tidak berani." Jawab Hendrik.
"Tidak berani? Maksudnya?" Tanya Mommy Davina sambil menaikkan salah satu alis matanya.