NovelToon NovelToon
Pamit

Pamit

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Cerai
Popularitas:606.8k
Nilai: 5
Nama Author: Wiji

Bagaimana perasaanmu jika jadi aku? Menjadi istri pegawai kantoran di sudut kota kecil, dengan penghasilan yang lumayan, namun kamu hanya di beri uang lima puluh ribu untuk satu minggu. Dengan kebutuhan dapur yang serba mahal dan tiga orang anak yang masih kecil.
Itulah yang aku jalani kini. Aku tak pernah protes apalagi meminta hal lebih dari suamiku. Aku menerima keadaan ini dengan hati yang lapang. Namun, semua berubah ketika aku menemukan sebuah benda yang entah milik siapa, tapi benda itu terdapat di tas kerja suamiku.
Benda itulah yang membuat hubungan rumah tangga kami tak sehat seperti dulu.
Mampukah aku bertahan dengan suamiku ketika keretakan di rumah tangga kami mulai nampak nyata?
Jika aku pergi, bisakah aku menghidupi ke tiga anakku?
Ikuti perjalanan rumah tangga ku di sini. .

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Cahaya Dalam Gelap

Mobil melaju pelan begitu aku sampai di kursi penumpang bagian depan. Aku melihat Anang yang masih berdiri di tempat dengan menatap kepergian mobil yang aku naiki.

Setelah melajukan sekian meter, tiba-tiba Jaka menghentikan mobilnya.

"Kamu nggak apa-apa?"

Ini yang aku benci, aku sangat benci jika ada yang bertanya begini ketika aku sedang tidak baik-baik saja.

"Aku nggak apa-apa, memang aku kelihatan kenapa-napa?" tanyaku memberanikan diri.

"Nangis aja sekarang, jangan di tahan. Tapi sampai rumah nanti kamu nggak boleh nangis lagi, kalau anak kamu lihat gimana?"

Tanpa aba-aba aku menenggelamkan wajahku di kedua telapak tangan, aku menangis sejadi-jadinya. Janjiku untuk menghadapi dengan kuat dan tegar nyatanya tak semudah yang aku kira. Aku mengira kalau aku sudah mati rasa, aku kira aku akan baik-baik saja, tapi ternyata tidak. Hatiku terlampaui sakit, biar bagaimana pun, aku mengenal Anang lebih dari sepuluh tahun. Banyak kenangan di dalamnya. Se sakit apapun aku, aku tak mungkin bisa menghilangkan kenangan di antara kami.

Bayang-bayang ke tiga anakku mulai menari di kepala. Aku yakin aku bisa menghidupi mereka, aku tak takut akan hal itu. Hanya satu yang aku khawatirkan, apa yang akan aku jelaskan pada mereka jika mereka bertanya. Apalagi Alif saat ini masih kecil dan di usianya yang masih lima tahun dia harus kehilangan sosok ayah.

Belum usai aku menangis, mobil kembali melaju. Aku tak bergeming, masih menyembunyikan wajahku di telapak tangan. Aku belum bisa menghentikan tangisku, jadi aku teruskan saja. Aku sudah tak peduli jika di lihat Jaka. Pria yang aku baru kenal beberapa hari ini.

"Turun," katanya tak lama kemudian.

Aku mengelap pipi yang basah, lalu sedikit mendongak. Aku melihat sekeliling yang asing bagiku.

"Ini dimana?" tanyaku menatap Jaka dengan tatapan was-was. Aku takut jika pria ini akan melakukan sesuatu, mengingat ini sudah malam dan kenapa dia membawaku ke tempat sunyi seperti ini.

"Jangan mikir macam-macam dulu. Aku nggak akan melakukan apa-apa, aku masih waras. Kita sedang di danau, memang sedikit gelap. Nggak takut kan?"

Aku masih diam, aku bingung untuk apa malam-malam ke danau.

"Jangan takut, Yu. Aku mau kasih kamu tutorial untuk mengurangi beban di kepala kamu. Ikuti aku, InsyaAllah dengan cara sederhana ini kamu akan sedikit lega. Ayo turun!"

Aku mengikuti langkah Jaka dari belakang. Suasana gelap mendominasi di tempat ini, kami hanya berbekal senter yang ada di ponsel Jaka dan sinar rembulan yang berada di atas sana.

Aku dan Jaka berhenti di tepian danau yang ternyata cukup luas. Aku tak pernah datang ke sini sebelumnya, bahkan aku tidak tahu kalau ada danau di kota ini. Angin yang semilir, sedikit membuat rambutku beterbangan tak tentu arah. Aku merapikan rambut yang sama berantakannya dengan hidup dan hatiku.

"Sekarang kamu ikuti apa yang aku bilang ya. Tarik nafas dalam-dalam dan keluarkan perlahan malalui mulut. Lakukan itu beberapa kali, lalu teriaklah sekuat mungkin, sekeras yang kamu bisa. Kamu boleh berteriak sebanyak yang kamu mau. Hanya aku dan Allah yang dengar teriakan kamu. Di sekitar kamu juga ada beberapa kerikil, kamu lempar kerikil sebanyak yang kamu mau. Luapkan semua amarah dan kesedihan kamu di sini, jangan menyisakan sedikit pun untuk kamu bawa pulang. Bisa?"

Aku mengangguk sembari menatap wajah Jaka yang masih menampakkan wajah ramahnya. Masih terluas senyum di bibirnya. Ah dia baik sekali, Allah memberikan aku ujian seberat ini tapi juga mendatangkan orang baik untukku. Masih ada hal yang wajib aku syukuri atas apapun yang menimpaku.

Aku mulai mengikuti apa yang dikatakan Jaka tadi. Menarik dan hembuskan nafas berkali-kali lalu berteriak sekuat mungkin. Aku lalu membungkuk meraup kerikil kecil dan aku lempar sejauh-jauhnya dan sekencang-kencangnya. Aku tidak tahu bagaimana reaksi Jaka yang melihat aku kesetanan seperti ini.

Setelah merasa lelah, aku terduduk begitu saja dengan nafas ngos-ngosan. Tapi benar apa yang dikatakan Jaka, aku jauh lebih lega sekarang. Bebanku terasa sedikit terangkat.

"Lega kan?" tanya Jaka duduk di sampingku.

"Iya, makasih ya, mas. Jauh lebih baik dari yang tadi."

"Sama-sama. Itulah yang aku lakukan jika aku merasa di titik terendah. Kamu boleh menyerah, sedih, marah, apapun boleh. Tapi pastikan itu hanya kamu rasakan sebentar saja. Apa kita boleh menyerah? Tentu saja boleh. Kita ini kan manusia biasa, ada titik lelahnya juga. Tapi pastikan kamu besok bangkit lagi dengan semangat baru. Apa itu tadi suamimu?" tanyanya di akhir kalimat.

"Iya, dia suamiku. Kami hampir tujuh tahun menikah. Tapi dia...."

"Jangan ceritakan sekarang. Nanti sakitnya ngerasa lagi. Apapun masalah kamu, semoga cepat terselesaikan dan kamu bisa kuat buat anak-anak. Allah ngasih ini ke kamu pasti Allah merasa kamu kuat, hanya kamu yang bisa melewatinya dengan sempurna. Oh ya, ngomong-ngomong kamu cantik juga kalau dandan."

"Kalau nggak dandan mah jelek, mas."

"Nggak juga, kata siapa? Kamu manis kalau nggak dandan. Masih ada sedap-sedapnya kalau di pandang."

"Jangan gombal."

"Nggak, ini serius. Aku nggak pernah gombal sama wanita manapun. Senyum dikit lah, sebagai tanda terima kasih karena sudah di puji."

"Makasih," ucapku seraya tersenyum seperti apa yang Jaka mau.

"Nah gitu dong. Mau di sini dulu apa pulang?"

Aku melirik jam tangan yang melekat di tangan kiriku.

"Ya ampun, jam sebelas. Ayo pulang, mas. Anak-anak pasti nunggu aku. Bagaimana bisa aku lupa waktu begini?" Aku menggerutu seraya memakai sandal.

"Maaf aku membuat kamu jadi pulang terlambat. Nggak ada yang marah kan?" tanyaku sungkan.

"Nggak, kan aku udah bilang kalau aku ini Jaka yang menduda. Kamu pikir itu bercanda apa?"

Aku tersenyum kikuk berasamaan dengan mobil yang melaju. Aku mengecek hape lalu menghubungi Risa. Terasa tidak sopan, tapi aku merasa harus menghubunginya.

"Ris, maaf aku mengganggu malam-malam. Aku minta maaf juga karena aku pulang terlambat dan tidak memberitahu mu. Apa anak-anak sudah tidur? Apa mereka rewel dan menyusahkan mu?" Aku memberondong pertanyaan, rasa tak enak dan sungkan menyebar ke segala sendi di tubuhku.

"Nggak apa-apa mbak. Mereka nggak ada yang rewel kok, udah tidur semua mereka, bareng-bareng tidur di kamar anakku. Kalau yang kecil aku bawa ke kamar, gemes banget aku sama Anin."

"Syukurlah. aku sedang dalam perjalanan pulang, sebentar lagi aku sampai. Apa aku mengganggumu jika aku ke sana sekarang?"

"Nggak mbak, ini aku juga masih rekap pendapatan kok, belum istirahat. Kalau mau biarin anak-anak tidur di sini juga nggak apa-apa mbak, ambil besok pagi."

"Jangan dong, Ris. Ada-ada aja kamu. Aku jemput habis ini ya."

1
Jessica
Luar biasa
UfyArie
50 ribu seminggu ini tahun berpa
meris dawati Sihombing
Hahhh, umur 25 dah jd Dokter spesialis?? yg bener???H suka2 mu lah thorrr
niken babyzie
kuliah fadil gak kelar2 yah thorrr
niken babyzie
nenek2 laknat
niken babyzie
campur racun sekalian
meris dawati Sihombing
Haluuuu, 1 minggu cuma 50 rebu
niken babyzie
judul novelnya cocok di beri judul.. ternyata aku baru sadar telah menikahi suami pelit
niken babyzie
mokondo
Ratnasihite
kocak nih alif udah tau suka sama suka😄😄
Ratnasihite
Luar biasa
yuyunn 2706
bodoh ayu,kasusin itu mantan mertua biar kapok
yuyunn 2706
kok ndridil anaknya,kan bs KB
Mastina Maria siregar
novelmu sukses bikin aku mewek Thor...
ceritanya sperti di dunianya nyata.
Mastina Maria siregar
dr awal baca sampe bab ini suka,,mewek trust,seolah olah saya yg mengalaminya.alurnya bagusjg penggunaan bahasanya.pokoknya suka,
Mastina Maria siregar
sperti di dunia nyata,sedih Thor...
Sulati Cus
jgn2 si jaga cosplay nya si rifki
Sulati Cus
😂😂😂 g mungkin lah jd Winda yg mau sm suami orang lah Wong yg bujang aja msh banyak
Sulati Cus
kyknya jodoh nih eh apa si jaka lg nyamar ???
Sulati Cus
mase keknya pgn di tabok bolak-balik nih, cantik jg perlu modal
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!