Ellen merencanakan misi besar untuk menghancurkan pernikahan Freya dan Draco.
Apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PKM BAB 16 - Tidak Mau Kalah
Selama kepergian Draco, Freya mengurus rumah tangga kastil dan mempersiapkan acara gladiator.
Freya tidak mengganggu Ellen sama sekali karena dia lebih memilih bersikap tenang. Dia akan menarik perhatian Draco dengan cara lain.
"Queen, kain toso yang anda pesan sudah berada di para penjahit," lapor Agatha.
"Bagus, kain toso akan lebih nyaman digunakan untuk seragam pelayan apalagi saat acara gladiator nanti tiba, pelayan akan lebih banyak bekerja," ucap Freya.
"Terima kasih Queen sudah memperhatikan kami," balas Agatha yang semakin mengagumi Freya.
"Dan bagaimana persiapan gladiator? Apa stok bahan makanan sudah datang semua?" tanya Freya lagi.
"Iya, semua pesanan baru saja datang,"
"Kalau begitu aku ingin melihatnya,"
Freya menuju gudang penyimpanan bahan makanan, di sana dia mengecek semua bahan makanan yang disimpan mulai dari bumbu sampai bahan baku seperti daging-dagingan.
Dan hal itu diperbincangkan para pelayan hingga sampai di telinga Rara.
"Wah, Queen kita mengurus rumah tangga istana dengan baik bahkan pakaian kita saja diperhatikan,"
"Iya benar, makanan juga sangat diperhatikan,"
"Aku tidak rela jika Queen disakiti oleh King,"
"Ya, kau benar bahkan Queen tetap menunggu suaminya pulang dengan suka cita walaupun King sudah selingkuh,"
"Hatinya sungguh bagai malaikat,"
"Jangan sampai posisinya direbut oleh selir tidak jelas itu,"
Rara hanya bisa menelan ludahnya, dia tidak memungkiri jika Freya juga menertibkan para pelayan dengan baik karena Rara tidak mengalami penindasan lagi.
"Hanya satu orang saja yang mendukung selir itu," sindir pelayan yang menyadari keberadaan Rara.
Rara bergegas ke kamar Ellen seraya membawa makanan, Ellen memang selalu makan di kamar karena keberadaannya yang dianggap sebelah mata.
"Nona, makanlah terlebih dahulu!" Rara membawa nampan di meja Ellen.
Saat ini Ellen tengah sibuk membaca beberapa buku. Dia tidak bisa dengan leluasa keluar dari kamar karena beberapa kali percobaan pembunuhan telah dia alami padahal sudah ada beberapa pengawal yang menjaganya.
"Apa King memang sering pergi begini?" tanya Ellen yang merindukan Draco. Hampir satu bulan mereka tidak bertemu bahkan Ellen sudah pulih dan kembali cantik seperti sedia kala.
"Iya Nona bahkan pernah sampai berbulan-bulan tidak kembali," jawab Rara.
"Apa yang dicarinya? Apa hanya sebatas menumpuk harta?" Ellen sedikit demi sedikit mulai mengerti sekarang.
"Kalau Nona tidak tahan lebih baik pergi saja, posisi Nona sekarang dalam bahaya," saran Rara.
Ellen melihat jari manisnya, dia merindukan cincin Yvone yang dulu selalu tersemat di sana.
"Kau tidak akan mengerti," ucap Ellen pilu. "Aku selalu merasakan ada ikatan jiwa diantara kami walaupun King tidak pernah merasakan hal itu!"
Semenjak Ellen menerima cincin Yvone, Ellen yang hidupnya sebatang kara berharap penuh pada Draco. Bahkan dia sudah jatuh hati sebelum melihat calon suaminya. Mungkin itu yang dinamakan kekuatan ikatan.
Tapi, hatinya hancur ketika sadar kalau ternyata Draco tidak menginginkan dirinya. Ellen harus menjadi jalaang penggoda untuk mendapat perhatian dari lelaki itu.
"Sekeras apapun Nona berusaha, bukankah King tetap akan kembali pada Queen?" Rara masih berusaha membujuk karena kasihan pada Ellen jika akan dibuang nantinya.
Kemudian Rara menceritakan bagaimana perkembangan urusan rumah tangga istana setelah Freya yang mengaturnya. Dan bagaimana semakin kuatnya dukungan terhadap Freya saat ini.
"Sekarang aku tanya, berapa gaji kalian para pelayan istana? Bukankah kalian bekerja tanpa digaji dan dianggap budak?" cecar Ellen.
"Saat aku menjadi Queen, aku akan merubah aturan besar-besaran di istana ini. Bukan hanya masalah gaji tapi aku juga menjanjikan kebebasan untuk kalian!"
"Sepertinya aku harus melakukan kampanye!"
