Lanjutan dari "Istri Bar-Bar Milik Pak Dosen"
"Perasaanku sudah mati sejak lama. Tidak ada satu pun di antara kalian yang mampu membuat hatiku kembali bergetar seperti dulu. Berhentilah! Aku tidak akan memilih satu di antara kalian. Jangan perjuangkan sesuatu yang sia-sia!" ~Diandra.
"Aku tidak akan berhenti! Aku akan terus berjuang untuk mendapatkan hatimu kembali! Maafkan aku yang sudah pernah menorehkan luka yang sangat dalam di hatimu! Kamu tidak perlu memberi aku kesempatan, karena aku yang akan berusaha mendapatkan kesempatan itu!" ~Alden.
"Aku tidak akan berhenti! Aku mencintaimu apa adanya. Tapi, aku tidak akan egois. Semua terserah padamu. Aku tau betapa hancurnya hatimu, dan bukanlah hal mudah untuk kembali jatuh cinta setelah sakit yang teramat dalam. Aku ingin menjadi penyembuh hatimu yang luka, tapi itu semua terserah padamu. Siapa pun yang kamu pilih, aku harap kamu akan bahagia nantinya." ~Austin.
"Mau bermain? Bagimana jika kita putar balik alurnya." ~Unknown
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara05, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Resmi Bercerai!
..."Kamu berbohong, aku pun percaya. Kamu lukai, ku tak peduli. Coba kau pikir, di mana ada cinta seperti ini. Kau tinggalkan aku, ku tetap di sana. Kau dengan yang lain, ku tetap setia. Tak usah tanya kenapa, aku cuma punya hati" ~Mytha. Aku Cuma Punya Hati...
...************...
Bughh
Alden manjatuhkan dirinya ke lantai. Telapak tangan dan lututnya mengeluarkan darah karena terkena pecahan gelas yang tadi tidak sengaja pecah.
Rara yang melihatnya sama sekali tidak tersentuh, bahkan wanita itu sama sekali tidak merasa kasihan dengan darah yang terus mengalir dari telapak tangan Alden.
"Ra, tidak bisakah kamu memberi Mas satu kesempatan lagi. Mas janji tidak akan pernah menyakitimu lagi. Tolong jangan seperti. Apa kamu nggak kasihan dengan Mas? Mas bahkan sudah menderita selama enam tahun ini. Hiks ...." Alden menangis di ruangan tersebut. Sungguh apakah istrinya memang sudah benar-benar ingin mengugat cerai dirinya?
"Lo egois Alden! Lo cuman mentingin diri lo sendiri. Lo berharap gue kasihan sama lo, lalu memberikan lo kesampatan lagi. Tapi, apa lo pernah merasa kasihan waktu lo udah bohongin gue berkali-kali? Iya, lo emang kasihan, tapi setelah itu lo tetap melakukan kesalahan yang sama. Lo ingat, lo juga bilang kayak gini waktu gue memutuskan pergi dari rumah dulu. Tapi apa? Lo kembali membuat kesalahan yang sama. Lantas, apa gue tetap harus memberi kesempatan? Setelah apa yang udah lo lakuin ke gue?" Sebulir kristal membasahi pipi Rara. Buru-buru ia menyekanya sebelum Alden melihat.
"Lo bilang kalau lo udah sangat menderita selama enam tahun ini. Lo udah menderita baik fisik maupun mental. Lo sakit hati waktu gue memutuskan untuk pergi. Tapi, apa lo tau kalau gue juga menderita selama status suami istri itu masih ada? Lo bayangin, lo minta maaf dan gue maafin. Tapi lagi dan lagi lo tusuk gue, dan tusukan itu semakin dalam. Setelah gue sembuh, lo kembali minta maaf, dan kembali gue maafin lo. Tapi, apa? Tusukkan itu justru semakin dalam. Gue nggak bisa terus bertahan dalam sebuah hubungan yang seperti itu Al!" lanjut Rara yang membuat Alden merasa semakin tertohok.
"Sekarang gue minta lo tanda tangan surat percaraian ini! Jangan buat gue semakin membenci lo," ucap Rara penuh penekanan.
"E-enggak Ra! Mas mohon kali ini aja. Mas berjanji akan memperbaiki semuanya! Hiks ...." Tangis Alden semakin kencang saat Rara memaksa dirinya untuk menanda tangani surat tersebut.
Bruk
"Eh lo waras nggak sih hah!" teriak Rara mengelegar setelah memukul meja dengan sangat kuat. Bahkan Alden dibuat terkejut dengan teriakan istrinya.
"Lo masih punya muka buat minta gue balik? Gue tau lo juga korban di sini. Tapi lo pikir Alden! Gue yang dulu masih berstatus sebagai istri lo aja nggak pernah lo dengarin apa yang gue bilang. Gue udah bilang sama lo kalau Ella milik lo itu berniat menghancurkan rumah tangga kita. Tapi, apa? Lo bahkan ngebela wanita itu dibandingkan istri lo sendiri?" teriak Rara dengan napas menggebu-gebu.
"Dan sekarang apa? Lo ngemis di depan gue? Berharap gue akan luluh dan kembali memberikan kesempatan lagi buat lo? Cih ... gue bukan Diandra yang dulu lagi! Nggak akan pernah kata kembali lagi akan keluar dari mulut gue. Udah cukup gue menderita! Dan see! Gue nggak pernah nangis lagi sekarang! Sangat berbeda dengan gue yang dulu!" lanjut Rara yang masih menggebu-gebu.
"Kamu kenapa berubah Ra?" tanya Alden dengan suara pelan, tapi masih terdengar jelas di telingga Rara.
"Ha-ha. Lo nanya kenapa gue berubah? Alden, are you okey ? Emangnya lo mau gue gimana? Masih kayak dulu lagi, yang cuman nangis, lalu kembali memberikan lo kesempatan? Hei! Gila aja kalau gue masih kayak dulu! Udah cukup gue bodoh kayak dulu," jawab Rara dengan tertawa sinis.
"Sekarang gue minta cepat tanda tangan surat ini, sebelum gue benar-benar marah!" perintah Rara dengan suara dingin sekaligus jengkel.
"Enggak!" Alden menggeleng dengan kuat. Sampai kapan pun dirinya tidak akan pernah mau menanda tangani surat sialan tersebut.
Sudah habis kesabaran Rara. Dia lalu bangkit dan berjalan mendekati Alden, tanpa basa-basi dia langsung menarik kerah baju laki-laki itu dengan sangat kuat, memaksa laki-laki itu untuk berdiri.
Plak
Sebuah tamparan keras dilayangkan ke wajah tampan Alden. Pelakunya sudah tentu Rara! Rara sudah benar-benar dibuat kesal dengan Alden yang terus menolak permintaannya untuk bercerai.
Tubuh Alden membeku. Bukan karena sakit yang dirasakan, tapi karena terkejut dengan perubahan istrinya yang sekarang. Rara yang dulu tidak pernah menamparnya, sekali pun itu kesalahan yang besar. Tapi, sekarang istrinya sudah berubah 180 derajat.
"Heh, lo punya otak nggak sih Alden?" teriak Rara dengan terus menarik kerah baju Alden. "Mau lo apa sebenarnya? Lo pengen bunuh gue? Kenapa nggak sekarang aja sih br***sek! Lo pengen nyiksa gue hah?! Gue capek! Gue capek kalau harus menyandang status sebagai istri lo!" teriak Rara tepat di wajah Alden yang masih terlihat tampan seperti dulu.
"G-gue capek Al! Apa lo nggak bisa ngebebasin gue? Kenapa lo terus menyiksa gue?" lirih Rara, lalu melepaskan cengkramannya pada kerah baju Alden.
"Ra, tolong satu kali ini saja lagi! Jika Mas kembali melakukan kesalahan, kamu boleh pergi. Tapi, Mas mohon kali ini saja Ra!" Alden menggenggam tangan Rara, berusaha meyakinkan istrinya jika ia sudah tidak seperti dulu lagi.
Rara menyentak tangan Alden dengan kasar, lalu kembali melayangkan tatapan tajam pada laki-laki itu. "Gue mohon sekali lagi. Tolong segera tanda tangan surat ini!" perintah Rara dengan suara rendah, pertanda dirinya benar-benar sedang marah.
"Ra ...."
"Tanda tangan!" bentak Rara dengan suara nyaring.
"Ra, Mas mo-"
"Tanda tangan atau besok lo akan ngeliat gue mati, karena bunuh diri?" tanya Rara dengan wajah serius, seolah-olah yang ia katakan tidak main-main.
Alden hanya menggeleng kepalanya dengan lemah. Kenapa Rara memberikan pilihan yang sangat sulit untuknya. Awalnya dia pikir, setelah penantiannya selama enam tahun ini akan berbuah manis. Tapi ia salah! Rara justru tidak memberikan ia kesempatan lagi, dan memilih untuk benar-benar bercerai.
Perlahan Alden mengambil pulpen yang sudah Rara sediakan. Air matanya menetes membaca kata per kata yang tertulis, apalagi saat membaca kata 'CERAI' itu kembali. Kenapa rumah tangganya harus sehancur ini? Tidak bisakan semuanya kembali seperti dulu?
Rara tersenyum saat melihat suaminya sudah selesai tanda tangan. Entah apa maksud senyum itu, hanya dirinya sendiri yang tau. Sakit? Bahagia? Bebas? Entahlah, kedua rasa itu bercampur menjadi satu, membuat dirinya sendiri tidak tau apa yang sedang ia rasakan.
Tanpa basa-basi Rara langsung merebut surat cerai tersebut, karena takut Alden akan berubah pikiran.
'Semuanya sudah selesai! Maafin Mommy sayang' batin Rara sambil melihat tanda tangan milik Alden.
"Baiklah, sekarang kita sudah resmi bercerai. Diandra Latasha Jonshon dan Alden Reynoard Schiaparelli sudah tidak memiliki hubungan apa pun lagi mulai sekarang!" ucap Rara dengan lantang.
"Sekarang lo bebas mau menikah atau apa pun itu! Karena gue udah bukan istri lo lagi. SELAMAT ALDEN!" ucap Rara yang kemudian berteriak di akhir kalimat.
"Sekarang lo boleh pergi! Status kita tidak lebih dari seorang Bos dan OB," sinis Rara.
"Siapa bilang?" sahut Alden dengan sinis.
"Hah? Maksud lo?" Rara tentu bingung dengan maksud laki-laki yang baru saja menyandang status duda tersebut.
"Kita memang sudah bercerai Ra. Tapi, bukan berarti aku menyerah untuk mendapatkan kamu!" jawab Alden. "Jika aku memang tidak diberi kesempatan, maka aku yang akan mendapatkan kesempatan itu. Maaf jika aku sudah menorehkan luka yang teramat dalam di hatimu. Tapi, aku tidak akan menyerah untuk meluluhkan hatimu kembali sampai kapan pun!" lanjut Alden dengan tegas.
"Aku akan berjuang!"
.
.
.
.
bs kalii dipakai disesuaikan dgn bahasa anak2 seusianya/Grin/