Dara anak seorang pembantu di jodohkan dengan seorang pewaris tunggal sebuah perusahaan karena sebuah rahasia yang tertulis dalam surat dari surga.
Dara telah memilih, menerima pernikahannya dengan Windu, menangkup sejumput cinta tanpa berharap balasannya.
Mampukah Dara bertahan dalam pernikahannya yang seperti neraka?
Rahasia apa yang ada di balik pernikahan ini?
Mampukah Dara bertahan dalam kesabaran?
Bisakah Windu belajar mencintai istrinya dengan benar? Benarkah ada pelangi setelah hujan?
Ikuti kisah ini, dalam novel " Di Antara Dua Hati"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suesant SW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16 MENGADU KEPADA TUHAN
Dara mengunci kamarnya dengan badan masih menyisakan gemetar. Bersandar pada pintu yang tertutup rapat.
Apa yang dialaminya hari ini, benar-benar membuatnya shock luar biasa.
"Hamil..." Tanpa sadar Dara mengulang kata itu, bibirnya gemetar sambil memeluk perutnya yang masih rata itu.
"Aku hamil..."kakinya mendadak lemas, tubuhnya menggeloyor ke lantai kamar.
"Bagaimana aku bisa hamil? Aku harus bagaimana?"
Airmatanya perlahan keluar dari sudut matanya, sekarang dia benar-benar bingung.
Dia terlalu belia untuk menerima kehamilannya ini dalam situasi suami yang sangat tak menginginkannya.
Cita-citanya untuk mendaftarkan diri kuliah dua bulan ke depan, rasanya seperti sebuah impian yang hampir mustahil.
Masih terngiang di ruang pemeriksaan tadi, saat seorang perawat mengoleskan gel dingin itu di kulit perutnya.
"Kita akan memastikan kehamilan ibu dan kondisi bayinya, ya..." Kata dokter Lisa dengan ramah.
"Suami ibu tidak ikut masuk?" Alisnya bertaut sambil mengatur tombol mesin USG, yang sama sekali Dara tidak mengerti kegunaannya.
"Dia ada urusan." Dara menjawab pendek, dokter Lisa hanya menganggukkan kepalanya.
Dokter Lisa setelah mensterilkan tangannya, menempelkan tranduser di perut Dara.
Dilayar segera muncul visualisasi yang kini ada di dalam rahimnya.
Dara menatap dengan bingung, ketika melihat tampilan di layar itu, sebuah siluet berwarna abu-abu segitiga dan di tengah-tengahnya tampak warna lebih gelap.
"Selamat bu, usia kehamilan ibu sekarang akan memasuki minggu ke-9" Kata Dokter Lisa dengan bersemangat.
Jantung Dara berdegup kencang, dia tidak tahu apakah harus senang, takut atau malah menolak keadaan ini.
"Dia sudah tidak lagi embrio, tapi janin...pada usia 9 minggu kehamilan, ukuran janin kira-kira sudah sebesar buah anggur.
Di USG ini tertulis perkiraan panjangnya sekitar 2,50 centimeter, beratnya 28 gram." Dokter Lisa membacakan keterangan di layar USG.
Dara hampir tak bisa bernafas, bibirnya terbuka hampir tak percaya ada janin di dalam rahimnya sekarang.
"Apakah dia hidup?" bibir Dara bergetar, bertanya seperti orang bodoh, dia merasa kewarasannya menguap sejenak.
"Tentu saja, ibu. Perkembangan bayi ibu ini sudah sesuai dengan usia kehamilan ibu, bagian-bagian tubuh si bayi sudah mulai terbentuk dengan baik seperti halnya dengan organ-organ dalamnya. Jantung, hati, dan pembuluh darah sudah mulai terbentuk dan berfungsi normal"
Mata Dara terarah ke layar USG yang ada di depannya
"Ini bayi ibu, dia melekat dengan baik di dinding rahim." Dokter Lisa menunjuk bercak kecil yang melengkung serupa buah anggur, berwarna sedikit terang di bagian tengah layar.
"Mari kita dengar detak jantungnya..." Dokter Lisa memutar volume suara dan terdengar bunyi detak yang begitu cepat dan berirama.
"Itu bunyi apa?" Tanya Dara dengan mata tak berkedip.
"Itu suara jantungnya."
"Jantungnya?"
Dara terpana, darahnya mengalir hangat, matanya mendadak terasa panas.
"Dia hidup...." Dara masih saja tak percaya dengan apa yang dilihat dan di dengarnya.
Tadi, bahkan otaknya telah berfikir begitu jahat sebelum masuk ke dalam ruang pemeriksaan ini.
"Aku akan menggugurkannya jika benar aku hamil, untuk apa aku hamil anak yang tak di inginkan! Suamiku sendiri tak akan mau mengakui keberadaannya, jadi untuk apa?"
Sekarang, saat dia mendengar bunyi jantung itu yang menandakan ada kehidupan yang bernyawa di dalam tubuhnya, rasanya keinginan itu menghilang perlahan. Sedikit sisi keibuannya menggelitik. Dia tidak sampai hati memikirkan membunuh bayi yang di kandungnya sendiri.
"Apakah dia baik-baik saja?" dua bulir bening jatuh disudut matanya, betapa sesungguhnya rasa haru menyeruak saat menyadari dirinya telah disempurnakan sebagai wanita, tapi kesedihan tak urung tetap menyapanya, ketika mengingat Windu, sang ayah dari bayi yang kini sedang di kandungnya.
"Ibu jangan kuatir, bayi ibu baik-baik saja. Ibu hanya perlu minum banyak air putih dan mengonsumsi makanan berserat tinggi untuk mengurangi masalah pada sistem pencernaan yang mungkin muncul dalam masa kehamilan ini. Ibu juga jangan melewatkan waktu makan, hindari berdiri terlalu lama, dan bangun secara perlahan untuk menghindari pusing.
Dan sangat penting untuk menghindari makanan yang pedas dan berminyak agar mulas serta mual tidak semakin buruk. Ibu sekarang kondisinya agak lemas karena dipengaruhi morning sickness, akibat peningkatan hormon yang mendadak. "
Dara hampir tak mendengar semua yang di ucapkan dokter di depannya itu, fikirannya melayang-layang.
Dia tidak tahu harus melakukan apa!
...***...
Windu muncul dengan wajah merah padam, mencengkeram bahu Dara dengan amarah.
"Aku tidak menginginkan bayi ini!" Windu berteriak sambil mengguncang-guncang tubuh ramping Dara.
"Gugurkan saja! Aku tak bisa menikahi Novi jika kamu tetap meneruskan kehamilanmu ini! Jangan coba-coba menipuku supaya menunda perceraian kita!"
Windu menjambak rambut Dara, sampai leher gadis berbadan kecil ini terdonggak kebelakang.
"Tapi bayi ini hidup...aku telah mendengarkan bunyi jantungnya, dia sungguh hidup." Dara meringis sambil memegang lengan Windu menahan rasa sakit.
"Aku tak perduli! Dia hidup atau mati. Aku tidak menginginkannya. Aku tidak menginginkan anak dari seorang pembantu!"
Dara terpekik kesakitan saat Windu mencampakkan tubuhnya ke lantai, membuat dirinya terlempar membentur ubin.
"Dara...aku benar-benar membencimu...aku membencimu! Aku membencimu!!" Windu menunjuk wajah Darah yang terisak meringkuk di lantai.
"Gugurkan dia!"
"Tidak...tidak...."
Dara terbangun dengan nafas terengah-tengah, tubuhnya basah oleh keringat dingin, dia merasakan badannya gemetar luar biasa sementara air mata membasahi pipinya.
Dia bermimpi buruk, bahkan mimpinya itu seolah-olah nyata.
Dilihatnya jam dinding, jam 02.05 WIB. Sekarang sudah hampir subuh.
Dengan tubuh yang masih gemetar, Dara turun dari tempat tidur, berjalan dengan gontai menuju kamar mandi, mencuci mukanya dan membersihkan diri.
Dengan hati yang terasa remuk redam serta gelisah tak menentu diambilnya mukena dari lipatan di dalam lemari.
Di atas sajjadah dia bertahajud, melakukan sujud dua kali dan mengucapkan salam dengan suara bergetar.
Air mata Dara mengalir dengan begitu deras saat bibirnya mengucap do'a. Dara hanya tahu, Allah semesta alam lebih tahu tentang perasaannya sekarang, betapa sulitnya ujian yang sedang diterimanya.
"Ya, Allah...hanya kepadaMu yang maha mengetahui, betapa berdosanya hambamu ini.
Betapa banyak kealpaan yang telah kurangkai dalam niat, fikiran dan tingkah laku keduniawianku ini.
Engkau yang Maha memberi dan mengampuni, kepadaMu lah aku bersujud dalam kerendahan diri, dalam kerendahan hati...
Dan jika Tuhan telah ijinkan segalanya ini terjadi padaku, maka itulah rencana terbaik yang harus ku jalani.
Aku percaya, Ya Allah...tak ada perkara yang terlalu besar jika Allah telah ijinkan.
Berikanlah petunjuk kepada hambaMu ini, jalan apa yang harus ku lalui, lapangkan hatiku yang sempit ini, jangan biarkan terombang-ambing di hempas gelombang badai kebebalan.
Jiwaku lemah, Ya Allah, jiwaku lemah...hanya padaMu lah aku bersandar....hanya padaMu lah, hambaMu ini mengadu..."
Air mata Dara berderaian, membasahi pipinya, dalam untaian do'a yang tak putus kepada sang khalik, dia mengharapkan sebuah jalan. Dalam tahajjud Dara mencari jawaban.
...Terimakasih sudah membaca novel ini❤️...
...VOTE, LIKE dan KOMEN kalian selalu author nantikan😊...
...I love you all❤️...
Terimakasih
Rangkaian katanya indah tapi mudah dimengerti.
Karakternya tokoh2nya kuat,
Alurnya jelas, jadi tidak melewatkan 1 kalimatpun,
Sekali lagi Terimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏
author pandai merangkai kata.
tapi tak pandai memilih visual windu, ga cocok tor sama dara haha maap ya tor 🙏