Felix yang tidak memiliki keluarga, teman dan uang suatu hari harus lepas dari panti asuhan karena telah menginjak umur 17 tahun. Ia hanyalah anak muda yang tidak begitu memahami dunia luar, masih naif dan juga lemah.
Suatu saat, ia menemukan sebuah ponsel pintar aneh yang entah dijatuhkan oleh siapa. Dan dari ponsel itu terdapat misi-misi aneh yang benar-benar memberinya hadiah dan membimbingnya menjadi ‘pangeran tampan dan sukses’ seperti yang dijanjikan.
Ting!
----
MISI KHUSUS:
Selamatkan seorang gadis yang kesusahan!
Hadiah: uang tunai sebesar sepuluh juta
----
Ting!
----
MISI KHUSUS:
Beli seribu koin funzone, dan dapatkan hadiah dengan semua koin itu!
Hadiah: mendapatkan satu unit apartemen di ‘BluePearl’ seharga 10 miliar
----
Berasal dari manakah sistem tersebut??
Baca juga:
sistem pemburu penjinak monster
Sistem kekayaan hukuman
reinkarnasi Menjadi Pangeran Terbuang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dee hwang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membeli pakaian mahal
.
.
Setelah itu Jini mengajak mereka masuk ke dalam, pelayan lain datang membawakan mereka minuman “Silahkan..” pelayan yang ini tersenyum manis sekali dan kelihatannya ramah.
Jini mengajak mereka duduk di sofa coklat yang biasa digunakan untuk pelanggan jika lelah dan ingin istirahat sejenak.
“Semoga setelah ini toko ini penjualannya meningkat” gumam Jini, dia sudah lesu setelah memecat satu pelayan “Aku pikir ini karena aku tidak kompeten” tambahnya
“Tidak Jini.. kau sudah bekerja dengan baik, apa yang tadi itu manager disini?” tanya Felix
“Iya, dia manager.. tapi sepertinya dia kurang tegas, aku ingin memberikan dia kesempatan sekali lagi, karena dia karyawan yang dibawa oleh mama..” jawab Jini
“Aku pikir dia pelayan juga disini” celetuk Handika
Felix ingin mengatakan dia setuju dengan Handika, tapi suara notif sistem ponselnya berbunyi lagi.
Ting!
MISI KHUSUS:
Membeli beberapa setel pakaian menggunakan skill fashion! Minimal uang yang dikeluarkan adalah 5 juta.
Hadiah: uang tunai satu miliar rupiah
Melihat misi khusus yang tertera disana, Felix menghela nafas antara lega dan lelah. Lega karena misinya hanya membeli pakaian dan menghabiskan uang minimal lima juta... dan lelah kena hadiahnya malah uang satu miliar.
Padahal Felix ingin hadiah poin saja.
Ingin segera naik level dua..
Tapi jika terus begini tidak ada cara lain selain mengerjakan misi harian.
Kalian pasti mengerti kan perasaan ini? Terutama yang suka main game, pasti ingin cepat-cepat naik level. Kalau uang-uang itu bisa ditukar dengan poin itu akan mudah, tapi sayangnya tidak bisa. Uang hanya bisa ditukar dengan skill. Itupun tidak semua skill bisa
diunduh, menunggu pengguna mencapai level tertentu.
“Terima kasih ya berkat kalian berdua aku bisa
mengetahui masalahnya.. ku harap tidak ada pelayan yang seperti itu lagi” kata Jini, membuyarkan lamunan Felix.
“Kami juga minta maaf karena sempat ingin pergi” sahut Handika
“Bukan salah kalian, mungkin kalau aku mendapat perlakuan seperti itu aku juga akan pergi” kata Jini
“Memangnya ada yang berani memperlakukanmu seperti itu?” tanya Felix
Jini menatap Felix sebentar lalu menunduk “Pernah kok... keluargaku memang memiliki banyak uang, kami juga disegani disini.. namun saat ke luar negri, semuanya sudah berbeda. Banyak juga orang yang memandang ras lain sebelah mata, mereka pikir mereka paling
superior.. saat itu kami pergi ke luar negri dan berniat menginap di salah satu hotel bintang lima milik teman bisnis papa. Mungkin karena penampilan kami yang sudah lelah dan cukup sederhana, mereka bilang kami tidak bisa memesan kamar VIP. Lalu papa menelfon temannya, petugas hotel itu dipecat seketika itu juga, tapi tetap saja.. kami sempat diremehkan” cerita Jini.
Mendengar itu Felix menyadari jika bukan
hanya orang miskin yang memiliki masalah seperti itu.
“Mama dan Papa menjadikan itu pelajaran bagiku agar aku tidak sombong seperti mereka, karena di atas langit masih ada langit... meski kita memiliki banyak uang, namun masih ada yang di bawah kita yang kurang beruntung.. lebih baik mensyukuri apa yang yang kita miliki
sekarang” tambah Jini.
“Sepertinya aku selama ini kurang bersyukur..” Handika jadi ikutan lesu.
Felix terkekeh melihat mereka berdua, membuat mereka berdua bingung menatap Felix.
“Kenapa tertawa?” tanya Jini sambil cemberut
“Apa aku terlihat seperti badut di matamu Lix?” Handika memincingkan matanya.
Felix menggeleng “Tidak, bukannya kalian lucu.. hanya saja, ku rasa aku juga kurang bersyukur. Aku pikir aku paling menderita selama ini, tapi ternyata tidak juga.. aku akan berusaha lebih
bersyukur mulai sekarang” kata Felix
Jini dan Handika tersenyum mendengarnya. Lalu Handika menepuk-nepuk punggungnya “Gitu dong! Kita berjuang bersama, tumbuh bersama.. juga belajar bersama”
“Ngomong-ngomong kalian mau beli baju kan? Aku akan memberi gratis masing-masing satu setel pakaian untuk kalian” kata Jini “Sebagai permintaan maafku untuk kejadian tadi”
Handika sudah bersorak gembira “Yess! Aku mendapat dua setel pakaian kalau begitu”
“Kok bisa?” tanya Jini
“Karena Felix akan membelikanku juga, ya kan Lix?” Handika kembali menepuk-nepuk punggung Felix.
“Kalau begitu, Handika saja, aku akan membayar semua pakaian yang ku pilih” kata Felix
“Kenapa? Aku ingin memberimu juga..” Jini menatap Felix dengan tatapan memohon seperti anak anjing minta makan, imut sekali.
“Ba.. baiklah.. kalau begitu aku juga ingin minta tolong padamu Jini”
“Apa itu? Kalau bisa, aku akan membantu”
“Begini.. Kak Na akan tau jika melihat pakaianku nanti.. dia pasti akan marah karena aku belanja banyak. Aku ingin kau mengatakan jika kau memberiku diskon di tokomu jika Kak Na bertanya nanti”
Jini mengerutkan dahinya bingung, tapi karena permintaan Felix tidak susah, jadi dia mengangguk saja “Kalau begitu aku bisa memberimu diskon sungguhan"
Felix menggeleng dengan cepat “Tidak perlu, kamu kan sudah menghadiahkan baju untukku.. jadi itu sudah cukup”
“Tunggu Lix!” Handika mengangkat tangannya “Sebenarnya, kamu itu punya banyak uang dari mana sih?”
DEG
Pertanyaan yang ingin Felix hindari akhirnya
muncul juga..
“Itu.. kau tidak akan percaya jika aku mengatakannya” kata Felix sambil berusaha menghindari tatapan mereka.
“Jangan bilang kau mendapatkannya dari menang lotre.. karena takut dicurigai, makanya kau membelikan uang itu pakaian mahal! Iya kan?” tuding Handika
“It.. itu..” Felix tiba-tiba jadi gugup begini... apa tidak ada skill berbohong di sistem? Kalau ada Felix ingin menggunakannya.
“Melihat reaksi Felix, sepertinya kamu bener Han” sahut Jini
“Serius? Kau mendapatkan lotre? Seberapa banyak?” cerca Handika
“Rahasia” jawab Felix singkat
Handika berdecak kesal “Hah, ya sudah.. sepertinya kau memiliki banyak rahasia ya.. tapi aku akan membantu sebisaku”
“Tunggu dulu Han! Apa kita harus mengabaikan fakta bahwa Felix baru menang lotre? Maksudku itu membutuhkan keberuntungan besar kan? Atau kemampuan judi yang tinggi” kata Jini
“Kata pak Haji judi itu dilarang keras, gak mungkin Felix punya skill judi!!” bantah Handika
“Tap –” Jini
“Aku sebenarnya cukup berutung” Felix memotong ucapan Jini “kadang aku saja tidak percaya dengan keberuntunganku” tambahnya.
Lalu Handika mendekati Felix dan merangkul bahunya “bro, kapan beli lotre lagi? Ajak-ajak dong” bisiknya kemudian pada Felix.
“Gak ada lotre-lotrean lagi!! Sekarang kita pilih baju aja” setelah itu Jini menyeret mereka berdua untuk memilih baju.
Menggunakan fashion sensenya, Felix mulai memilih-milih berbagai pakaian yang menurutnya sesuai dengan seleranya.
Pelayan yang membantu Felix tidak henti-hentinya berdecak kagum melihat semua pilihan Felix.
“Tunggu dulu tuan” saat Felix memilih satu jaket yang menurutnya bagus, pelayan yang menemaninya buru-buru menghentikannya “bukannya saya meremehkan tuan, tapi.. apa tidak seharusnya dilihat dulu harganya?”
Mendengar itu, Felix menurutinya dan melihat price tag yang tergantung disana, lalu Felix kembali menatap pelayan itu dan tersenyum “harganya baik-baik saja kok.. ini dibawa juga ya”
Pelayan itu melongo melihat Felix memberikan jaket berharga tiga jutaan itu padanya.
Sementara Felix yang masih bersemangat
memilih celana untuk ia beli merasa jika dia akan mengeluarkan banyak uang kali ini, lebih dari lima juta sepertinya.
Tapi itu tidak masalah sama sekali.
“Felix kamu udah milihnya – WOE banyak banget Lix! Mau borong seisi toko??” Handika yang baru datang langsung berisik melihat semua pilihan Felix.
“Han! Aku milih dua hoodie kembar buat kita, bagus gak?” Felix yang tidak terpengaruh ucapan Handika barusan malah memperlihatkan dua hoodie yang satu merah, yang satu biru.
Melihat harga yang tertera disana Handika melongo sama seperti pelayan tadi “Ini hoodie model apaan harganya jutaan gini?? Beli di pasar tanah merah aja deh Lix, paling mahal cuma ratusan ribu”
Felix berdecak kesal mendengar reaksi Handika “Ya udah kalo gak mau aku kasih Danny aja”
“Jangan!! Iya iya.. kasih aku aja, dia udah banyak duitnya beli yang kayak gini udah kayak beli micin buat dia, mending buat aku lah”
Felix tersenyum puas “Gitu dong!”
.
.
Yg udah di kuadai 3: Indo, Engkish & Japan
Dari kemarin kemarin si MC ingkar janji Mulu padahal dia udah bilang bakalan berubah.
Apanya berubah?