Warring!!! 21+++
Ajeng Maisya adalah seorang gadis yatim piatu yang diusir oleh ibu tirinya dari rumahnya sendiri.
Dia harus berjuang keras untuk menyambung hidup. Hingga kejadian naas itu pun terjadi. kesuciannya harus direnggut secara paksa oleh CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Dia pun pergi menjauh untuk melupakan kejadian naas itu. tanpa disadarinya dirinya telah mengandung anak dari CEO tersebut.
Ajeng sangat menyayangi putranya, dan dia tidak ingin CEO itu tahu. Putranya sangat tampan sejak lahir. Dan dia memiliki kecerdasan diatas rata-rata untuk usianya yang 3 tahun.
Namanya Mr.Zero, Dia adalah hacker handal dan pencipta alat-alat canggih yang sering digunakan oleh agen rahasia. Alat ciptaannya sudah mendunia.Sehingga pundi-pundi uang terus mengalir. Siapakah Dia?
Ikuti terus ceritanya gengks...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rima Andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PAMZ 16
Dua hari berlalu, Jonathan semakin bersikap lembut kepada Ajeng. Dan itu membuat perasaan cinta Ajeng semakin besar. Namun dirinya juga tidak ingin menjadi orang ketiga dalam hubungan Jonathan dan Hany.
Sementara itu, beberapa hari terakhir Hany juga belum kembali ke mansion Jonathan lagi.Dan itu membuat Jonathan menggeram kesal. Jonathan ingin penjelasan Hany soal yang terjadi kepada Ajeng beberapa hari lalu, namun sampai sekarang ponsel Hany tak dapat dihubungi.
"Vin, cari tahu dimana keberadaan Hany saat ini, dia harus menjelaskan sesuatu padaku!," titah Jonathan.
"Baik Tuan," ucap Vino sedikit membungkuk kemudian undur diri.
Di mansion Jonathan, saat ini Ajeng sedang asyik membuat cake untuk Jonathan. Ajeng berpikir akan mengantarkan cake itu ke kantor Jonathan.
Dengan riangnya Ajeng memoles hiasan cake tersebut. "Na...Na...Na...," Ajeng terus saja bersenandung sepanjang pagi.
"Sepertinya senang sekali Je,Apa ada yang membuatmu senang?," Tanya Alice yang sejak tadi memperhatikan Ajeng.
"Hari ini aku akan mengantarkan cake kesukaan Jonathan Al, dan aku sangat senang sekali," ucap Ajeng girang.
Alice mengerutkan keningnya. "Apa kau menjalin hubungan dengan Tuan Jonathan Je?"
Seketika Ajeng menatap wajah Alice. Ajeng lupa kalau Alice tidak mengetahui hubungannya dengan Jonathan.Sepersekian detik ekspresi Ajeng menjadi sendu mengingat hubungannya dengan Jonathan tidak ada ikatan apapun kecuali dirinya hanyalah seorang yang mengandung putra Jonathan Prawira Nugraha. Walaupun Jonathan mengungkapkan kata cinta pada Ajeng, Jonathan tetap akan menikah dengan wanita lain.
"Je," ulang Alice karena Ajeng tidak merespon pertanyaan darinya dan malah melamun.
"Ah,ya kenapa Al?," Ajeng pun tersadar karena Alice tiba-tiba sudah berada di sampingnya dan menepuknya.
"Hais..kau malah melamun. Tadi aku tanya, apa kau punya hubungan dengan Tuan Jonathan, kenapa kau hanya memanggil namanya saja?"
Ajeng menunduk, "Kami memang memiliki hubungan Al, apa aku salah kalau aku berharap lebih padanya," lirih Ajeng.
"Je,aku tahu kalau kalian dulu pernah melakukan kesalahan dan menghasilkan Ars karenanya. Tapi saat ini status Tuan Jonathan adalah tunangan Nona Hany, dan publik mengetahui hal itu. Walaupun aku lebih setuju kalau kamu yang menjadi pasangan Tuan Jonathan. Tapi Je, aku hanya tidak ingin melihatmu terluka suatu saat nanti apabila ada orang yang mengetahui hubungan kalian," ucap Alice seraya menasihati Ajeng.
"Kau benar Al, tapi aku tidak bisa menghentikan perasaan cinta ini padanya. Dan semakin hari perasaan ini semakin terpatri di dalam sini," ucap Ajeng dengan menunjuk dadanya.
"Aku hanya bisa mendoakanmu Je, semoga kamu dan Tuan Jonathan bisa bersama," ucap Alice tulus.
"Terima kasih Al, aku akan pergi jika aku sudah lelah Al," ucap Ajeng tersenyum,dan dibalas senyuman oleh Alice.
"Yasudah, sini aku bantu menghias cake nya."
Ajeng mengangguk dan mereka menyelesaikan polesan terakhir, dan terciptalah cake keju yang sangat indah.
Ajeng menaruh cake tersebut kedalam kulkas. Kemudian Ajeng juga membuat beberapa masakan yang akan dia bawa nanti.
"Bagaimana Vin,apakah keberadaan Hany sudah terlacak?," tanya Jonathan.
"Maaf Tuan, saya belum dapat menemukan keberadaan Nona Hany saat ini."
"Sial!," Jonathan menggebrak meja.
Tiba-tiba pintu ruangan Jonathan terbuka.
Bruak.... Jonathan dan Vino menoleh ke arah pintu.
"Sayang aku merindukanmu...," pekik Hany,dia berlari kecil merentangkan kedua tangannya bermaksud memeluk Jonathan.
Jonathan tidak menghindar, tapi dia melengos saat Hany hendak menciumnya.
Hany menggeram kesal karena Jonathan menghindari ciumannya. "Sayang, apa kau tidak merindukanku?, aku hanya ingin menciumu."
Vino yang berada diantara Tuan dan tunangannya itu pun merasa canggung akhirnya dia memutuskan untuk keluar dari ruangan Jonathan.
"Maaf Tuan, Nona, saya permisi," Vino sedikit membungkuk dan segera keluar.
Sekarang tinggalah Jonathan dan Hany disana.
"Dari mana kau tiga hari terakhir ini?," tanya Jonathan dingin.
"Apa kau merindukanku sayang?, aku dari rumah Papa," ucapnya girang, Hany pikir Jonathan merindukan dirinya.
"Aku ingin bertanya sesuatu padamu dan kau harus menjawabnya jujur!."
"Apa, katakanlah."
"Apa kau memberi Ajeng obat perangsang dan menyuruh pria hidung belang untuk menidurinya?,dan kau juga membius Alice?!," sentak Jonathan.
Hany gelagapan mendapat pertanyaan dari Jonathan. Dia fikir rencananya beberapa hari lalu berjalan sempurna. Tapi ternyata Jonathan mengetahuinya.
"Sa...sayang, aku...aku.."
"Jawab.....!," bentaknya.
Hany menangis mengeluarkan air mata buayanya. Dia tahu kelemahan Jonathan tidak akan tega melihat wanita menangis.
"Aku tahu kau memiliki hubungan dengan perempuan kampung itu!. Kau tahu aku sangat mencintaimu. Dan kita akan segera menikah, apa pantas bila kau berbuat seperti itu. Aku tunanganmu kalau kau lupa,kalau tidak aku akan meminta Papa untuk membatalkan pertunangan kita, dan kau bisa terus bersama perempuan kampung itu!," ucapnya terisak.
"Sial!," umpat Jonathan. Kalau bukan karena tujuannya, Jonathan tidak akan mau mau menikahi Hany. Dia harus meneruskan tujuannya agar tercapai. Dan itu harus memperlakukan Hany dengan baik.
Jonathan mendekati Hany, tangannya terulur menarik Hany kedalam pelukannya.
Hany merasa senang Jonathan memeluknya. Hany mendongakkan wajahnya, lantas dia langsung mencium bibir Jonathan. Mau tidak mau Jonathan harus membalas ciumannya, agar Hany berhenti merengek padanya.
Tanpa diduga Ajeng melihat semuanya melewati celah pintu yang tidak tertutup sempurna.
Ajeng membekap mulutnya menahan tangisnya. Hatinya hancur melihat semuanya, dadanya bergemuruh menahan sakit bak ribuan belati yang menghujam jantungnya. Harapannya sirna, harapan yang membuatnya bertahan bersama Jonathan.
Ajeng perlahan memundurkan tubuhnya dan segera pergi dari kantor Jonathan. Dia tidak ingin melihat adegan-adegan lainnya yang dilakukan Jonathan dan Hany. Ajeng pun membawa kembali makan siang dan cake buatannya untuk Jonathan.
Ajeng berlari menuju parkiran dengan air mata yang berlinang. Dia tidak menghiraukan perkataan orang lain yang melihatnya. Ajeng berhenti saat melihat anak kecil terlihat lusuh dan menangis di dekat parkiran kantor. Ajeng segera menghapus air matanya dan berjalan menghampiri anak kecil yang menangis itu.
"Hay nak, apa yang kau lakukan disini, dimana orang tuamu?," tanya Ajeng.
Anak kecil itu mendongak menatap Ajeng, tangisannya pun berhenti, namun masih terdengar isaknya. "Rio lapar Tante, dari kemarin Rio belum makan. Kakak menyuruhku menunggu disini, dia bilang akan mencari makanan untuk Rio Tante, tapi Kakak belum kembali dari tadi. Perut Rio sakit Tante, Rio lapar," tutur anak kecil yang masih seumur dengan Ars.
Ajeng terenyuh melihat seorang anak kecil yang kelaparan itu, kemudian Ajeng mengajaknya ke tempat duduk di sekitar parkiran.
Tapi tiba-tiba ada seorang anak laki-laki yang usianya kira kira tujuh tahun berteriak memanggil manggil nama Rio. Dia terlihat kebingungan mencari sang adik.
Rio yang hendak duduk pun berlari kembali ke tempatnya tadi. Ajeng kembali mengikuti Rio,dia melihat seorang anak yang lebih tinggi dari Rio sedang memeluk Rio sambil terisak.
"Maafkan kakak dek, kakak tidak bisa membawa makanan untukmu, kita puasa lagi hari ini dek," ucapnya terus terisak sambil memeluk sang adik.
Tanpa terasa Ajeng menitihkan air matanya. Bukan karena Jonathan,tapi karena terenyuh melihat seorang anak yang sedang kelaparan.Sedangkan dirinya setiap hari menyantap makanan yang enak.
Ajeng merasa dirinya lebih beruntung dengan begitu banyak masalah dan cobaan yang menderanya selama ini. Disana dia melihat dua orang anak kecil yang sedang berjuang untuk hidup.
Ajeng menghampiri kedua anak tersebut. "Rio, apa ini kakakmu?," tunjuk Ajeng pada anak yang memeluk Rio.
Seketika anak yang lebih tinggi dari Rio pun melepaskan pelukannya dan menatap Ajeng. Kemudian dengan siaga dia menyembunyikan Rio dibelakangnya.
"Tante siapa?!," ucapnya dengan sorot mata tajam.
"Kenalkan, nama Tante Ajeng," ucap Ajeng lantas mengulurkan tangannya.
Anak itu menatap Ajeng dengan pandangan yang sulit untuk diartikan.
Ajeng tahu anak kecil itu sedang waspada kepadanya, entah apa yang dilalui anak-anak sekecil mereka, hanya mereka dan Tuhan yang tahu.
Ajeng tersenyum dan berjongkok di depan anak itu. "Kau jangan takut, Tante bukan orang jahat. Tante tahu kalian sedang kelaparan, ayo sini ikut Tante, Tante Ajeng mau ngajak kalian makan," ucap Ajeng, namun anak itu masih ragu.
"Jangan takut, Tante tadi sedang masak banyak untuk seseorang, tapi ternyata dia sudah makan. Daripada makanan ini terbuang, bagaimana kalau kita makan bersama," ajak Ajeng.
Rio seketika mendekati Ajeng. "Mau Tante, Rio sangat lapar," ucap Rio senang.
"Tapi Rio, kita tidak boleh menerima ajakan orang yang tidak kita kenal," sanggah kakak Rio.
"Tapi kak perut Rio sakit, Rio sudah sangat lapar kak," Rio hampir menangis.
"Tapi..."
"Sudahlah ayo kita makan bersama," Ajeng langsung menggendong Rio ke kursi tadi. Sedangkan kakak Rio dengan ragu mengikuti langkah Ajeng.