Putraku Adalah Mr. Zero
Seorang gadis menangis tersedu-sedu di depan makam orang tuanya. Dia meratapi nasibnya saat ini.
"Ibu aku merindukanmu hiks....hiks...".
Gadis itu kemudian menyentuh nisan di samping makam ibunya.
" Ayah, kenapa ayah juga meninggalkan ku, ayah tahu?, ibu Rina berubah sejak ayah pergi hiks....hiks...".
Gadis yang sedang menangis di depan nisan orang tuanya itu bernama Ajeng Maisya. Dia adalah gadis yatim piatu yang bekerja keras demi menyambung hidupnya sendiri.
Sebelumnya, kehidupannya sangat bahagia dengan keluarganya yang lengkap. Meskipun dari keluarga sederhana, Ajeng sangat bahagia.
Ibunya orang yang lemah lembut. Sedangkan ayahnya adalah seorang yang sangat ramah dan sangat menyayanginya,namanya adalah pak Budi.
Hingga pada suatu hari, ketika umurnya 11 tahun ibunya harus meninggalkannya untuk selamanya, karena suatu penyakit yang dideritanya. Dia sangat terpukul dengan kepergian ibunya ,sehingga menjadikannya seorang yang pendiam.
Ketika umurnya 15 tahun, ayahnya menikah lagi dengan wanita yang bernama Rani. Ajeng senang sekali karena Rani baik dan sangat menyayanginya. Rani dan Budi pun di karuniai seorang anak laki-laki yang bernama Viko.
Ajeng sangat menyayangi adiknya, begitupun Viko. Hingga suatu ketika Pak Budi mengalami kecelakaan di tempat kerjanya dan menewaskannya.
Ajeng dan keluarganya sangat terpukul mendapat kenyataan itu. Bu Rani pun sikapnya mulai berubah drastis. Dari dirinya yang bersikap baik kepada Ajeng, kini berubah menjadi kasar dan suka memukul Ajeng setiap kali Ajeng melakukan sedikit kesalahan.
Bu Rani juga tidak pernah memberikan uang jajan kepada Ajeng. Bahkan biaya sekolah Ajeng pun tidak dibayar olehnya.
Sehingga Ajeng harus menghidupi dirinya sendiri dengan bekerja di perusahaan milik keluarga Nugraha sebagai OG. Ajeng mengambil Sif sore hingga malam, jadi dirinya masih bisa bersekolah.
Hingga kini usianya 21 tahun, Ajeng membiayai kuliahnya sendiri. Walaupun demikian Bu Rani masih tetap bersikap buruk kepadanya.
Viko seringkali menangis melihat kakaknya yang selalu di siksa oleh ibunya. Kini usia Viko beranjak 4 tahun.
Seperti saat ini, Ajeng sedang membersihkan rumahnya saat hari liburnya. Tanpa sengaja Ajeng menyenggol gelas hingga terjatuh dan pecah. Hanya gelas yang jatuh saja membuat Bu Rani naik pitam.
"Dasar anak kurang ajar, kau sudah ku izinkan tinggal di rumah ini, sekarang mau menghabiskan barang-barang di rumah ini!!," Ucap Bu Rani seraya memukuli Ajeng.
" Ampun Bu..., aku tidak sengaja, ampun Bu... Hiks ..hiks..."
" Ampun kamu bilang?!!, kau sudah menghancurkan barang-barang di rumah ini, kau mau membuatku miskin ha..!." Bentak Bu Rani sehingga membuat Ajeng begitu ketakutan.
Viko yang melihat kakaknya disiksa ibunya pun langsung berlari menghalangi ibunya agar berhenti memukuli kakaknya.
"Jangan pukul kakak lagi Bu, Jangan pukul," rengek Viko sembari berusaha menutupi tubuh sang kakak.
" Viko masuk ke kamarmu!!." Bentak sang ibu.
" Tidak, Viko tidak mau ibu memukuli kakak lagi!!," ucap Viko membela sang kakak.
" Ibu bilang masuk!!," bentak Rani kembali.
" Viko sayang turuti kata ibu sayang, Jangan membantah ibu, kakak tidak apa-apa," ucap Ajeng berusaha kuat menutupi rasa sakitnya.
" Tapi kak.."
" Viko masuk!." Ucap Bu Rani kembali
Akhirnya Viko pun mau tidak mau masuk ke kamarnya sambil menangisi Ajeng. Ia tidak ingin ibunya terus menyiksa sang kakak.
Setelah Viko masuk ke dalam kamarnya, Rani pun menatap Ajeng dengan nanar. Ada rasa takut yang terlihat dari sorot matanya.
"Ayo kamu pergi dari rumah ini, aku sudah muak melihatmu!!". Ucap Rani menarik Ajeng dan menggiringnya keluar rumah.
" Bu, jangan usir Ajeng Bu, Ajeng mau tinggal di mana nanti? ,hiks...hiks..," ucap Ajeng menghiba.
"Terserah!!, saya tidak mau tahu saya lelah terus berpura-pura baik terhadapmu!." Rani menutup pintu dengan keras dan menguncinya.
Ajeng yang menangis, terus saja mengetuk pintu itu berharap Rani membukukan pintu itu.
Cklek.. Pintu terbuka.
" Ibu, Ajeng tahu ibu tidak sungguh-sungguh kan mengusir Ajeng?, maafkan Ajeng Bu," ucap Ajeng yang mengira Rani akan menyuruhnya masuk.
Namun dugaannya salah, Rani malah melempar sebuah tas ke hadapan Ajeng.
Bruuk...
Sebuah tas beserta isinya jatuh di hadapan Ajeng. "Bahwa barang-barang mu yang tidak berguna ini, ingat jangan pernah kembali lagi!," Bentak Rani dan kembali mengunci pintu rumah itu.
" Ibu buka pintunya Bu, Ajeng mohon maafkan Ajeng!. Ajeng harus tinggal di mana Bu?." Ajeng terus menggedor pintu tersebut berharap Rani akan menyuruhnya masuk. Dengan derai air mata tubuh Ajeng mulai merosot di depan pintu tersebut.
Setengah jam Ajeng menggedor pintu rumahnya, tapi Rani dengan tega tak membiarkan Ajeng masuk. Akhirnya dengan berat hati, Ajeng melangkahkan kakinya pergi meninggalkan rumah itu. Rumah dengan berbagai kenangannya bersama keluarganya waktu kecil.
Ajeng terus saja mengusap air matanya yang tak dapat Ia bendung.
"Aku harus kemana?, Ayah, Ibu, Ajeng rindu kalian," ucapnya masih dengan Isak tangisnya.
Ajeng menatap langit sambil memejamkan mata. Air mata pun deras mengalir di pipinya. Hatinya sakit dengan perlakuan ibu tirinya.
Dan akhirnya pun saat ini Ajeng berada di makam kedua orangtuanya. Meratapi bagaimana nasibnya kedepannya.
Setelah sedikit tenang, Ajeng merogoh kantung tasnya berharap dompet dan ponselnya masih disana.
" Syukurlah, masih ada," ucap Ajeng seraya mengambil ponselnya dan menghubungi temannya bekerja.
Tuuuut...
panggilan tersambung.
" Halo Nani, apa kamu sibuk saat ini? ".
"................."
"Bolehkah aku menginap di kos mu malam ini?."
"......................"
"Iya tapi aku tidak bisa bercerita lewat telpon".
"...................."
"Baiklah aku akan kesana, terimakasih sudah mengizinkan ku untuk menginap di tempat mu, kau memang teman terbaik," ucap Ajeng merasa lega. Setidaknya malam ini ia tidak terlantar di jalanan. Ajeng mengakhiri panggilannya. Dia bergegas ke kosan Nani temannya.
" Terimakasih sudah menerimaku disini Na," ucap Ajeng kembali menangis setelah menceritakan semuanya.
Nani yang mendengar cerita Ajeng pun memeluk Ajeng agar temannya ini tenang.
"Jangan sedih Je , kau harus kuat, tinggallah di sini. Aku senang karena ada teman untuk ngobrol, jangan bersedih lagi," ucap Nani menepuk-nepuk punggung temannya.
" Terimakasih Na sudah mau menerimaku, aku berjanji akan membantu membayar kosan mu ini tiap bulannya," ucap Ajeng melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya.
" Sudahlah jangan pikirkan itu, yasudah kita siap-siap bekerja. Kan sebentar lagi sudah mau masuk sift kerja kita," ucap Nani mengingatkan.
Ajeng menganggukkan kepalanya. Kini dia harus berjuang keras mulai dari nol. Berharap masa depannya akan menjadi cerah.
Setelah mereka sampai di tempat kerjanya. Ajeng dan Nani melakukan pekerjaan bagiannya masing-masing.
Ajeng sangat telaten dalam bekerja. Apa lagi dalam memasak. Bahkan Ajeng pandai membuat kopi yang sangat enak. Sehingga CEO di perusahaan ini pun sering kali memesan kopi buatan Ajeng.
Seperti hari ini, Tuan Jonathan CEO di perusahaan ini ingin Ajeng membuat kopi untuknya dan mengantarkannya sendiri ke ruangannya. Karena selama ini Ajeng hanya membuatkan kopinya saja. Sedangkan yang mengantarnya OB lain.
Ajeng sedikit gugup mengantar kopi ke ruangan CEO. Karena baru kali ini dia akan berjumpa dengan CEO di perusahaan ini.
" Permisi Tuan, saya mau mengantarkan kopi pesanan Tuan Jonathan," ucap Ajeng pada asisten CEO yang berada di samping pintu masuk ruangan CEO.
Vino mendongakkan kepalanya. "Silahkan nona, masuklah tuan Jonathan sudah menunggu Anda," Ucap Vino datar.
"Baik tuan," Ajeng pun masuk kedalam ruangan CEO. Dia bergidik ngeri dengan asisten Vino.
"Asistennya saja seperti itu apalagi Tuan Jonathan nanti, dan semua desas-desus itu?." Ajeng berucap dalam hati. Namun ia segera melangkah memasuki ruangan tersebut.
"Permisi tuan, ini kopi pesanan Anda," ucapnya sambil menunduk.
Tapi tidak ada sahutan di sana. Ajeng mengangkat kepalanya mengarahkan pandangannya ke arah meja CEO. Tapi Tuan Jonathan tidak ada di sana.
Ajeng pun menaruh kopinya di atas meja dan ingin keluar dari ruangan tersebut.
Saat hendak membuka pintu ruangan tersebut untuk keluar, tiba-tiba ada yang menariknya dan langsung mengukungnya bahkan menghimpitnya ke tembok.
Orang itu mencium bibir Ajeng brutal. Tenaganya sangat kuat. Ajeng meronta berharap pria itu melepaskannya. Tapi sekuat apapun dirinya berontak, tenaganya kalah jauh dengan pria itu.
" Emmmt...lepaskan!, apa yang kau lakukan.. Lepaskan aku..!," ucap Ajeng meronta berusaha melepaskan diri.
"Diamlah! aku membutuhkan mu saat ini!," ucap pria itu menatap tajam Ajeng. Jaraknya sangat dekat.
Ajeng menatap matanya tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. " Tuan Jonathan," ucapnya terkejut.
"Tidak!, Tuan kumohon lepaskan aku," ucap Ajeng meronta dan menghiba, berharap CEO itu melepaskannya.
" Kau harus membantuku!," ucapnya kembali. Pandangannya berkabut saat melihat Ajeng.
Kemudian dia mengangkat tubuh Ajeng kedalam ruangan khusus istirahatnya yang ada di ruangan itu.
Ajeng terus meronta, tapi tetap saja tidak berhasil lepas.
Jonathan merobek seluruh pakaian yang dikenakan Ajeng hingga tubuhnya polos saat ini. Dia pun membuka seluruh pakaiannya. Hingga kini tubuh keduanya sama-sama polos.
Ajeng terus berontak, air matanya terus mengalir. Tapi tak membuat Jonathan melepaskan dirinya.
Jonathan dikendalikan obat yang membuatnya hilang kesadaran dan kendali.
Akhirnya sore itu, Jonathan berhasil merenggut kesucian Ajeng tanpa perduli yang dirasakan Ajeng saat itu, tanpa perduli teriakan Ajeng saat itu.
***
Bab review genks, othor akan mereview ulang beberapa bab. Karena othor tidak pernah membaca karya othor sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
sherly
OMG bab awal dah buat nyesek...
2024-08-12
0
Nur Dafa
😘😍🥰🤭♥️
2024-02-06
1
susi 2020
😍😍😲🥰🥰
2023-02-15
2