Judul novel : "MY STUDENT IS MY STUPID WIFE
Ini kisah tentang NANA DARYANANI, seorang mahasiswi cantik yang selalu mendapat bullying karna tidak pandai dalam pelajaran apapun. Nana sudah lama diam-diam naksir dosen tampan di kampusnya, sampai suatu hari Nana ketahuan suka sama dosennya sendiri yang membuat geger seisi kampus.
Bagaimana dengan Sang Dosen, apakah dia juga akan menyukai Nana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gabby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SEMAKIN DEKAT
Selesai mandi Hessel melaksanakan shalat isya yang tertunda gara-gara dia menemani Laras ke night club.
"Ya Allah, bukakanlah pintu hati hamba agar hamba bisa ikhlas menerima Nana sebagai istri hamba." ucap Hessel selesai shalat.
"Ya Allah, lindungilah rumah tangga hamba, meski sekarang hamba belum bisa menerima Nana dengan tulus, tapi hamba tidak ingin merusak pernikahan kami, jagalah ke utuhan pernikahan kami Ya Allah."
Nana ternyata mendengar semua rintihan hati Hessel yang sedang berdoa di atas sajadah itu.
Nana tersenyum, Hessel mau berusaha mencintainya dan itu membuat Nana semakin yakin untuk bertahan dalam pernikahan mereka.
"Ah... Nana..." Hessel sedikit kaget saat mengetahui Nana sudah ada di kamar dan berdiri tepat dibelakangnya.
"Kemarilah." pinta Hessel, Nana pun duduk di dekat Hessel.
"Maaf, aku mendengar semua yang kamu katakan." Nana mengakui, Hessel meraih tangannya dan mencium kening Nana.
"Nana, kamu jangan takut, aku tidak akan marah, mulai sekarang tidak ada rahasia lagi di antara kita." ujar Hessel sambil mengusap lembut wajah Nana.
Nana mengangguk, Hessel terus meminta maaf padanya.
"Maafkan aku ya Na, atas kejadian tadi aku meninggalkan kamu di kampus sendirian dan membuat menunggu selarut ini." sesal Hessel.
"Aku sudah memaafkan kamu Hes, bahkan jauh sebelum kamu meminta maaf."
"Nana, jika kehadiran Laras membuatmu merasa terganggu maka aku siap melepas jabatanku sebagai dosen."
"Jangan Hes, itu tidak perlu. Tetaplah menjadi dosen karna itu cita-citamu bukan?"
"Tapi Na, aku tidak bisa melihat Laras menghinamu."
"Aku baik-baik saja Hes, aku bisa saja melawan Laras tapi dia itu dosenku juga karna itu aku tidak berani melawannya, tapi jika dia mencoba merebutmu dariku maka aku tidak akan tinggal diam." ucap Nana, membuat Hessel senang.
"Kamu yakin tidak akan membiarkan Laras merebut aku darimu?"
"Tentu saja, aku Nana gadis yang kuat dan tidak mudah putus asa untuk mendapatkan apa yang aku mau."
"Semangatmu itu bisa-bisa meluluhkan hatiku suatu saat nanti." batin Hessel terus menatap Nana dengan hangat, Nana membalasnya dengan hangat juga.
"Emmm... ayo kita makan pak." ucap Nana menarik tangan Hessel, Hessel malah menariknya balik membuat Nana jatuh dalam pelukkannya.
"Jangan memanggiku pak saat di rumah, aku tidak setua itu." bisik Hessel ketelinga Nana.
"Maaf, bibir ini sudah terbiasa mengucapkannya." Nana terkekeh.
"Apa perlu aku membuat bibirmu itu berhenti memanggilku pak dan hanya memalinggilku Hessel?" goda Hessel menatap wajah Nana, pipi Nana memerah karna malu.
"Haha... wajahmu itu sangat lucu Na saat malu." Hessel tertawa geli melihat Nana salah tingkah.
"Ayo makan, lapar..." Ucap Nana memegang perutnya.
"Ini mau makan." Hessel menghentukkan keningnya ke kening Nana.
"Bolehkan?" goda Hessel sambil memicingkan sebelah matanya.
"Tidak boleh." ketus Nana memalingkan wajah.
"Jika tidak boleh, kenapa kamu masih duduk dipangkuanku dan menikmati pelukkan ini?"
Seketika Nana langsung bangkit dengan wajah yang memerah, dia tersenyum manis.
Hessel juga bangkit mengajak Nana duduk di sofa yang ada disudut kamarnya, di situ juga sudah tersedia makanan yang tadi Nana bawa.
"Maafkan suamimu ini setiap hari kerjanya hanya menyakiti perasaanmu." ucap Hessel, Nana hanya termenung menatap wajah pria yang berada di depannya itu.
"Aaa... buka mulutmu Na..." Hessel ingin menyuapi Nana dengan tangannya sendiri tanpa menggunakan sendok.
"Jangan Hes, aku bisa makan sendiri." Nana menolak.
"Ya sudah, tapi anggap saja satu suapan ini sebagai tanda bahwa kamu sudah memaafkanku."
"Baiklah, aku tidak bisa menolaknya."
Nana pun membuka mulutnya dan Hessel berhasil menyuapinya.
"Bagaimana, enakkan Na makan di suapin langsung?"
"Emmm... Enak, enak, kok..." Nana malu-malu.
"Nana, aku suka loh saat kamu malu-malu seperti ini." ujar Hessel.
"Kenapa emangnya?"
"Aku tidak tau, tapi tingkahmu itu sangat istimewa di mataku, banyak gadis-gadis di luar sana yang sudah seperti kehilangan rasa malu."
"Tidak baik seperti itu Hes, kamu hanya melihat mereka sekilas bagaimana kamy bisa tau kebiasaan mereka, belum tentukan mereka tidak punya rasa malu?"
"Hmmm, iya benar, tapi aku rasa aku tidak perlu tau urusan mereka."
"Iya itu lebih baik." Nana tersenyum.
"Hes, aku ke kamar mandi sebentar ya."
"Mau ngapain Na, kita belum selesai makan loh?"
"Biasa." Nana tersenyum.
"Ikut donk." goda Hessel.
"Ishhh... gak boleh..."
"Iya deh, nanti ada saatnya aku bisa ikut masuk."
"Haha... sabar ya Hes..." Nana menepuk pundak Hessel, lalu berlalu masuk ke kamar mandi.
"Nana, Nana, entah kenapa sejak kamu hadir dalam kehidupanku, aku merasa hidupku kembali berwarna, kamu mengubah duka dimataku menjadi senyuman di bibirku." batin Hessel senyum-senyum tidak jelas.
"Dan, jantung ini berdetak tidak karuan." ucap Hessel sambil mengelus dadanya, dia selalu terbayang wajah Nana.