Bunga Adelwis memiliki IQ di bawah rata rata , bandel , suka bolos , tentunya sering mendapat hukuman dari guru , terutama guru tampan dan galak pujaan hati siswi seantero sekolah .
Karna surat wasiat dari mendiang kakek Bunga . Ia pun harus menikah dengan seorang pria , yang ternyata guru paling galak disekolahnya ,cucu dari sepupu kakek Bunga . Dan bisa di bilang , Guru galak calon suaminya itu adalah sepupu jauhnya .
"Mama ! Bunga gak mau menikah sekarang ! titik ! , apa lagi dengan Guru galak itu , Bunga gak suka Ma !" bantah Bunga .
"Mama juga inginnya seperti itu sayang !, Tapi ini sudah wasiat mendiang Kakekmu !"
"Kenapa harus sekarang Ma !, apa gak bisa setidaknya Bunga lulus SMA dulu !" tawar Bunga .
"Apa kamu tega menolak permintaan Nenek Marni yang lagi sakit ?. Dia sangat ingin melihat cucu satu satunya menikah !" tanya Ibunya Bunga .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha cute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Bunga memutar pandanganya keseluruh ruangan tamu . Sunyi tidak ada orang terlihat satu pun . Pada kemana orang semua ? batin Bunga .
Mendengar ada suara suara dari arah belakang , Bunga berpikir itu mungkin pembantu di rumah Arya suaminya . Bunga pun melangkahkan kakinya ke arah sumber suara itu .
"Permisi !" sapa bunga kepada wanita paru baya yang di dapatinya di dapur .
Wanita paru baya itu pun memutar tubuhnya ke arah pintu dapur , kemudian mengembangkan senyumnya .
"Nak Bunga 'kan ?"
"Iya Bu !" jawab Bunga .
Wanita paru baya itu pun meletakkan piso di tangannya , menghentikan pekerjaannya menyiapkan makan malam untuk majikannya . Setelah mencuci tangannya ia pun berjalan mendekati Bungan .
"Ayo Ibu antar ke kamarmu !" ajaknya kepada Bunga .
Bunga mengernyitkan keningnya mengikuti langkah wanita paru baya itu . Sejak kapan ia memiliki kamar di rumah yang baru pertama kali ia datangi ?, pikir Bunga .
"Namaku Bu Saripa , panggil aja Bu Ipa !" ucap Bu Ipa kepada Bunga . Membuka pintu kamar yang sudah disiapkan untuk Bunga , jika sewaktu waktu ia datang kerumah Arya .
"Nak Arya yang menyuruh menyiapkan kamar ini untuk nak Bunga !." Bu Ipa memberitahu Bunga , padahal Bunga tidak bertanya ." Di lemari itu juga sudah di siapkan baju baju untum nak Bunga !" ucapnya lagi .
Semaki membuat Bunga bingung , bukankah dia setelah menikah dengan Arya mereka akan tinggal terpisah sampai ia lulus SMA ?. Ini kenapa ada kamarnya di rumah Arya ?, dan kenapa Arya menyiapkan baju baju untuknya ? .
"Trimakasih Bu !" ucap Bunga , memaksakan senyumnya .
"Kalau begitu Ibu pergi dulu , kalau ada apa apa panggil Ibu aja . Ibu mau lanjut pekerjaan Ibu di dapur " pamit Bu Ipa .
Bunga pun menganggukkan kepalanya sambil tersenyum ramah . Setelah Bu Ipa menghilang di balik pintu , senyum Bunga langsung menghilang berganti dengan kegeraman . Bunga mengeraskan rahangnya , menggemeletukkan giginya . Dengan napas berat , amarah yang sudah bergemuruh di dadanya , Bunga melangkahkan kakinya keluar kamar , Menaiki anak tangga dengan langkah cepat dan lebar .
Pas sekali , dilantai dua rumah Arya hanya ada satu kamar , Bunga langsung tau kalau itu kamar Arya . Bunga pun langsung mengetok daun pintu kamar Arya .
"Pak Arya..!" panggil Bunga sambil tangannya mengetok pintu .
Arya yang duduk di pinggir tempat tidur menghadap kaca jendela kamarnya pun , langsung mengalihka tatapannya ke arah pintu .
"Pak Arya ! aku ingin bicara !" sahut Bunga dari luar .
Arya menghela napasnya pelan , menghapus air matanya yang sempat mengalir dari pipinya . Lalu beranjak untuk membuka pintu untuk yang memanggil manggilnya dari luar .
"Ada apa ? , masuklah !" menyuruh Bunga masuk setelah membuka pintu .
Bunga pun melangkahkan kakinya masuk ke kamar Arya tanpa segan dan takut .
"Aku ingin kau menceraikanku sekarang juga !." Tanpa berperasaannya bunga tega menampar hati Arya yang lagi berduka kehilangan Neneknya dengan kalimat keramat yang menyakitkan .
Arya terdiam memandangi Bunga dengan tatapan yang tak bisa di artikan .
" Lagian aku setuju menikah karna tidak tega dengan Nenek Marni yang membujukku . Sekarang aku rasa alasan aku menikah denganmu sudah tidak ada . Aku ingin bebas tanpa ada yang namanya pernikahan ." ucap Bunga lagi .
"Aku tidak akan menceraikanmu sampai aku mati Bunga !" ucap Arya , berbicara dengan merapatkan giginya , sakit sedih bercampur amarah .
"Kenapa ?" Bunga menatap Arya dengan tatapan menantang ."Gak mungkin 'kan ! Pak Arya mencintai cewek kelek sepertiku ?" tanya Bunga bernada biasa .
Arya yang sempat terpancing emosi pun , jadi ingin tersenyum mendengar pengakuan Bunga . Mengakui dirinya jelek . tapi tidak sejelek yang dibayangkan pembaca . Bunga tidak jelek jelek amat ,hanya saja Bunga belum tau caranya merias diri .
"Kalau aku bilang , aku mencintaimu , bagaimana ?" tanya Arya , memicingkan matanya ke arah Bunga .
"Aku gak peduli , yang jelas aku gak mencintai Bapak !" jawab Bunga ." oh ya !, tadi aku kesini mau menayakan , kenapa di rumahmu ini di sediakan kamar khusus untukku dan juga baju baju . Bukankah setelah menikah aku akan tetap tinggal di rumahku ?" tanya Bunga , lupa ucapannya yang meminta di ceraikan Arya .
" Sebagai seorang istri kamu harus patuh kepada suami . kalau saya bilang kamu harus tinggal disini , kamu harus tinggal disini !" jawab Arya .
" Gak bisa !" bantah Bunga .
"Jadi maumu apa ?" tanya Arya .
"Aku akan tetap tinggal di rumah Papa sama Mama sampai aku lulus SMA" jawab Bunga dengan lancar.
Arya menahan senyumnya , gadis bodohnya itu benar benar bodoh dan polos ." Ada lagi ?"
"Gak ada !" jawab Bunga .
"Ya sudah sana kembali ke kamarmu ! , atau kamu mau tidur bersamaku disini ?." menatap Bunga dengan menyeringai lebar , membuat Bunga bergidik ngeri .
"Gak !" Bunga langsung berlari keluar dari kamar Arya dengan tergesa gesa , kembali ke kamar yang tadi .
Arya mengembangkan senyumnya , seketika kesedihannya teralihkan dengan kedatangan Bunga ke kamarnya , meski ia sempat sakit hati dan hampir marah dengan perkataan Bunga . Entah sejak kapan ia jatuh cinta dengan gadis bodoh dan selalu berperilaku unik itu ?, Arya tidak tau kapan .
Semenjak Bunga menginjakkan kakinya menjadi siswi di SMA HARAPAN . Saat itulah Arya melihat Bunga untuk pertama kalinya setelah Bunga remaja . Terakhir kali Arya melihat Bunga saat berkunjung ke rumah Kakek Samsul atau rumah yang di tempati keluarga Pak Fariq sekarang , saat itu Bunga masih berusia sembilan Tahun .Dan pada saat itu Arya baru lulus SMA , ia mendatangi Kakek Samsul untuk berpamitan melanjutkan studinya ke luar Negri .
Mengingat mendiang Kakek Samsul yang penah mengatakan perjodohan mereka . Semenjak itu juga Arya terus memperhatikan Bunga di sekolah . Lama kelamaan entah sejak kapan Arya tertarik dengan siswi bodoh dan bandelnya itu .
Arya memang terkesan galak di sekolah , itu semata mata supaya tidak ada siswi yang berani menggodanya .
Tengah malam Arya bangun dari tempat tidurnya , ia tidak bisa tidur . Ia belum terbiasa tanpa ada Neneknya di dalam rumah . Kenangan bersama Nenek Marni masih terus berputar di memorinya . Arya keluar dari kamarnya menuruni anak tangga ke lantai bawah . Ia ingin melihat Bunga yang tidur di kamar lantai bawah . Arya memutar knop pintu kamar Bunga perlahan lalu mendorong pintu yang ternyata tidak di kunci dari dalam .
"Dia sangat ceroboh !" gumam Arya .
Dilihatnya Bunga sudah tertidur pulas di atas ranjang dengan posisi kaki disandarkan ke kepala ranjang . Entah kenapa setiap melihat Bunga , Arya ingin selalu tersenyum . Kebodohan Bunga , kebandelan Bunga , ketengilan dan tingkah laku Bunga , menjadi hiburan tersendiri bagi Arya .
Arya melangkahkan kakinya mendekati Bunga di atas ranjang dengan bibir yang melengkung ke atas . Kemudian Arya memperbaiki posisi tidur Bunga dengan sangat hati hati supaya Bunga tidak terbangun . Arya pun mengambil handphon dari tangan Bunga , di lihatnya disana Bunga sudah memenangkan game onlinenya , kemudian meletakkannya di atas meja nakas .
Arya menarik selimut untuk menutupi tubuh Bunga sampai dada . Di pandanginya wajah yang terlelap itu , perlahan Arya mengulurkan satu tangannya merapikan rambut Bunga kebelakang . di elusnya pipi Bunga yang setiap harinya hanya di poles dengan bedak baby itu , halus dan lembut itu yang Arya rasakan . Pandangan Arya pun tertuju pada bibir ranum Bunga yang berwarna merah muda alami . Tidak tahan melihatnya , Arya pun menyentuh benda kenyal itu dengan jempol tangannya .
Arya menghela napasnya menahan sesuatu yang berdesir pada dirinya . Bagaiman pun Arya adalah laki laki normal , tentu jiwa kelelakiannya meronta melihat gadis yang di cintainya ada di depan mata . Tapi Arya sudah berjanji kepada Pak Fariq untuk tidak menggauli Bunga sebelum Bunga lulus SMA . Itu persyaratan yang diberikan Pak Fariq untuk mendapat ijin menghalalkan Bunga , gadis yang ia cintai .
Lagian Arya juga tidak ingin melakukan itu kepada Bunga , jika Bunga belum mencintainya . Sekarang yang menjadi PR Arya adalah , bagaimana caranya Bunga menerimanya dan mencintainya .
"Selamat tidur istriku !" Arya mencium kening Bunga .
.
.
.