Jika sebelumnya kisah tentang orang miskin tiba-tiba berubah menjadi kaya raya hanyalah dongeng semata buat Anna, kali ini tidak. Anna hidup bersama nenek nya di sebuah desa di pinggir kota kecil. Hidupnya yang tenang berubah drastis saat sebuah mobil mewah tiba-tiba muncul di halaman rumahnya. Rahasia masa lalu terbuka, membawa Anna pada dunia kekuasaan, warisan, dan cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichi Gusti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Serangan Bertubi
Sehari sebelumnya.
Zayyana memasuki ruang makan privat di sebuah hotel berbintang di pinggiran ibu kota. “Selamat malam, Om!” sapa wanita cantik itu kepada seorang pria paruh baya di seberang meja.
Pria itu meneguk minuman yang sudah dihidangkan, lalu membuka telapak tangannya mempersilakan Zayyana untuk duduk.
Zayyana tersenyum anggun lalu duduk di seberang pria itu. Beberapa tahun ini, ia sudah menikmati hidup enak di luar negeri berkat uang serta sponsor dari pria itu. Karir modelnya melejit, ia sudah dikenal luas oleh brand-brand ternama.
Namun, untuk mendapatkan semua itu, ia harus melepaskan William. Kekasih sekaligus kantong uang nya saat itu.
Pilihan yang sulit bagi Zayyana muda yang masih berumur sembilan belas tahun saat itu. Memilih cinta dengan risiko ia akan dimusuhi oleh Wijaya Group atau memilih pergi dengan uang yang sangat banyak dan sponsor eksklusif dari Wijaya Group.
Tentu saja Zayyana memilih pergi meninggalkan William. Pria yang saat itu sedang merintis karir menjadi salah seorang direktur operasional di Wijaya Group.
Sekarang ia berada di depan Wirautama. Orang yang seharusnya menjadi mertuanya.
Wirautama mengagumi kecantikan Zayyana. Ia tidak malu-malu mengamati belahan dada Zayyana yang memang terlihat sengaja diekspos melalui model belahan dada gaun yang sangat rendah. Leher jenjang serta kulit putih mulus wanita itu memang sangat menggoda.
“Sepertinya kamu belum berhasil menarik perhatian William lagi!” Wirautama akhirnya mengucapkan kalimat pertamanya.
Zayyana sedikit bergetar. Mendapatkan kembali cinta William merupakan misi yang diberikan oleh Wirautama untuk Zayyana. Tentu saja dengan imbalan yang sangat menggiurkan.
Zayyana menegak minuman yang tersedia di depan nya. “Yah… ini misi yang sedikit sulit!" aku wanita cantik itu. “Setelah pertemuan saat itu, Willy tak pernah menggubris telponku.”
Wirautama menatap Zayyana, lalu mendengus. “Huh! Rupanya daya tarikmu sudah mulai luntur!” ejeknya.
Zayyana memutar gelas di tangan nya. Jari ramping dengan kuku panjang yang dihias mengkilat memegang tangkai gelas dengan erat. “Kalau Om meragukan kemampuan saya, tidak mungkin Om memanggil saya kembali, kan?” Zayyana mengangkat sebelah alisnya. Tatapan kedua orang itu bertemu.
“Hahaha…” gelak Wirautama menggelegar. “Betul. Betul. Haha. Kamu betul Zayyana!” Wirautama mengakui. “William akan bertekuk lutut kembali padamu. Lalu akan mudah untuk menyetirnya menguasai Wijaya Group.”
Zayyana tersenyum puas. *Om-om tua ini meremehkan ku! Dengan posisi William saat ini, mana mungkin aku lebih memilih patuh kepadanya dibanding memiliki William untuk diriku sendiri. Huh!*Wirautama hanyalah pintu masuk menuju kekasih hatiku. William Utama Wijaya.
“Tapi Zayyana! Tahukah kamu bahwa siang tadi ada sebuah pengaturan di Wijaya Group untuk mencarikan William seorang wanita?”
Deg! Jantung Zayyana melompat. “Mencarikan William seorang wanita?” Zayyana tidak percaya.
"Ya. Padahal itu sudah menjadi headline berita di kalangan atas. Rupanya kamu kurang informasi juga!"
Zayyana merasa sakitnya double. Mendengar William dijodohkan, dan diremehkan oleh Wirautama.
"Saya sedikit sibuk sejak siang tadi. Ini juga baru selesai pemotretan di Bali langsung datang ke sini!" bela gadis itu terhadap dirinya sendiri. "Jadi ... William bener dijodohkan?"
Wirautama mengangguk. “Sepertinya ini pengaturan kakek tua itu!” ucap Wirautama sinis.
“Pak Adi Wijaya?” Zayyana mengkonfirmasi isi pikirannya.
Wirautama mengangguk. Kali ini ia tidak berselera untuk menyantap hidangan yang sudah tersaji di depan nya. Ia harus menghentikan rencana Adi Wijaya untuk mendekatkan William dengan wanita tidak jelas. Pasangan William harus ia -wirautama- yang menentukan.
“Satu bulan! Adi Wijaya membuat William berkencan dengan salah satu karyawan wanita selama satu bulan!” seru Wirautama kemudian. “Bagaimana kalau dia berhasil membuat keturunan?” Wirautama menyerahkan rekaman acara tadi malam kepada Zayyana.
Zayyana bergidik ngeri. Ia tidak bisa membayangkan William dimiliki oleh wanita lain. Apalagi sampai mempunyai anak dari wanita itu. “Tidak mungkin!” sanggahnya menggenggam erat tangkai gelas hingga buku-buku jarinya memutih. Untung saja gelas itu tidak sampai pecah dan melukai tangan nya.
Wirautama melengos. “Semua bisa terjadi. Bayangkan saja! Kencan antara pria dan wanita selama satu bulan! Semua bisa terjadi. Dan tugasmu adalah mencegah hal itu terjadi!” ucap Wirautama tajam. “Ingat! Kalau kau gagal mendapatkan William kembali, aku tidak janji bisa memberikan lagi fasilitas seperti yang sudah kamu nikmati selama ini!” ancam pria itu.
Zayyana meletakkan gelas dengan kasar. “Huh! Om tenang saja!” ucap Zayyana yakin. “William hanya butuh waktu untuk melupakan masa lalu kami dan memulai kisah baru denganku.”
Wirautama menunggu kalimat lanjutan nya.
“Soal karyawan WG itu, aku akan membereskan nya!” tekad Zayyana.
***
Saat ini.
“Jangan pernah berharap lebih kepada William!” suara Zayyana terdengar tajam dipertegas dengan telunjuknya yang berkuku panjang mengarah kepada Anna. “Ingat! William sudah punya kekasih!”
Anna terpaku mendengar ucapan Zayyana. Otaknya sedang menganalisis, bagaimana ia harus merespons ucapan wanita cantik itu. Sementara jauh di sudut hatinya seperti ada yang mencubit. Ada keinginan untuk membantah sesuatu, tetapi tidak tahu harus membantah apa. Ingin berkata sesuatu, tapi tidak tahu harus mengatakan apa.
“Eum. Maaf, Mbak Zayyana!” Tony yang melihat Anna terdiam, menyela.
“Ah!” Zayyana seperti baru ‘ngeh’ ada seorang pria di ruangan itu. Saat hendak ke sini, ia fokus harus menghentikan seorang wanita merebut kekasih hatinya. Namun saat ini ia melihat sang wanita yang kabarnya akan berkencan dengan William itu, ternyata punya lelaki lain. Tunggu-tunggu. Jangan cepat merasa tenang Zayyana! ucap Zayyana kepada dirinya sendiri di dalam hati. Jangan-jangan pria ini saudaranya! “Kamu siapa?” tanya nya, ingin memastikan.
“Saya Tony!”
Zayyana menggoyang telunjuk, menyalahkan pria itu. “No. No. No. Bukan nama! Kamu siapanya dia?”
Tony melongo. Ohh, bukan nanyain nama. “Saya sahabatnya.”
Zayyana meletakkan tangan di dagu, pertanda berpikir. “Bukan pacar?” Zayyana melihat kilatan sekilas di mata Tony saat pria itu mendengar tebakan nya. Dan ia menyadari sesuatu. Haha. Bagus-bagus. Ternyata memang bukan sekadar teman.
“Bukan!” jawab Anna dan Tony serempak.
Zayyana bangkit dari tempat duduknya. Pria di depan nya itu terlihat cukup tampan dan sepertinya setara lah dengan gadis yang bernama Anna ini. “Aku peringatkan, ya!” ucapnya kemudian. “Tolong jaga dan awasi baik-baik sahabatmu ini. Jangan ganggu pacar orang!” seru Zayyana kepada Tony.
Pacar orang?! Siapa juga yang mau sama pacar orang! batin Anna. “Eum! Maaf … maaf, Mbak Siapa tadi Ton?” Anna melirik Tony.
“Zayyana!”
“Ah. Iya. Maaf Mbak Zayyana! Apa anda salah orang?” Anna pura-pura tidak mengerti maksud Zayyana.
Zayyana terdiam. Jelas-jelas ia mendapatkan info dari Wirautama bahwa wanita yang mendapatkan hadiah tak masuk akal itu di rawat di kamar ini. Memang sih katanya juga William menemani wanita itu semalaman, tapi nyatanya ia melihat lelaki lain di kamar ini.
Sekali lagi Anna dan Tony saling lirik saat wanita cantik yang tadinya berniat menyerang Anna tampak kebingungan.
Zayyana mengeluarkan ponsel dari clutch yang dijepit nya di bawah lengan. Ia mau memastikan bahwa ia tidak salah orang. “Ini betul kamu!” Ia memperlihatkan foto Anna di atas panggung menerima hadiah.
“Ooh … Maksud Mbak hadiah itu.” Anna manggut-manggut. “Itu kan bisa dimenangkan siapa saja, Mbak!”
Zayyana maju mendekat ke arah Anna. Ia membulatkan mata lalu menyentuh kerah baju pasien yang dipakai Anna. “Aku hanya memperingatkan agar kamu tidak terlalu berharap!” desis Zayyana di dekat telinga Anna.
Anna mengepal tangan. Lalu melemparkan tatapan tajam ke arah Wanita itu. “Huh! Emang mbak kurang percaya diri bisa mempertahankan kekasih Mbak itu, ya?” sindir Anna kepada Zayyana. Huh! Dia kira gue orang yang mudah ditindas? Wuuek!!
Tatapan Zayyana membola.
***