#Yang mau promosi di lapak saya silahkan#
Seri kedua dari novel.
"Istri simpanan Presdir"
Anggia Seorang Dokter cantik terpaksa menikah dengan anak majikan Ibunya karena balas budi.
"Beri aku satu kesempatan Mas. Aku ingin menikah hanya satu kali dalam hidup ku. Dan aku tidak ingin mempermainkan pernikahan"
Anggia Tiffani~
"Tapi kau bukan selera ku. Aku tidak sudi beristri anak pembantu. Dan pernikahan ini hanya karena kau balas budi pada Ayah ku. Itu saja dan kau tidak perlu mencampuri urusan ku"
Brian Wiratwan~
Tidak ada cinta di atara keduanya. Anggia yang terpaksa menikah dengan Brian hanya karena balas budi dan sekaligus syarat untuk Pasha mau membiayai pengobatan Ayahnya.
Dan hal yang paling membuat Anggia menderita adalah. Dirinya setiap hari menyaksikan suaminya bercumbu mesra dengan wanita yang ia bawa ke tempat tinggal mereka.
Sakit bukan?.
Anggia seorang istri tapi masih suci!.
Namun karena suatu insiden yang membuat nya tidak bisa menolak hasrat yang di tawarkan kenikmatan dunia sesaat. Sehingga membuatnya melupakan tabiatnya sebagai seorang wanita bersuami. Dan hubungan terlarang itu terjadi hingga ia mengandung anak dari pria lain. Di saat ia masih berstatus istri Brian Wiratwan.
Lalu apakah yang akan terjadi setelah Suaminya tau dengan kehamilan Anggia?
Sementara ia tidak pernah menyentuh istrinya selama hampir dua tahun menikah.
---
21+
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IPAK MUNTHE, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7
Kini Anggia sudah turun dari taxi yang ia tumpangi. Anggia berjalan dengan sudah memakai jas putihnya dan di tangannya nya ia menenteng tas kesayangannya. Ia terus berjalan menuju ruangannya tidak jarang orang orang yang ada di sekitarnya terus memperhatikannya. Tapi Anggia sudah terbiasa dengan hal itu karena memang ia bekerja selalu di kelilingi oleh orang orang yang baru ia lihat.
Anggia masuk keruangannya dan di sana sudah ada Veli yang menunggunya. Veli adalah sahabat setia Anggia, dari mereka duduk di bangku smp sampai saat ini. Bahkan mereka menempuh pendidikan di tempat yang sama. Namun bedanya Veli terlahir dari keluarga berada sedangkan Anggia hanya anak seorang pembantu.
"Veli, kamu dah lama di sini?" tanya Anggia.
"Lumayan Nggi. Aku lagi sebel," kata Veli dengan raut wajah kesalnya.
"Kenapa?" tanya Anggia sambil berjalan dan duduk di kursi kerjanya.
"Kamu tau nggak. Semalam itu istri tuan Kenzi Zavano anak pemilik rumah sakit ini. Di bawa ke mari dan sekarang dia di rawat," kata Veli.
"Aku sih pernah dengar nama anak pemilik rumah sakit ini, dan aku juga pernah lihat di televisi namun aku nggak pernah lihat aslinya," kata Anggia.
"Nah itu dia semalam kita semua habis di marahi sama atasan, gara gara lambat katanya menangani istri tuan Vano." kata Veli.
"Oh ya?" tanya Anggia yang ikut penasaran.
"Iya," jawab Veli.
"Memangnya istri tuan Vano itu sakit apa?" tanya Anggia.
"Istri tuan Vano lagi hamil. Tapi ya itu dia. Kehamilannya lemah banget. Dan kamu tau istri tuan Vano itu masih berusia sembilan belas tahun," kata Veli yang terus bercerita pada Anggia.
"Tapi bukannya istri tuan Vano itu, seorang model majalah dewasa yang namanya Keyla itu kan kalau tidak salah. Terus kenapa sekarang kamu bilang dia masih berusia belasan?" tanya Anggia.
"Iya. Aku juga penasaran mau nanya nggak berani, soalnya kamu tau kan karir kita itu di tangannya," jawab Veli.
"Iya sih dan itu bukan urusan kita juga, yang penting kita merawat orang siapa saja yang datang kemari," jawab Anggia.
TOK TOK TOK!
Terdengar seseorang mengetuk pintu ruang Anggia.
"Masuk!" jawab Anggia.
"Dok. Di panggil sama Dokter Gunawan," kata Suster itu.
"Oh, ya saya segera ke sana," kata Anggia.
"Eh. Kenapa atasan kita manggil kamu Nggi," kata Veli yang merasa takut.
"Udah aku kesana dulu. Jangan mikir negatif, lagian kita juga ada jadwal operasi nih," kata Anggia sambil melihat jam yang melekat di pergelangan tangannya.
"Ya udah, aku juga mau balik keruangan aku," kata Veli.
Anggia keluar dari ruangannya dan ia menuju ruangan Dokter Gunawan. Ia terus berjalan menuju ruangan pemimpin rumah sakit tempatnya bekerja itu.
TOK TOK TOK!
Anggia mulai mengetuk pintu.
"Masuk," jawab Dokter Gunawan.
CLEEKK!
Anggia membuka pintu dan mulai masuk.
"Selamat pagi Dok," sapa Anggia dengan ramah.
"Selamat pagi, ayo duduk," jawab Dokter Gunawan.
Anggia berjalan dan ia duduk berhadapan dengan Dokter Gunawan.
"Apa Dokter memanggil saya?" tanya Anggia dengan sopan.
"Begini Dokter muda Anggia. Apa kamu tau ada pasien istri dari pemilik rumah sakit ini sedang di rawat di sini?" tanya Dokter Gunawan.
"Ya Dok. Tadi Dokter Veli sempat memberitahu, namun saya belum pernah melihatnya langsung," jawab Anggia.
"Iya benar, dan saya menugaskan kamu untuk merawat nyonya Zavano. Karena saya sangat percaya dengan kemampuan mu," kata Dokter Gunawan.
"Ya Dok saya mengerti, tapi bukan kah masih banyak Dokter senior di rumah sakit ini? Saya masih junior jadi kenapa hal sebesar ini Dokter berikan kepada saya?" tanya Anggia bingung.
"Saya percaya dengan kerja kamu, dan saya yakin kamu mampu memegang tugas ini dengan baik. Dan satu lagi Dokter Anggia, kamu harus merawat nya dengan baik agar karir mu semakin bagus," kata Dokter Gunawan.
"Baik lah Dok. Saya akan berusaha semampu saya," jawab Anggia.
"Dan kamu juga akan di tugaskan merawat nyonya Zavano setelah ia pulang kerumahnya, itu artinya kamu di khusus kan merawat nyonya Zavano."
"Ya Dok saya mengeti," jawab Anggia.
"Dan kamu juga mendapat kan gaji yang besar selama bekerja di sana. Tuan Zavano akan menggaji kamu seratus juta perbulannya," kata Gunawan menjelaskan berapa nominal yang akan di teriama Anggia selama bekerja merawat Ziva.
"Seratus juta Dok?" tanya Anggia ia sangat terkejut mendengar gaji yang akan ia dapat kan perbulannya.
"Iya dan saya harap kamu bisa menjaga nama baik saya."
"Kalau gaji ku sebesar itu. Aku bisa mendapat uang dengan cepat dan semua itu akan aku gunakan untuk membayar uang tuan Pasha"
"Baik Dok," jawab Anggia semangat.
"Kalau begitu selamat bekerja, dan sekali lagi jangan kecewakan pemilik rumah sakit ini, kalau kamu mengecewakan mereka, taruhannya karir kita berdua," kata Dokter Gunawan memperingatkan Anggia.
"Iya Dok saya mengerti," jawab Anggi.
"Selamat, semoga sukses," kata Dokter gunawan sambil mengulurkan tangannya.
"Terimakasih Dok," jawab Anggia membalas uluran tangan Dokter Gunawan.
"Saya keluar Dok,"
"Iya, silahkan," Dokter Gunawan mempersilahkan Anggia keluar karena pembicaraannya sudah selesai.
Anggia bangun dari duduknya dan ia mulai melanggkah keluar. Anggia terus berjalan menuju ruangannya dengan hati yang bahagia. Karena gaji yang ia dapat kan menurutnya sangat besar dan dengan gaji yang cukup besar itu ia akan lebih cepat mengumpulkan uang sebanyak dua miliyar untuk membayar hutang dan biaya pendidikannya pada tuan Pasha.
"Yes, aku akan segera bebas dari rumah tangga yang kejam itu," gumam Anggia saat sudah berada di ruangannya dan kini ia sudah duduk di kursi kebesarannya.
CLEK!
Pintu ruangan Anggia kembali terbuka, Anggia tau itu pasti Veli. Siapa lagi yang berani masuk tanpa permisi kalau bukan sahabat nya yang reseh itu.
"Hai," kata Veli sambil berjalan masuk menemui Anggia.
"Kamu kebiasaan masuk ruanggan aku nggak pernah ketuk dulu," ketus Anggia.
"Aelah sok banget sich loe," kata Veli tidak mau kalah.
"Kamu nggapain kesini? Emang nya kamu nggak ada kerjaan," tanya Anggia.
"Lima belas menit lagi kita jadwal operasi gimana sich," jengkel Veli.
"Oh ya."
"Nah, aku kesini mau tenangin diri menghilangkan pikiran jelek, supaya konsentrasi nanti pas operasi di mulai," kata Veli mulai menyandarkan dirinya di kursi sambil membaca data pasiennya.
"Eh, tadi loe di panggil Dokter Gunawan ngapain?" tanya Veli penasaran.
"Aku di suruh ngerawat nyonya Zavano dan sepertinya kita akan jarang bertemu, karena setelah nyonya Zavano di rawat di rumah aku juga ikut ngerawat di rumah, dan aku akan jarang ke rumah sakit."
"Duh, kita jadi jarang ketemu dong. Jadi aku nggak punya teman buat gosip pas jam istirahat," kata Veli dengan wajah sedihnya.
"Iya. Tapi kan kita bisa janjian di cafe tempat kita nongkrong kalau jadwal kita lagi nggak padat," kata Anggia menghibur Veli.
TOK TOK TOK!
"Masuk."
CLEEKKK!
"Dok, oprasi akan segera di mulai," kata seorang perawat yang mengetuk pintu ruangan Anggia.
"O. Baik lah."