NovelToon NovelToon
Dear, Please Don'T Buffer In My Heart

Dear, Please Don'T Buffer In My Heart

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Sistem / Cinta Seiring Waktu / Berondong
Popularitas:758
Nilai: 5
Nama Author: Bechahime

Saat hidup dikepung tuntutan nikah, kantor penuh intrik, dan kencan buta yang bikin trauma, Meisya hanya ingin satu hal: jangan di-judge dulu sebelum kenal. Bahkan oleh cowok ganteng yang nuduh dia cabul di perempatan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bechahime, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sakit Hati dan Secangkir Dendam (Bagian 1)

Hari senin pagi. Kantor masih bau karpet yang baru di sedot vacuum cleaner. Aku datang tepat waktu seperti biasa—dengan outfit semi rapi, muka nyaris segar, dan sisa semangat yang direndam kopi sachet rasa moka. Duduk di kursi yang udah mulai penyok bagian punggungnya karena aku terlalu sering melarikan diri dari realita dengan rebahan lima menit yang jadi tiga puluh.

“Meisya,” suara Mbak Sarah dari divisi HR manggil sambil lewat.

Aku balas dengan senyum satu sisi, khas wanita yang belum sarapan tapi harus keliatan professional. Belum sempat buka email, aroma musuh bebuyutan datang seperti parfum overuse seharga dua digit dari counter mall: Natasha.

Dia lewat di belakangku sambil ngibasin rambut panjangnya yang lurus kayak kabel LAN. Tatapannya kayak barista yang tahu kamu pelanggan setia, tapi selalu pesen kopi sachet dari pantry.

“Eh, Meisya…lo udah input biaya reimburse tim ke system belum? Soalnya tadi Mas Kenlei nanyain,” katanya dengan nada setengah ngegas setengah genit.

Aku noleh. “Harusnya sih udah. Soalnya yang nginput uang keluar, Arhan. Nanti gue cek lagi. Lagian Mas Kenlei juga bisa cek langsung sih, dia juga punya akses.”

Dia manyun. Tapi bukan manyun sedih, lebih ke “damn, misi sabotase gagal total.”

Aku tahu. Aku tau banget. Natasha tuh gak suka aku bukan karena aku pernah ngambil jatah indomie di pantry, tapi karena Kenlei—Asisten Manager divisi accounting. Yang mukanya mirip second male lead drakor yang suka ngasih payung waktu hujan. Kami memang sering kerja bareng. Karena berada di divisi yang sama.

Karena spreadsheet gak akan isi sendiri, dan karena aku bukan cenayang yang bisa tebak data klien tanpa diskusi.

Tapi Natasha? Mungkin dia berharap spreadsheet itu bisa terisi dengan cinta dan tatapan penuh rindu.

Sejak perjalanan dinas dua bulan lalu—yang menurutku cuma diisi dengan presentasi, coffee break, dan aku tidur sambil nonton Netflix di hotel—Natasha langsung berubah jadi musuh dalam printer. Selalu standby cari error nuduh aku macem-macem ke Mas Kenlei, dan terakhir…ngajukan system kerja yang bikin aku harus overlap sama operasional tiap hari.

“Ini mah jebakan batman,” bisikku ke diri sendiri sambil ngintip dari balik monitor.

Sore itu, setelah drama dokumen invoice yang dikira hilang padahal ditaruh di bawah pot tanaman oleh si Natasha (aku tahu karena ada rekaman CCTV. Tapi ya masa aku buka CCTV cuma buat itu?), aku akhirnya nelpon Rahma.

“Gue tuh udah sabar, Ma. Tapi lama-lama ini bukan kantor lagi, ini zona perang,”

Kataku sambil ngunyah tahu isi basi yang ternyata bukan isi sayur, tapi isi penyesalan.

Rahma langsung ngakak. “Oke. Wait. Mari kita adakan sesi adu nasib di coffee shop Mas Johan. Gue udah lama nggak ketemu si Barista hot itu.”

Kami akhirnya bertemu di coffee shop yang mejanya sudah cukup terisi seluruhnya. Untungnya pas kami datang ada yang pergi di pojok dekat colokan. Mas Johan senyum santai. Pakai apron coklat. Wajahnya setengah capek menghadapi mahasiswi yang terus-terusan menggoda atau sekedar minta ID Instagram. Tapi di tolak dengan halus dan senyum ramah khas Mas Johan.

“Tumben banget mampir sepulang kerja?” sapanya saat aku mesen dua buah kopi di kasir.

“Hari ini sesi adu nasib bareng Rahma, Mas” jawabku sambil nyegir.

“Baiklah Mbak Drama Queen.”

“Mas Jo, bisa gak panggil gue yang lain? Kayak—‘Mbak Penyitas Kencan Buta’ atau ‘Cewek yang Dikhianati Semesta’?”

Mas Johan tertawa. Kemudian dia meminta staffnya untuk melayani kostumer yang di belakangku.

“Lama-lama lo bisa jadi menu minuman. ‘Meisya on the Rock’: pahit, strong, tapi nyegerin.”

Aku memiringkan kepala. Alisku bertaut.

“Gue nggak yakin itu pujian atau peringatan bahaya.”

“Gimana kalau lo nyobain kopi kelapa tropis gue. Rasa tropical, aftertaste-nya kayak…kenangan waktu kecil di bumbui realita orang dewasa.”

Dia menyodorkan kopi dengan gelas kecil kearahku. Setelah memintaku menunggunya beberapa menit. Lalu aku menyeruput kopi itu setelah memastikan kopinya gratis.

“Mas, ini rasanya kayak kalau SpongeBob lagi LDR.”

Dia diam sejenak. Kemudian terdengar suara tawa lepas. Tawa yang membuat beberapa mata melihat kearah kami. Mata yang di dominasi oleh mahasiswi yang terpesona sekaligus curiga.

“Ya ampun, gue nyesel gak ngajak lo tes minuman dari awal buka.”

“Mas, gue nyesel juga baru tahu lo punya menu ‘Es Kopi Tolak Mental Breakdown.”

“Itu favorit mahasiswa arsitektur. Sama jomblo 30 ke atas.”

Aku menunjuk ke diri sendiri sambil ngakak.

“Hallo. Target market detected.”

Lima menit kemudian Rahma datang. Dengan pakaian kantornya yang kayak Mbak-Mbak presenter di morning News. Dia sempat melirik dan tersenyum ke Mas Johan saat masuk.

“Makin hot aja tuh Mas Barista, padahal beberapa minggu gue gak kesini” celetuknya setelah sampai di tempatku, tapi matanya masih fokus ke pria berkulit eksotis yang masih menolak rayuan cewek-cewek dengan senyum manis.

“Ingat, lo udah mau married, masih aja jelalatan.”

“Lah, sebelum janur kuning, gue masih milik bersama ya, siapa tau Mas Baristanya mau sama gue” jawabnya sambil tertawa seperti habis menang lotre.

“Gue bilangin lo ke Mas Andika, biar dia mikir lagi buat nikahin lo.”

“HAHAHA—jadi back to topic. Gue sibuk banget belakangan ini. Padahal gue udah penasaran setengah gila dengan drama series episode 325 lo. Mau di mulai dari mana dulu nih? Si Nat-Nat itu…atau si Iceberg Felix…”

Dia berhenti, kemudian matanya beralih ke Mas Johan, “Atau dari Si Barista Hot itu?” tambahnya dengan tawa usil.

“Lo benar, gue harus mulai dari minggu lalu. Lo tau apa yang terjadi? GUE BARU AJA FLIRT TAPI ABSURD DENGAN MAS-MAS KOPI YANG WAJAHNYA KAYAK VERSI ORGANIK DRAMA KOREA.”

Rahma memajukan badannya. Tangan tertumpu di meja. Mata penuh antusias yang gak di tempatnya.

“WOY. JANGAN-JANGAN INI YANG DISEBUT CINTA TERTUMPANG DI ATAS LATTE. GIMANA CERITANYA?”

Aku ambil posisi dengan serius. Ala diskusi tender ratusan juta.

“Jadi gini ya, gue jogging. Palsu sih, cuma 200meter tapi muka gue udah kayak abis dihina mantan bareng. Nah terus lewat Kopi Darurat ini kan—yang selama ini gue kira hanya menyelamatkan nyawa lewat espresso, ternyata menyelamatkan hati juga.”

Rahma makin excited. Sambil menutup mulutnya matanya memintaku untuk terus melanjutkan dramanya.

“Astaga… ini sounding-nya kayak novel Wattpad yang kita tertawakan bareng waktu kuliah.” celetuknya.

“Yang mana yang kita tertawakan, Ma? Yang ‘AKU SEORANG CEO DAN KAMU ADALAH ASISTEN YANG MENCURI HATIKU’ ITU?!”

Dia mengangguk cepat. Posisinya masih. Bahkan sekarang lebih energik lagi.

“IYA. PERSIS. CUMA VERSI LO GINI: ‘AKU SEORANG CEWEK PENUH KECURIGAAN DAN KAMU ADALAH BARISTA YANG MENYANGKAKU MAU LARI DARI PERTANYAAN: KAPAN NIKAH’.”

Kemudian dia tertawa kenceng sampai Mas Johan datang dengan dua kopi di nampannya dan meletakkan di meja kami. Rahma tersedak. Kemudian dia pasang wajah imut sambil bilang terima kasih ke Mas Johan.

Mas Johan tersenyum manis. Meganggukan kepala. Lalu pergi.

“Oh my god, dia beneran flirting ke lo?” bisiknya setelah Mas Johan melangkah sekitar 4 langkah.

“Stt… jangan keras-keras. Gue gak tau juga ini termasuk flirting, tapi dia bilang: ‘Mau kopi semangat? Gratis kalau baper.’ TERUS GUE JADI BAPER BENERAN!”

Dia menatapku dengan mata tidak percaya.

“LO MAU NGACA DULU NGGAK NIH. KAYAKNYA BUKAN KOPINYA YANG BERBAHAYA, TAPI LO YANG GAMPANG MELELEH.”

Aku memukul tangannya pelan. Dia tertawa usil. Seperti kalau belum meledekku belum lengkap rasanya sesi curhat ini.

“Rahma, sebenarnya gue udah capek jadi korban kencan buta. Cowok old money flexing, konsultan cinta. Cowok good looking yang ternyata pengen jadi sahabat cewek. SEKARANG GUE MAU HIDUP DENGAN MAS KOPI. TOLONG KASIHKAN GUE SURAT PINDAH.”

“WEH WEH WEH. TENANG DULU MBAK. JANGAN KARENA NGASIH KOPI GRATIS LO LANGSUNG MAU NGASIH HATI. INI BUKAN PROGRAM BUY 1 GET 1 HUSBAND.”

“Gue udah nyaris bilang mau lari tiap pagi ke dia, loh. Padahal gue jogging aja masih nganggep itu kegiatan criminal.”

Dia kembali tertawa sambil geleng-geleng.

“PLEASE KALO BESOK LO LARI, JANGAN LUPA PAKAI DEODORAN. INI DEMI MASA DEPAN LO, SIS.”

“Noted. Tapi kalau gue jadi nikah sama Mas Johan, gue undang lo jadi bridesmaid. Tapi bajunya bentuk cup bubble tea.”

“Sahabat macam apa lo ini…”

“Sahabat yang curhat kayak ada utang perasaan setiap hari. Yang harus lo bayar dengan mendengarkan semua hal gak penting tapi urgent seperti ini.”

Dia memegang jidat. Kemudian menyesap kopi yang sudah nganggur dari tadi.

“Ya udah deh. Lanjutin. Gue udah siap denger episode lo bareng si Iceberg Felix itu, kita pindah ke settingan musim dingin sekarang.” Jawabnya dengan wajah serius tapi yang keluar dari mulutnya malah berlawanan.

“Lo tau setelah kejadian lo ninggalin gue di Mall dan akhirnya gue dia anter pulang. Habis itu hening. Gak pernah ketemu lagi. Gak ada chat. Pokoknya gue pikir udah selesai takdir sama dia. Sampai tiba-tiba dia chat gue.”

“OH. MY. GOD. Kayaknya gue butuh popcorn. Lanjut.”

“Lo ingat gak, saat lo bilang gak bisa nemenin gue buat beli diffuser karena lo lagi memata-matai Mas Andika?”

“Gue gak mematai-matai tapi quality time.”

“Sama aja. Trus gue pergi sendiri ke mall dan dia ngechat gue duluan. Bahkan menawarkan diri buat nemenin nyari aroma diffuser yang enak. Gak sampai sana aja. Bahkan setelah itu dia tiba-tiba ngirim pesan kalau dia nemu tempat boba yang pakai es bentuk dadu.”

“Ini lebih seru dari drama jam 7 malam,” komentarnya sembil menyeruput kopi dengan elegan tapi matanya masih tetap menunjukan ketertarikan yang besar.

“Lucunya lagi dia juga beliin gue sticky note bentuk ayam bagian drumstick.”

“Sya…itu terdengar romantik dalam dunia absurd lo.” Katanya seperti komentator di sebuah audisi pencarian bakat.

“Makanya gue bingung. Dia tuh…bukan tipe cowok yang langsung bikin jantung gue salto, tapi juga bukan tipe yang pengen gue report ke Kominfo.”

Rahma bertepuk tangan sambil geleng-geleng.

“Wah, berarti dia di tengah-tengah ya? Nggak bikin lo pengen married, tapi juga nggak biki lo pengen pindah agama.”

“Persis. Dia netral kayak nasi putih” jawabku menunjuk ke depan dengan wajah setuju.

“Fix sih cowok kayak gitu, pas lahir bukan nangis, tapi ngeluh.”

“Astaga, iyaaa lagi! Dia tuh kayak…hidupnya disponsori oleh ketidakpercayaan sama manusia.”

Rahma tertawa pelan. Dan dengan nada menggoda dia berkata.

“Cocok dong. Lo juga gak percaya sama cinta, tapi doyan drama.”

Aku mengangguk setuju. Menatap kopi di meja yang sudah setengah dingin karena keasyikan curhat.

1
nide baobei
berondong gak tuh🤣
kania zaqila
semangat thor💪😊
nide baobei
ya ampun meisya🤣🤣🤣
nide baobei
ngakak🤣🤣, semangat thor💪
nide baobei
🤣🤣🤭
nide baobei
udah pede duluan🤣🤣
nide baobei
🤣🤣🤣 si meisya lucu banget
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!