Awalnya Erina Jasmin di tuduh mencuri dompet milik pelanggan di kafe di mana dia bekerja. Dia di laporkan oleh manajer kafe dan di pecat oleh atasannya. Erina kesal karena di tuduh mencuri dompet milik pelanggan yang ternyata Erika Gladys perempuan pemilik dompet itu.
Alih-alih tidak di laporkan pada polisi, Erina di tawari sebuah kesepakatan untuk menjadi istri pengganti seorang kaya. Dia awalnya menolak, tapi karena Erika Gladys menawarkan uang banyak untuk membantunya membiayai ibunya dalam pengobatan di rumah sakit.
Karena wajah Erina Jasmin dan Erika Gladys sangatlah mirip bagai di pinang di belah dua. Maka misi yang di tugaskan Erika pada Erina pun di jalankan, menjadi seorang istri dari Kenzio Pahlevi Abraham. Lalu, apa intrik masalah yang akan di hadapi oleh Erina setelah menjadi istri pengganti Erika yang hidupnya memang untuk bersenang-senang saja dengan beberapa selingkuhannya.
Dan apakah Erina dan Erika sebenarnya saudara kembar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Makan Malam
"Kamu mengusir suamimu?!"
Ucapan terdengar suara ciri khas laki-laki sedikit menggema di kamar besar itu, Erina kaget dan memejamkan matanya. Dia menoleh perlahan melihat ke arah pintu kamar, dengan perasaan takut di hatinya tapi dia beranikan diri untuk melihat siapakah suara laki-laki itu.
Berdiri dengan wajah dingin namun tersimpan rasa rindu di wajahnya, Kenzio Pahlevi Abraham. Laki-laki tampan pengusaha sukses dan juga sering sekali muncul di layar televisi dalam acara bisnis.
Erina meneguk ludahnya sendiri melihat siapa yang muncul, tubuhnya sedikit menegang. Tapi dengan cepat pula bisa menguasai dirinya dan berubah jadi tenang. Menatap Ken suami dari Erika dengan senyum kecil, dia mengingat bagaimana senyuman manja dari Tita.
"Apa yang harus kuucapkan," gumam Erina masih menatap Ken.
Ken yang tadi menatapnya dingin, langsung melangkah mendekati Erina. Pandangan laki-laki itu tak berkedip beberapa detik, ketika sudah dekat dia menahan napasnya. Netra Erina mengikuti arah pandang Ken padanya.
"Kamu..."
"Kapan kamu pulang?" tanya Ken tiba-tiba berubah dingin.
"Emm, siang tadi. Apaa semua menungguku di bawah?" tanya Erina dengan tenang.
Meski dia bersikap tenang, tapi hatinya sedikit gelisah. Dia takut sandiwaranya itu akan ketahuan oleh Ken.
"Hmm, biasanya kamu pulang akan ke kantorku," ucap Ken.
"Aku lelah, kamu tahu perjalananku sangat jauh. Jadi aku memutuskan tidak pergi ke kantormu, tuan Ken," ucap Erina masih menatap wajah suami Erika tersebut.
"Tuan Ken? Apa kamu berniat pergi dariku?" tanya Ken dengan mata melebar.
Erina gugup melihat Ken tatapannya tajam, dia menunduk karena takut. Belum pernah dia merasakan tatapan tajam seperti itu, matanya terpejam. Lagi-lagi dia menarik napas dan berusaha tenang, lalu...
"Apa maksudmu? Siapa yang akan pergi?" Erina tanya balik membalas tatapan Ken.
Gigi Ken bergemeretuk karena kesal, dia menarik napas panjang lalu berjalan menuju ranjangnya. Di sana baju tidur tergeletak, dia melirik ke arah Erina yang masih diam.
"Kamu berencana menggunakan baju tidur untuk makan malam ini?" tanya Ken.
"Kenapa? Ini hanya makan malam biasa kan? Tidak ada yang istimewa," jawab Erina.
"Yah, bagimu tidak ada yang istimewa di rumah ini. Terserah apa yang akan kamu lakukan, sebaiknya kamu segera turun ke bawah. Karena semua sudah menunggumu," ucap Ken.
Setelah berkata seperti itu, laki-laki tampan tersebut berbalik dan keluar dari kamarnya. Erina menatap punggung Ken sampai tak terlihat, dia menarik napas panjang. Sungguh dia merasa gugup sekali.
"Apa yang aku lakukan? Kenapa sikapku begitu dingin? Apakah memang nona Erika selalu seperti itu?" gumamnya.
Sepanjang dia melamun masih memikirkan bagaimana dia harus bersikap, dia membayangkan di meja makan ada anak Erika dan Ken serta mertuanya lalu Nadia sepupunya. Apakah sikapnya akan mereka ketahui?
_
Dua puluh menit selesai berdandan tipis-tipis lalu segera turun ke bawah. Seharusnya tadi dia tidak bersikap dingin dan menentang ucapan Ken, tapi entah karena sikap gugup dan gelisahnya dia tunjukkan agar tidak ketahuan oleh Ken.
Kini Erina menuruni anak tangga, samar-samar suara tawa riang dan obrolan di ruang makan. Erina berhenti sejenak untuk menyiapkan kekuatan hatinya untuk menghadapi orang-orang di bawah, meski mereka bukan orang jahat. Erikalah yang jahat, tapi dia sedang menjadi Erika agar tidak ketahuan sikapnya.
"Nyonya Erika, anda sudah di tunggu dari tadi. Ayo saya antar anda kesana," kata Tita yang datang dari bawah.
Erina tersenyum kecil, dia berjalan menuruni anak tangga menyambut tangan Tita di bawah. Lalu berjalan dengan pelan dan tangannya di lepas setelah sudah berada di bawah.
"Seharusnya tuan Ken yang menyambut anda, tapi sepertinya tuan Ken marah pada anda, nyonya," kata Tita.
"Kenapa dia marah?" tanya Erina.
"Tentu saja sama anda, apa anda menolak untuk bermesraan?" tanya Tita dengan berbisik.
Erina menoleh mengerutkan dahinya, tapi kemudian dia tersenyum saja.
Semua orang memandang ke arah lorong di mana Erina muncul, pandangan dari orang-orang yang sedang duduk itu seakan ingin menerkam Erina.
Anak laki-laki berusia lima tahun ikut menoleh pada Erina, wajahnya ceria lalu beranjak dari duduknya dan berlari mendekati Erina.
"Mama!" teriaknya.
"Oh sayang," ucap Erina menyambut anak laki-laki kecil itu.
"Mama kenapa liburan lama sekali? Aku kangen sama mama," ucap Gio mendekap Erina dengan menatapnya juga.
"Emm, mama ada urusan juga sekalian liburan," jawab Erina dengan asal.
Dia menatap ke arah meja makan, menatap satu persatu orang-orang yang sedang menunggunya itu.
"Gio, duduklah. Makan malam segera di mulai," ucap Ken dingin.
"Iya sayang, ayo sini duduk dengan Tante. Tante akan menyuapi Gio makan," ucap seorang gadis cantik.
"Aku tidak mau, aku mau di suapi mama!" bantah Gio.
"Mamamu tidak akan mau menyuapimu, biasanya papa yang menyuapi Gio," ucap Ken menimpali masih dengan tatapan dingin.
"Tidak apa, aku akan menyuapi Gio. Dia kangen padaku, jadi aku akan menyuapinya makan," ucap Erina.
Dia menuntun Gio untuk duduk di sampingnya, Tita menarik kursi Erina agar di tempati. Di sampingnya Gio. Semua menatap Erina sinis dan acuh tak acuh.
"Maaf tuan, nyonya besar tidak ikut gabung makan malam," ucap mbok Lela menghampiri Ken.
"Tidak apa, mama memang butuh istirahat banyak," jawab Ken.
Gadis cantik yang di perkirakan bernama Nadia oleh Erina itu menatapnya dengan sinis. Dia melirik pada Ken yang acuh tak acuh pada istrinya, lalu dia tersenyum kecil.
"Ken, kamu mau aku ambilkan lauk apa? Biar kubantu," tanya Nadia dengan senyum manis.
Erina menoleh pada Nadia lalu pada Ken yang bersikap manis pada Nadia.
"Gio, mau makan apa sayang?" tanya Erina pada Gio.
"Aku mau udang gorengnya ma, mama mau menyuapi Gio?"
"Ya, mama akan menyuapi Gio. Setelah makan malam nanti mama temani tidur. Oke?"
"Benarkah?"
"Ya, sekarang Gio makan yang banyak," ucap Erina tersenyum manis membuat Gio senang.
Nadia mencibir, tangannya mengulur mengambil daging asam manis lalu di letakkan di piring Ken. Awalnya Erina tidak peduli, tapi sikap Ken pada Nadia berbeda saat dia datang ke kamarnya.
Tita dan mbok Lela memperhatikan orang-orang yang sedang makan malam itu, Tita bergumam kecil.
"Aku sudah bilang pada nyonya Erika, kenapa sikapnya dingin sekali pada tuan Ken. padahal kan ada nona Nadia."
_
_
*****
![A Changes O I Still Sweep the Interstellar [female O Male A]](https://cn-e-pic-aliyun.mangatoon.mobi/internet-search/e5dc044d96f4c2ab302b41f36f121bb1.webp)
bagaimana kl mereka jatuh hati...
sampai kapan bs menghindar dr hubungan suami istri?
ato Nadia?