NovelToon NovelToon
Cinta Luka Derita

Cinta Luka Derita

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Cinta Seiring Waktu / Obsesi / Cerai / Cinta Terlarang
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Mahlina

Bukan menantu pilihan, bukan pula istri kesayangan. Tapi apa adil untuk ku yang dinikahi bukan untuk di cintai?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mahlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Tin tin.

Bunyi klakson dari sebuah mobil, menyadarkan Wati akan keberadaan taksi online yang ia pesan sebelumnya.

Wati menoleh sejenak, ke arah mobil yang ia pikir taksi online nya.

“Tunggu, pak!” teriak Wati, dengan menyeret koper besarnya.

“Biar saya yang bawa koper, mbak nya!” seru seorang pria yang langsung mengambil alih koper dari tangan Wati.

‘Mau pergi kemana Wati dengan koper sebesar ini? Apa mungkin Wati sudah putuskan akan tinggal di mansion ku?’ pikir Alex dari balik penyamarannya.

“Terima kasih, pak! Maaf jadi merepotkan bapak!”

Alex menghembuskan nafas lega, ‘Aku rasa Wati gak menaruh curiga pada ku!’

“Sudah kewajiban saya, mbak!” sang sopir taksi online memasukkan koper Wati ke dalam bagasi mobil.

“Silahkan masuk, mbak!”

Titah Alex di balik penyamarannya. Dirinya mengenakan masker dengan suara yang terdengar lembut di telinga Wati. Alex bahkan merasa sukses menyembunyikan wajahnya dari Wati, dengan tambahan kacamata hitam serta topi yang ia kenakan.

“Tunggu dulu, siapa nama mu, pak? Kenapa bapak pake kacamata hitam, topi dan masker? Udah tau cuaca lagi terik kaya gini!” tanya Wati dengan penuh selidik, sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam mobil.

Wati mengamati pria yang menjadi sopir taksi online nya, dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan kening yang mengkerut dalam. Otak nya tengah berpikir dengan keras.

Dari balik masker, Alex menelan salivanya dengan sulit, ‘Jangan gugup, aku harus tenang. Ini cuma pekerjaan kecil yang menguntungkan untuk ku! Untuk tetap bersamanya, lebih dekat dengannya. Apa pun akan aku lakukan.’ batin Alex.

‘Harusnya nama bapak ini Malik, tapi kenapa perawakannya seperti pak Alex? Aroma parfum ini, jelas wangi pak Alex.

Tapi masa iya pak Alex kurang kerjaan nyamar jadi supir? Udah gitu terakhir yang aku lihat tadi pak Alex pake sepatu pantofel yang jelas mahal bangat harganya, belum lagi jas dan kemejanya.

Lah ini, si bapak cuma pake sepatu kets yang di pinggir jalan di obral 75 ribu, pake kaos doang. Tapi kok terawat bangat ya ini si bapak, kulitnya putih.’ pikir Wati dengan tatapannya yang begitu jeli.

Pria di bali masker menghembuskan nafasnya kasar, dengan peluh yang kian beradu dengan ketegangan yang melanda jiwanya.

“Maaf jika bapa membuat mbak gak nyaman. Nama bapa Malik, bapa sebenarnya lagi sakit, tapi bapa paksakan untuk narik taksi. Buat kejar setoran dan kalau ada lebih, bisa sekalian bapa berobat, mbak! Tolong dimengerti ya, mbak! Jangan kasih bapa bintang 1 cukup bintang lima. Gak di bayar juga gak apa apa. Asal mbak kasih bapa bintang lima.” serunya dengan suaranya yang dibuat serak.

Wati mencengkram lengan si bapak, berusaha menguatkannya. Wanita satu ini begitu iba dan tersentuh mendengar pengajuan si bapak.

“Kasihan, emang istri dan anak bapak kemana? Harusnya kan bapak bisa istirahat di rumah!” beo Wati, ia percaya dengan perkataan bapak bapak yang ada di hadapannya.

“Gak ada satu wanita yang mau menikah dengan pria seperti bapa, mbak!”

“Lah kenapa bisa gitu? Bapak ini sempurna, pekerja keras, kekurangan fisik juga gak. Buta aja itu wanita yang menolak bapak.” serono Wati, mendudukkan dirinya di kursi depan samping kemudi.

Brugh

Pintu mobil ditutup dari luar oleh Alex, yang sedang melakukan penyamaran sebagai Malik.

‘Mudah sekali membuat Wati percaya pada ku! Jenius juga itu Leo idenya, tapi sepatu kets yang aku kenakan benar benar kekecilan ini!’ gerutu Alex, langsung masuk ke dalam mobil di balik setir kemudi.

“Alamatnya sesuai dengan yang ada di aplikasi ya, pak!” seru Wati, ia mengenakan sabuk penga man nya sendiri

“Baik, mbak!” mobil mulai melaju meninggalkan rumah orang tua Hasan.

Rumah yang belakangan ini menjadi tempat tinggal. Wati bersama dengan sang suami. Meski sedikit kebahagiaan yang ia rasakan. Namun setidaknya Wati sudah terbuka mata hatinya untuk berpisah dengan Hasan. Meski perceraian dibenci agama. Tapi tindakan Hasan gak bisa dibenarkan juga.

Wati menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi mobil yang ia duduki. Sementara tatapannya kini fokus pada layar pipihnya, tidak lagi mempermasalahkan perkara masker pada pak Malik.

‘Gak enak rasanya menghubungi Nisa melalui pesan, apa aku telpon aja ya? Sepertinya memang aku harus menelponnya. Pastikan ia ada di rumah.’ pikir Wati.

Panggilan pertama terlewatkan, baru di panggilan ke dua baru tersambung dengan Kinan. Membuat Wati bisa bernafas dengan lega.

[ “Iya Wati, mau ngajak jalan ya? Boleh boleh! Aku gak nolak!” ] suara cempreng Nisa langsung terdengar.

Wati berdecak kesal, dengan suaranya yang masih terdengar parau.

< "Gak ada yang mau mengajak mu jalan. Aku cuma …” >

Wati menggantung kata katanya, ‘Gimana ini, aku omongin gak ya? Tapi kalo aku cari kontrakan, iya kalo yang bagus harganya. Kalo mahal? Mau nyambung hidup dengan makan apa aku ini? Perhiasan pun aku gak punya.’

[ “Eh dia bengong! Kenapa kamu telepon aku, Wat? Pasti ada urusan penting ya? Urgen bangat ya? Ada apa sih? Jangan bikin aku kesel deh! Buat aku penasaran aja tau gak!” ] cerocos

< “Emmm kamu lagi di rumah gak, Nis? Aku kesana ya!” > beo Wati dengan ragu.

[ “Ah elah Wati, gitu doang! Di kata ada apa! Iye, aku tunggu kamu di rumah! Mau aku jemput sekalian gak?” ] tawar Nisa dengan serius.

< “Gak perlu, Nis! Ini aku udah dijalan menuju rumah kamu. Tunggu aku ya, Nis! Emmm maaf merepotkan mu!” >

[ “Santai aja kali, udah kaya sama siapa aja sih kamu, Wat! Sok lah, kamu hati hati di jalan. Aku tunggu kamu di depan pagar rumah ku!” ] kekeh Nisa sebelum mengakhiri panggil nya.

Alex menarik nafasnya dengan sulit, ‘Siapa Nisa? Gak mungkin gerrrrmo kan? Apa Wati akan aman jika berada di tempat perempuan yang bernama Nisa itu ya? Aku harus minta Leo untuk menyelidikinya ini mah!’

Wati menghembuskan nafasnya kasar, ‘Untuk beberapa hari kedepan, semoga aja Nisa gak keberatan menampung ku di rumahnya. Setidaknya sampai aku dapat pekerjaan tambahan, bisa bayar sewa kontrakan. Untuk makan, apa ada nya aja dulu deh.’

Wati menyimpan benda pipihnya di dalam tas selempang mini yang ia kenakan. Lalu mengeluarkan dompet kecilnya.

Menghitung beberapa lembar uang kertas yang didominasi warna ungu, alias pecahan sepuluh ribu. Dan uang recehnya yang gak lebih dari sepuluh ribu.

Beruntungnya di dalam tas selempangnya masih terdapat 5 lembar uang kertas dengan pecahan seratus ribu.

"Apa kekurangan uang, mbak?" tanya Malik.

"Tidak."

“Apa mbak sedang bertengkar dengan suami? Boleh curhat kok kalo mbak mau! Saya bisa jadi pendengar yang baik!” ujar malik dengan nada meyakinkan.

“Udah pak, fokus aja sama jalan. Tapi apa bisa kita mampir sebentar di depan jalan sana pak?” Wati menunjuk tempat yang di maksud.

Malik mengangguk, berusaha menghibur kemurungan Wati dengan candaannya.

“Bisa, mbak! Kalo mbak mau berlabuh di hati bapa, bapak gak akan nolak. Bisa banget malah.”

Wati menghembuskan nafasnya perlahan, "Kita langsung aja ke tempat tujuan deh pak, sesuai yang ada di aplikasi!"

"Gak jadi mampir dulu, mbak?"

Bersambung ...

1
lina
dasar laki gila
lina
bisanya ngancem
lina
udah pecat bae
lina
dasar netizen julid
lina
u yg bodoh lex
lina
dasar bucin
lina
jamagn d puji
lina
biar u kenyang
partini
good story
partini
good story
lina: mksh tini👍
total 1 replies
lina
kan lg bucin jd g tau malu 🤣
lina
masih bae ngamuk
lina
udah apa d seret bae itu
lina
malu bgt itu g d akuin
lina
definisi cewe g tau malu
lina
pekor 2
lina
u yg g punya adab
lina
sabar
lina
enk klo tinggl mkn
lina
sabar2
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!