NovelToon NovelToon
What Is Love? "Silent Love"

What Is Love? "Silent Love"

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Keluarga / Romansa / Balas Dendam
Popularitas:285
Nilai: 5
Nama Author: SNFLWR17

Menurut Kalian apa itu Cinta? apakah kasih sayang antara manusia? atau suatu perasaan yang sangat besar sehingga tidak bisa di ucapkan dengan kata-kata?.
Tapi menurut "Dia" Cinta itu suatu perasaan yang berjalan searah dengan Logika, karena tidak semua cinta harus di tunjukan dengan kata-kata, tetapi dengan Menatap teduh Matanya, Memegang tangannya dan bertindak sesuai dengan makna cinta sesungguh nya yang berjalan ke arah yang benar dan Realistis, karena menurutnya Jika kamu mencinta kekasih mu maka "jagalah dia seperti harta berharga, lindungi dia bukan merusaknya".
maka di Novel akan menceritakan bagaimana "Dia" akan membuktikan apa itu cinta versi dirinya, yang di kemas dalam diam penuh plot twist.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SNFLWR17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

si Pacar = Jevan.

Sebuah mobil Alphard ditumpangi Alena dan empat pengawal. Dua pengawal duduk di kursi depan, sementara Alena berada di kursi tengah, dan dua pengawal lainnya di kursi belakang.

​Mobil melaju sedikit cepat karena jalanan masih terlihat sunyi.

​"Om, jam berapa sekarang?" tanya Alena dengan nada lemah.

​Pengawal yang duduk di depan langsung melihat jam tangannya.

​"Pukul 07.30 pagi," jawab pengawal itu, lalu ia kembali fokus melihat ke depan tanpa menghilangkan kewaspadaannya.

​Alena yang mendengar itu hanya menghela napas lelah. Dia menggerakkan tubuhnya, menyandarkan ke sandaran kursi, lalu meringis pelan.

​"Sepertinya kita diikuti," ujar si pengemudi sambil melihat kaca spion.

​"Coba hubungi Ketua, jangan-jangan orang yang mengikuti kita adalah dia," seru salah satu pengawal dengan rambut keriting yang duduk di kursi belakang.

​Pengawal di samping si rambut keriting itu langsung memegang earpiece-nya dan mencoba menghubungi kepala keamanan yang mungkin sedang bersama Tuannya.

​"Lapor Ketua, apakah Tuan Muda bersama Anda?" tanyanya.

​"Tidak, Tuan Muda sudah pergi menyusul kalian," ujar Kepala Keamanan.

​Pengawal yang mendengar perkataan sang Ketua langsung bernapas lega.

​DOR!

DOR!

PRAANGG!

​Dua tembakan dilepaskan dan langsung memecahkan kaca spion mobil yang ditumpangi Alena.

​Alena yang beristirahat langsung kaget.

​"Ada apa?" tanya Alena yang sudah duduk tegak sambil melihat pengawal di depan melalui kaca spion dalam.

​"Maaf, Nona. Sepertinya kita diikuti musuh. Awalnya saya kira itu Tuan Muda, tebakan saya salah," jawab pengawal berambut keriting.

​Setelah mengatakan itu, sang pengemudi langsung menambah kecepatan mobil.

​"Nona, tolong pegangan yang erat. Mungkin ini akan seru dan berbahaya."

​DOR!!

DOR!!

DOR!!

​Suara tembakan terus bergema dan mengenai bodi mobil. Untungnya mereka belum sampai di permukiman warga karena lokasi Alena disekap jauh dari permukiman dan hampir di tengah hutan.

​"Nona, saya permisi," ucap salah satu pengawal yang duduk di belakang. Ia sudah setengah berdiri, melangkah melewati pinggiran kursi mobil, dan langsung duduk di kursi samping Alena yang kosong.

​"Bro, senjatanya," ujar pengawal itu yang sudah duduk di samping Alena.

​Si berambut keriting itu langsung mengambil senjata yang dimaksud temannya dan memberikannya kepada temannya yang sudah berpindah tempat.

​Alena yang melihat sebuah senapan melewatinya hanya menelan ludah secara kasar.

​Pengawal itu menerima senjata jenis Senapan Steyr AUG (Austria).

​Dia menekan tombol di atas, dan Sunroof mobil pun terbuka. Dia berdiri, langsung menghadap ke belakang, dan mengeluarkan tangan yang memegang senapan itu.

​"Matilah, Bajingan!" ucap pengawal itu dan langsung melepaskan tembakan.

​DOR!!

​Peluru langsung menembus kaca depan mobil musuh. Terlihat pergerakan mobil yang sudah oleng.

​Dan dari mobil musuh itu, seseorang melepaskan tembakan ke arahnya.

​Dengan cepat dia langsung masuk dan menunduk.

​Para musuh semakin mempercepat laju mobil mereka dan mendekat.

​"Bro, ada mobil dengan kecepatan tinggi di depan kita," ujar pengemudi mobil.

​"Astaga, gini amat nasib gue. Mana sudah ganti genre aksi lagi. Huaa, Ay, gue takut," ujar Alena yang sedang memejamkan matanya erat.

​"Sialan, ini teman atau musuh?" tanya pengawal di samping pengemudi.

​Setelah mengatakan itu, mobil yang dari depan sudah mendekat dan mulai melaju kencang melewati mobil mereka. Terdengar kembali tembakan, tapi kali ini bukan ke arah Alena, melainkan ke arah mobil yang baru datang.

​BRAAK!

​Terdengar bunyi tabrakan di belakang.

​Mereka berlima langsung melihat ke belakang. Terlihat mobil yang baru datang sudah menabrakkan diri ke mobil musuh yang mengejar mereka.

​Karena penasaran, sang pengemudi ingin berhenti, akan tetapi pengawal di sampingnya berkata, "Sebaiknya kita melanjutkan perjalanan ke rumah sakit, karena ini perintah langsung dari Tuan Muda."

​Akhirnya mereka langsung pergi meninggalkan tempat kejadian dan menuju ke rumah sakit.

​Di tempat lain, tepatnya di mobil yang menabrak mobil musuh, seorang pria keluar dari mobilnya yang mengalami kerusakan parah di bagian depan dan mengeluarkan asap tebal.

​"Sialan, ini gue harus minta ganti rugi sama si Jevan," ujar pria itu sambil berjalan mengelilingi mobil Fortuner (SUV) miliknya.

Sementara itu, tiga orang di dalam mobil musuh sudah pingsan dan satu meninggal akibat terkena peluru pengawal Jevan. Mobil mereka kini sudah terbalik, akibat ditabrak secara kuat dan oleng ke kiri keluar jalur.

​Tidak lama kemudian, mobil hitam berhenti tepat di depan mobil Fortuner (SUV), dan Jevan keluar dari mobil tersebut.

​"Kenzo, lu baik-baik saja, kan?" tanya Jevan sambil melihat keadaan sekitarnya.

​"Hmm, tapi jangan lupa ganti biaya servis mobil gue," ujar Kenzo yang sudah duduk di pinggir jalan.

​"Oke, nanti gue yang urus. By the way, Alena aman?" Jevan berjalan ke arah Kenzo dan berdiri di sampingnya.

​"Entahlah, tadi sebelum gue sampai, mereka sudah melepaskan tembakan ke arah mobil yang ditumpangi Alena, tapi kayaknya mereka aman." Kenzo langsung berdiri, berjalan tertiatih-tatih ke mobil Jevan dan melemparkan kunci mobilnya ke Jevan.

​"Haa, terima kasih sudah bantu," ujar Jevan yang langsung menangkap kunci mobil Kenzo. Ia mengeluarkan ponselnya dari saku jaket kulit, lalu menghubungi Kepala Keamanan.

​"Cepat kemari, gue kirim lokasinya. Di sini ada dua mobil, satu mobil milik musuh dan satu lagi tolong antar ke bengkel." Tanpa menunggu respons di ujung sana, Jevan sudah memutuskan panggilan suara tersebut.

​Langkah Jevan membawanya ke mobil yang terbalik. Terlihat satu mayat dengan luka tembak di kepala di samping pengemudi dan dua lagi mengalami luka benturan yang cukup parah.

​Tidak lama kemudian, anak buah Jevan sampai, lalu menghampiri Jevan.

​"Salam, Tuan Muda," ujar Kepala Keamanan yang baru tiba.

​Jevan langsung memberikan kunci mobilnya, setelah itu berjalan ke arah mobilnya di mana Kenzo sudah duduk santai sambil bermain ponsel.

​"Kita langsung ke rumah sakit, buat memastikan keadaan Alena." Jevan langsung menjalankan mobilnya menuju ke rumah sakit.

​Kenzo hanya diam tanpa membalas perkataan dari Jevan.

​Mereka pun meninggalkan tempat itu menuju rumah sakit.

Di dalam perjalanan hanya ada kesunyian. Kenzo masih sibuk dengan ponselnya, sedangkan Jevan fokus menyetir.

​Akhirnya mereka sampai di salah satu Rumah Sakit Swasta milik orang tua Jevan. Ibu Jevan berprofesi sebagai Direktur Utama rumah sakit ini. Sebenarnya awalnya jabatan ini dipegang oleh Ayah Jevan, cuma dialihkan ke sang Istri karena katanya bosan di rumah terus dan tidak ada pekerjaan. Alhasil, Ibu Jevan menang debat yang berakhir memegang jabatan ini, dan Ayah Jevan fokus ke perusahaan properti.

​Mereka berdua tiba di lobi, berjalan masuk, dan berhenti di meja resepsionis.

​"Permisi, di mana kamar pasien bernama Alena yang baru saja tiba?" tanya Jevan, dengan Kenzo yang berdiri di belakangnya.

​Kedua resepsionis yang melihat kedatangan kedua pemuda yang mereka kenal—yaitu putra dari pemilik rumah sakit ini dan putra pengusaha terkenal—langsung sigap.

​"Sebentar ya, saya lihat dulu." Resepsionis itu langsung memeriksa data masuk pasien.

​"Baik, pasien atas nama Alena yang baru saja masuk terdaftar berada di ruangan 017 VVIP," ujar resepsionis itu dengan sopan.

​Jevan yang mendengar perkataan resepsionis langsung melangkahkan kakinya menuju lift dan menekan tombol ke lantai tempat Ruangan VVIP terletak.

​Ting!

​Bunyi lift menandakan bahwa mereka sudah sampai. Pintu lift terbuka, Jevan dan Kenzo keluar, dan berjalan menyusuri lorong sambil melihat ke arah pintu ruangan.

​Mereka berdua langsung menemukan kamar 017VVIP Jevan langsung membuka pintu ruangan. Aroma obat-obatan dan wangi mewah tercium oleh indra penciumannya. Dia melihat Alena sedang terbaring dan tertidur, mungkin karena pengaruh obat yang diberikan oleh dokter atau karena kelelahan.

​Jevan melangkah mendekat ke brankar mewah tempat Alena berbaring. Jevan sedikit menunduk untuk melihat lebih jelas wajah Alena. Tatapannya berhenti di pipi Alena yang masih terdapat bekas tamparan dan tanda kebiruan di leher seperti habis dicekik.

​Wajah Jevan mengeras, menahan amarah yang bisa saja meledak. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh bekas tamparan itu dengan sangat hati-hati, lalu turun ke leher Alena. Jevan mengelus pelan, takut sentuhannya menyakiti Alena.

​Setelah mengelus leher Alena, Jevan menarik tangannya dan memindahkannya ke kepala Alena. Dia juga mengelus sayang rambut Alena.

​Setelah puas melihat keadaan Alena, tatapannya beralih ke arah keempat pengawal yang tadi ikut bersamanya. Mereka yang sedang duduk langsung berdiri saat tatapan Tuan Muda menatap mereka.

​"Kalian pulanglah, biar gue di sini. Dan lu, Kenzo, pulang istirahat. Nih kunci mobil gue," ujar Jevan sambil memberikan kunci mobilnya ke Kenzo.

​Kenzo langsung menerima kunci tersebut tanpa berkata apa-apa, langsung berbalik dan melangkah keluar dari ruangan, diikuti empat pengawal.

​Pintu pun tertutup dan tinggallah Jevan dan Alena di dalam ruangan itu.

​Jevan langsung menuju kamar mandi. Dia masuk dan mulai mencuci wajahnya karena terlihat raut kelelahan, dengan lingkaran hitam di sekitar mata.

​Beberapa menit kemudian, Jevan keluar dengan wajah sedikit lebih segar. Dia melirik ke arah Alena sebentar, lalu berjalan menuju sofa dan mulai membaringkan tubuh lelah di sana.

​Tidak perlu waktu lama, mata Jevan langsung terpejam. Terdengar suara napas halus dan pelan yang menandakan Jevan sudah tertidur.

1
Michelle Flores
Menggugah hati
Tae Kook
Thor, kapan update lagi nih?
Tani
Thor, jangan diam aja, kasih kabar kalo ada kendala, kami akan terus menunggu!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!