NovelToon NovelToon
SISTEM BALAS DENDAM: MENJADI RAJA HAREM

SISTEM BALAS DENDAM: MENJADI RAJA HAREM

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Sistem / Crazy Rich/Konglomerat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Harem / Kaya Raya
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: ZHRCY

Dia tertawa bersama teman-temannya yang kaya raya… berani memperlakukanku seperti mainan.


Tapi sekarang giliran dia yang jadi bahan tertawaan.


Ketika aku dipermalukan oleh gadis yang kucintai, takdir tidak memberiku kesempatan kedua, melainkan memberiku sebuah Sistem.


[Ding! Tugas: Rayu dan Kendalikan Ibunya – Hadiah: $100.000 + Peningkatan Keterampilan]


Ibunya? Seorang CEO yang dominan. Dewasa. Memikat. Dingin hati.


Dan sekarang… dia terobsesi denganku.


Satu tugas demi satu, aku akan menerobos masuk ke mansion mereka, ruang rapat mereka, dunia elit mereka yang menyimpang, dan membuat mereka berlutut.


Mantan pacar? Penyesalan akan menjadi emosi teringan baginya.


[Ding! Tugas Baru: Hancurkan Keluarga Pacar Barunya. Target: Ibunya]


Uang. Kekuasaan. Wanita. Pengendalian.


Mereka pikir aku tak berarti apa-apa.


Kini aku adalah pria yang tak bisa mereka hindari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZHRCY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TIDAK ADA YANG MAU MEMBANTUNYA

Kata-kata Elena bergema di kepala Maya saat dia berjalan terhuyung-huyung menuju mobilnya, tangannya gemetar karena amarah dan ketidakpercayaan.

"Semua kartu kreditmu dibekukan. Rekening bankmu dikunci. Akses dana perwalianmu dicabut."

‘Itu pasti hanya gertakan hanya untuk menakutinya agar menurut. Ibu selalu suka drama, tapi dia tidak pernah benar-benar melakukan sesuatu yang seekstrem ini.’

Maya masuk ke dalam BMW cantiknya, sempurna, yang Ayah belikan untuk ulang tahunnya yang ke-20, lalu langsung melaju ke ATM terdekat.

Kartu Amex hitam itu masuk dengan mulus. Ia menekan PIN-nya dengan jari yang gemetar.

KARTU DIBATASI - HUBUNGI INSTITUSI KEUANGAN ANDA

"Apa-apaan ini?" Ia mencoba lagi, menekan angka-angka dengan lebih keras.

TRANSAKSI DITOLAK - MEMERLUKAN OTORISASI

Jantungnya mulai berdegup kencang. Ia mengambil Visa cadangan, yang terhubung ke rekening pribadinya yang berisi lebih dari tiga puluh ribu dolar.

TRANSAKSI DITOLAK - MEMERLUKAN OTORISASI

MasterCard. Kartu debit darurat. Bahkan kartu prabayar murahan pemberian Bibi Catherine yang diberikan padanya "untuk berjaga-jaga."

DITOLAK. DITOLAK. DITOLAK.

Maya menatap layar ATM itu. Ini tidak mungkin terjadi. Pasti ada kesalahan. Bank memang sering salah, kan?

Ia merogoh ponselnya, kuku-kukunya yang terawat mengklik layar saat ia membuka aplikasi banknya.

Status Rekening: DIBATASI

Saldo Tersedia: TIDAK TERSEDIA - HUBUNGI BANK

Ponselnya terlepas dari jarinya yang mati rasa, jatuh ke lantai mobil.

"Tidak, tidak, tidak..." Ia meraih ponsel itu lagi, jantungnya berdegup begitu keras sampai ia bisa mendengarnya sendiri. "Ini gila. Dia tidak bisa begitu saja MELAKUKAN ini!"

---

Tangan Maya masih gemetar saat ia menggulir daftar kontaknya. ‘Ayah. Ayah pasti bisa memperbaikinya. Apa pun kegilaan yang sedang terjadi pada Ibu, Ayah pasti bisa membuatnya berpikir jernih.’

Telepon berdering sekali. Dua kali.

"Kantor Senator Garcia, ini Rebecca yang berbicara."

Rebecca. Asisten yang selalu ceria dan selalu menyambungkan telepon Maya langsung ke ayahnya.

"Rebecca, hai, ini Maya. Aku harus berbicara dengan Ayahku sekarang juga. Ini darurat."

Ada jeda. "Oh, hai Maya. Maaf sekali, Senator sedang dalam rapat tanpa jeda hari ini. Dia sedang mempersiapkan acara penggalangan dana yang akan datang, kami memiliki beberapa donatur besar yang datang dari luar kota, dan..."

"Ini BENAR-BENAR DARURAT!" Suara Maya pecah. "Katakan padanya ini Maya, putrinya."

"Aku mengerti ini terasa mendesak, tapi aku takut Senator tidak bisa diganggu hari ini. Semua rapat ini sangat penting untuk kampanye, dan..."

"Apa kau bercanda?" Maya kehilangan seluruh kendalinya. "Aku ini PUTRINYA! Katakan padanya istrinya sudah gila dan membekukan semua rekeningku!"

Jeda lagi, lebih panjang dari sebelumnya. Ketika Rebecca bicara lagi, suaranya tidak sehangat tadi. "Nona Garcia, jika kau ingin meninggalkan pesan untuk Senator, aku dengan senang hati akan meneruskannya. Tapi jika tidak ada, aku harus kembali bekerja..."

Maya menutup telepon, dadanya naik turun karena marah dan panik.

Bahkan Rebecca, yang dulu selalu ingat ulang tahunnya, yang selalu bertanya soal sekolah, kini memperlakukannya seperti bukan siapa-siapa.

---

Bibi Catherine. Ia pasti mau membantu. Catherine selalu menjadi saingan Elena, selalu ingin menjadi bibi terbaik, paling baik hati, yang suka memanjakan Maya dan mengkritik "cara didik Elena yang terlalu ketat." Catherine pasti marah besar ketika tahu apa yang Elena lakukan.

"Garcia Industries, kantor Catherine. Ini Amanda."

"Aku harus berbicara dengan Bibi sekarang juga. Ini keponakannya, Maya."

"Oh, Maya! Senang sekali mendengar suaramu." Suara Amanda sangat manis sampai menyesakkan. "Sayangnya saat ini, ’Nyonya Catherine’ sedang dalam rapat darurat dengan dewan direksi. Laporan kuartalannya... mengkhawatirkan, jadi ia harus mengosongkan jadwalnya untuk menangani masalah mendesak."

"Ini lebih mendesak! Ibuku telah..."

"Aku yakin memang terasa begitu, sayang, tapi aku benar-benar tidak bisa mengganggunya. Para anggota dewan terbang dari Dannlo untuk rapat ini, dan..."

"Katakan padanya ini tentang Elena!" Suara Maya hampir menjerit. "Katakan padanya Elena sudah gila dan Bibi harus meneleponku sekarang juga!"

"Akan... akan kusampaikan pesannya," kata Amanda, meski nadanya jelas tidak menjanjikan apa-apa. "Tapi aku tidak bisa memastikan kapan beliau memiliki waktu unt—"

"Ini omong kosong!" Maya menepuk jarinya ke layar untuk mengakhiri panggilan.

Dalam keheningan yang menyusul, sebuah pikiran mengerikan muncul.

‘Bagaimana kalau mereka sebenarnya tidak sibuk?’

‘Bagaimana kalau mereka diperintahkan untuk tidak mengangkat teleponnya?’

‘Bagaimana kalau Ibu sudah menghubungi mereka duluan?’

‘Miles, dia pasti mau membantu, dia harus membantuku, kita sudah bersama selama dua tahun, dan jika ada seseorang yang akan mengerti, pasti dia.’

Maya menyetir ke country club dengan genggaman erat pada setir, pandangannya mulai berair karena marah dan putus asa.

~ ~ ~

Dia menemukan Miles dan gengnya di meja biasa mereka dengan gelas sampanye. Tyler, Evan, Connor, semuanya bersantai.

“Miles!” Maya bergegas menuju meja mereka, tidak peduli bahwa suaranya terlalu keras, “Syukurlah kau di sini. Aku perlu berbicara denganmu. Ini mendesak.”

Miles nyaris menoleh dari ponselnya. “Oh, hai sayang. Ada apa?”

“Ibuku sudah benar-benar gila.” Kata-katanya keluar begitu saja. “Dia membekukan semua rekeningku, memutus semua kartu-kartuku, semuanya. Gara-gara masalah bodoh dengan Max beberapa bulan lalu. Dia bereaksi berlebihan dan aku butuh….”

“Mmm.” Miles terus menggulir Instagram, menyukai foto-foto tanpa benar-benar melihatnya.

“Miles, kau mendengarkanku tidak? Aku butuh kau membantuku. Mungkin kau bisa berbicara dengan ayahmu, minta dia meminjamkan aku sedikit uang sampai semua ini selesai, atau mungkin…”

“Maya.” Miles akhirnya menatapnya, ekspresinya sedikit jengkel. “Sayang, orang tua selalu melakukan drama seperti itu. Ayahku membekukan kartuku bulan lalu ketika aku menabrakkan Maserati. Kartumu akan aktif lagi dalam beberapa hari.”

“Ini berbeda!” Suara Maya semakin tinggi, semakin panik. “Dia mengatakan aku harus minta maaf pada… orang itu. Seolah-olah aku benar-benar melakukan sesuatu yang salah!”

Tyler terkekeh. “Apa, Max? Yang dipermalukan di pestamu itu?”

“Oh Tuhan, itu lucu sekali,” tambah Connor, menyeringai. “Kau lihat wajahnya saat dia sadar bahwa semuanya palsu? Seperti anak anjing yang ditendang.”

“Klasik,” Evan setuju, mengangkat gelasnya seolah bersulang. “Untuk menempatkan orang pada posisi mereka.”

Maya merasakan campuran lega dan frustasi. Setidaknya mereka mengerti betapa menyedihkannya Max, tapi Miles masih tidak menganggap ini serius.

“Tepat sekali! Tapi Ibu bertingkah seolah-olah aku melakukan kejahatan.”

Miles mengangkat bahu, perhatiannya kembali ke ponsel. “Aku di pihakmu, sayang. Itu sebabnya aku katakan jangan khawatir. Apa yang akan dia lakukan, mencoret namamu? Ayolah. Orang tua selalu menyerah pada akhirnya.”

“Tapi bagaimana kalau dia tidak melakukannya?” Suara Maya pecah. “Bagaimana kalau dia benar-benar serius kali ini?”

“Kalau begitu kau akan bertahan beberapa minggu hidup ala rakyat jelata,” kata Tyler enteng. “Bisa jadi bagus untukmu. Membangun karakter atau semacamnya.”

“Dengar, sayang,” ujar Miles tanpa menatapnya, “kau terlalu berlebihan dengan hal sepele itu. Ini hanya drama orang tua biasa. Tunggu seminggu, belikan ibumu perhiasan mahal, dan semuanya kembali normal. Tidak serumit itu. Kau hanya lebay.”

Pengabaian seenak itu terasa jauh lebih menyakitkan karena berasal dari pacarnya sendiri. Ini bukan sekadar teman yang tak peduli—ini pacarnya selama dua tahun yang memperlakukan krisisnya seperti hal yang merepotkan.

“Kau seharusnya peduli padaku,” bisiknya.

“Aku peduli. Itu sebabnya aku tidak ikut panik.” Miles akhirnya menatapnya dengan serius, tapi ekspresinya lebih seperti meremehkan daripada menyayangi. “Kau akan menemukan solusinya, May. Kau selalu begitu.”

Connor sudah mulai bercerita tentang penaklukannya yang terbaru, yang lain tertawa, sepenuhnya mengabaikan kepanikan jelas di wajah Maya.

Dia berdiri di sana selama sepuluh menit lagi, menonton pacarnya menggulir media sosial sementara dirinya hancur, sebelum akhirnya ia pamit pelan.

Miles melambaikan tangan tanpa melihat. “Sampai nanti, sayang. Cobalah jangan terlalu stres.”

Tidak ada satupun dari mereka yang menyadari ia pergi.

---

Maya baru sampai ke mobilnya ketika akhirnya amarah itu meledak.

Dia menghantamkan tinjunya ke kap mobil, rasa sakit di buku jarinya hampir tidak terasa dibandingkan kemarahan yang membara.

“SIALAN!” teriaknya.

Dia menendang bemper, tumit miliknya meninggalkan sedikit penyok disana. “SIALAN KA—U, BU! SIALAN KAU DAN OMONG KOSONG GILAMU ITU!”

Tendangan lagi, lebih keras. “Dua puluh dua tahun! Dua puluh dua tahun aku menjadi putrimu yang sempurna dan kau membuang semuanya demi pecundang menyedihkan yang tidak bisa menerima lelucon!”

Suaranya makin keras, makin tak terkendali, tapi dia tidak peduli. Biarkan seluruh klub mendengarnya. Biarkan mereka tahu apa yang Elena Garcia lakukan pada darah dagingnya sendiri.

“Dia BUKAN SIAPA-SIAPA!” teriaknya ke langit, air mata mengalir deras. “Seorang anak beasiswa yang tidak tahu tempatnya! Dan kau memilih DIA daripada AKU?”

Dia meremas rambutnya, merusak gaya rambutnya yang sudah ditata rapi. “Kau sudah gila! Sudah pikun! Mungkin sedang mengalami krisis paruh baya yang menyedihkan dan melampiaskannya ke anakmu sendiri!”

Beberapa anggota klub lain mulai menatap kearahnya, tapi Maya sudah jauh melewati tahap peduli. Biar mereka melihat. Biar mereka berbisik. Mereka semua akan bersikap berbeda setelah Ayah memperbaiki semua ini.

“Kau mau bermain-main?” geramnya lalu meraih ponselnya. “Baik. Mari kita bermain. Tapi saat Ayah menceraikanmu dan memutus semua aksesmu, jangan datang menangis padaku!”

Dia melompat masuk ke kursi pengemudi dan melajukan mobilnya keluar dari area parki.

1
Rahmat BK
simple,tdk muter2
ELCAPO: jangan lupa like di setiap babnya dan juga jangan lupa vote terus cerita inii
total 1 replies
king polo
update
king polo
up
king polo
update Thor
july
up bro
july
update thor
Afifah Ghaliyati
update Thor
Afifah Ghaliyati
update
eva
up
eva
lebih banyak lagi thorr
Coffemilk
up
Coffemilk
update
sarjanahukum
👍👍
sarjanahukum
update
oppa
up
oppa
wohhh👍
queen
update thor
queen
update
eva
up
eva
up Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!