Pernikahan yang batal membuat Namira harus menikah dengan sepupunya. Untuk menjaga nama baik keluarganya dan juga pesantren Namira tidak punya pilihan lain.
Bian, yang merupakan sepupu Namira dan juga teman masa kecilnya harus mengikuti kemauan ibunya yang memang sangat menginginkan Namira sebagai calon menantunya sejak dulu.
Karena sudah lama tidak bertemu membuat pertemuan mereka sedikit canggung dan apalagi dihadapkan pada pernikahan. Tetapi bagaimanapun keduanya pernah menghabiskan waktu di masa kecil.
Namira dan Bian sama-sama memiliki pasangan di masa lalu. Bian memiliki kekasih yang tidak direstui oleh ibunya dan sementara Namira yang memiliki calon suami dan seharusnya menikah tetapi digantikan oleh Bian. Karena perzinaan yang dilakukan calon suaminya menjelang 1 hari pernikahannya.
Bagaimana Namira menjalani pernikahannya bersama Bian yang tidak dia cintai dan sebaliknya dengan Bian.
Jangan lupa untuk membaca dari bab 1 sampai bab akhir dan jangan suka menabung Bab....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15 Melihat Yang Tidak Biasa.
Jarum jam yang terus berputar yang ternyata Namira sudah tertidur di sofa yang sejak tadi menemani suaminya Bian yang fokus kerja.
Bian menoleh kearah Namira. Lagi-lagi Bian terus saja tersenyum tipis ketika melihat cantiknya istrinya itu. Hampir saja malam ini akan menjadi malam sejarah untuk mereka berdua karena Namira menyerahkan dirinya tetapi pasti bukan dari hati yang paling dalam melainkan hanya karena perintah dari Farah.
Bian yang tidak ingin memanfaatkan kesempatan yang lebih baik tidak melakukan hal itu dan hanya mementingkan bagaimana kenyamanan istrinya.
"Namira apa kamu sadar jika kamu tetap Namira yang dulu, Namira yang tidak pernah berubah sama yang tetap menjadi anak kecil, jujur dan apa adanya. Kamu tidak pernah ingin menjadi orang lain atau memaksakan diri kamu. Itu sifat yang dulu aku sukai dari kamu dan sampai sekarang aku menyukai hal itu," batin Bian yang terus saja mengeluarkan senyumnya.
Tidak tega melihat sang istri seperti itu membuat Bian menyudahi pekerjaannya dan langsung menggendong Namira ala bridal style yang berjalan menuju ranjang.
Sangat hati-hati sekali Bian membaringkan tubuh istrinya itu. Tetapi ternyata saat Bian ingin bangkit, dia mengalami kesulitan yang mana tubuhnya tidak memiliki keseimbangan yang jatuh pada tubuh Namira dengan wajah mereka berdua yang paling berdekatan dan bahkan hanya tinggal beberapa cm saja bibir itu hampir menempel yang membuat mata Bian melotot yang kesulitan menelan ludah.
Bian harus menahan diri dengan posisi yang sangat dekat itu yang membuatnya sebenarnya tidak mampu untuk menahan diri. Tetapi apa yang bisa dilakukan Bian. Dia sampai keringat dingin ketika semua itu benar-benar dia alami.
"Astagfirullah Bian," ucapnya yang berusaha untuk menahan diri dan cepat-cepat bangkit dari atas tubuh istrinya sebelum hasratnya timbul.
Bian beberapa kali menarik nafas panjang dan membuang perlahan ke depan yang lagi-lagi mencoba untuk menenangkan perasaannya yang hampir saja tergoda dengan istrinya.
"Bian kau harus benar-benar menjaga hati, jangan sampai kau melakukan hal yang sangat di benci Namira," batin Bian yang mencoba menenangkan diri dari godaan yang tak lain adalah istri sendiri.
Daripada terus mengoceh pada istrinya itu yang akhirnya membuat Bian menaiki ranjang yang berbaring di samping Namira. Masih tetap dengan perasaanmu yang tidak tenang yang naik turun dengan suara denyut jantungnya yang berdebar begitu kencang.
Bian yang kembali menoleh ke arah Namira yang tertidur begitu lelap yang membuat Bian tersenyum, menarik selimut untuk menyelimuti istrinya agar tertidur lelap.
****
Malam yang terlewatkan dengan sedikit drama dalam pernikahan Bian dan Namira yang hampir saja keduanya melakukan hubungan suami istri. Tetapi di cuaca pagi yang masih subuh. Namira dan Bian yang ternyata sama-sama melaksanakan sholat shubuh yang pasti diimami Bian.
Pasangan suami istri itu sholat dengan khusyuk sampai akhirnya keduanya mengucapkan salam dan kemudian berdoa.
Setelah itu Bian membalikkan tubuhnya yang tersenyum kepada Namira dengan Namira yang mencium lembut punggung tangan suaminya itu.
Namira dan Bian layaknya pasangan suami istri yang sesungguhnya yang memang tidak ada canggung sama sekali yang mungkin hanya Bian yang beberapa kali sempat deg-degan dan sementara Namira hanya terlihat santai saja.
"Kak Bian. Maaf, Namira tadi bangunnya sangat lama yang akhirnya Kak Bian harus repot-repot mau bangunin Namira," ucap Namira yang merasa tidak enak kepada Bian.
"Tidak apa-apa Namira. Dari pada saya menunggu kamu bangun yang ada sholat akan berakhirnya itu lebih baik dibangunkan," hack Bian.
"Tetapi kak Bian tidak merasa direpotkan bukan?" tanya Namira yang membuat Bian menggelengkan kepala yang memang tidak pernah merasa repot.
"Kalau begitu. Namira mau turun dulu, Namira meminjamkan sarapan dulu untuk Kakak," ucap Namira yang membuat Bian melakukan kepala yang terserah saja apa yang ingin dilakukan istrinya itu selanjutnya.
****
Bian yang berada di kantor yang sangat sibuk dengan pekerjaannya dengan mendatangi beberapa berkas.
Tok-tok-tok.
"Masuk!" sahut Bian tanpa menoleh ke arah pintu.
Bian hanya mendengar suara langkah kaki sampai akhirnya tidak terdengar lagi yang membuat kepalanya perlahan terangkat dan ternyata orang tersebut adalah Angel yang sudah berdiri di depannya yang pasti membuat Bian kaget dengan kesulitan menelan ludah.
"Angela...." lirih Bian.
"Aku terpaksa datang karena kamu tidak bisa dihubungi," ucap Angela.
"Kenapa mencariku?" tanya Bian.
"Banyak alasannya dan aku tidak menyangka jika kamu benar-benar sudah menikah," ucap Angela.
"Bukankah aku sudah memberitahu kamu bahwa aku memang sudah menikah," jawab Bian.
"Tapi apa ini adil untukku dan sementara kita berdua...."
"Kita sudah tidak ada hubungan apa-apa dan bukankah sebelumnya kita juga sudah mengakhiri hubungan kita. Angela kita mengakhiri hubungan kita secara baik-baik dan sekarang aku sudah menikah," ucap Bian dengan lembut tetapi dari nada suaranya terdengar ada penekanan.
"Kamu kenapa menikah dengan Namira?"
"Hanya untuk menghindari hubungan kita?"
"Kamu takut semakin jauh kita berhubungan?" tanyanya
Bian menarik nafas panjang dan membuang perlahan kedepan yang kemudian berdiri dari tempat duduknya yang keluar dari area meja kerja itu yang sekarang sudah berhadapan dengan Angela.
"Hubungan kita sudah sampai selesai sebelum aku menikah dengan Namira. Kita berdua bahkan sepakat untuk menghadiri hubungan ini bersama-sama," ucap Bian.
"Aku tahu, ini menjadi pilihan kita berdua karena Mama kamu tidak menyukaiku menjalin hubungan dengan kamu. Tetapi aku pikir kita hanya berpisah sementara yang mana kamu akan fokus untuk mencari cara agar hubungan kita berlanjut. Tapi bukan dengan kamu harus menikahi wanita lain yang hanya membuat hubungan kita berdua sama sekali menjadi seperti ini," ucap Angel yang dari perkataannya tampak sama sekali tidak menginginkan adanya putus dalam hubungan mereka.
"Maaf Angel! tapi semuanya sudah menjadi keputusan dan aku juga sudah tidak ingin berdebat dengan Mama karena permasalahan hubungan kita berdua. Aku juga sudah terlanjur menikah dan bagaimanapun aku sudah menikah," ucap Bian dengan penuh penegasan.
"Angela kita sama-sama dewasa dan sebaiknya kita akhiri semuanya dan memulai untuk hidup yang baru. Aku sudah menikah dan kamu juga memiliki hak untuk hidup bersama pilihan kamu," ucap Bian penuh dengan penegasan yang sudah tidak menginginkan hubungan apapun lagi dengan Angela.
"Keluarlah Angela, aku masih banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan," ucap Bian yang justru membuat Angela memeluk Bian.
"Aku pikir aku bisa melupakan kamu dan ternyata aku tidak bisa Bian. Aku pikir setelah kita berdua membangun jarak diantara kita dan maka semuanya akan berakhir dan ternyata aku tidak mampu," ucap Angela yang terus memeluk tanpa dibalas oleh Bian.
"Angela aku mohon jangan seperti ini, aku sudah memiliki istri," tegas Bian yang berusaha untuk melepaskan tetapi Angela memeluk semakin erat yang mungkin tidak menerima jika orang yang dia cintai harus membangun keluarga dengan wanita lain.
Ceklek.
Pintu ruangan Bian yang terbuka tiba-tiba merah Bian menoleh ke belakang ternyata itu adalah Namira. Namira kaget melihat suaminya berpelukan dengan wanita lain di dalam ruang kerja Bian.
Ketika menyadari kehadiran istrinya yang membuat Bian buru-buru melepaskan pelukan itu yang pasti tidak ingin menyakiti perasaan Namira.
Bersambung....
duhh zahra jgn sampe gagal ya petnikahanmu ilham pria baik dan ga bakal mengungkit kisahmu yg telah di perkosa si ferdi