Jeha, pria tampan dengan ambisi besar, menjebak Anne, CEO cantik dalam cinta satu malam hingga akhirnya keduanya menikah. Setelah Anne lumpuh akibat kecelakaan, Jeha mengambil alih kekuasaan dan berubah menjadi pria arogan yang menghancurkan hidup Anne.
Sementara itu, Reu adalah pelayan restoran miskin dengan hidup terbelit hutang. Ketika Jeha bertemu Reu dan menyadari kemiripan wajah mereka, dia menawarkan kesepakatan. Reu harus menjadi Jeha selama 2 tahun, dan semua hutangnya akan lunas.
Akankah Reu berhasil menjalankan peran ini? Dan apa yang akan terjadi pada hidup Jeha dan Anne?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noveria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
Anne yang mendengar suara lantang pria pengganti suaminya memberikan pengumuman tentang makanan gratis mewah, tersenyum kecil.
“Ada apa?” tanya Anne, sambil menarik tangan Reu agar lebih dekat dengannya. “Aku berjanji akan mengajak mereka makan di restoran, kira-kira tempat mana ya?” Reu melihat layar ponselnya, mencari beberapa referensi restoran yang cocok untuk anak-anak. Anne menanggapi itu dengan senyum.
“Bukankah kita memiliki restoran?” sahut Anne. Reu menoleh ke arah Anne dengan senyum canggung.
“Benar juga, kita kan orang kaya,” balas Reu sambil tertawa kecil.
'Astaga, aku lupa kalau dia orang kaya,' pikir Reu.
Dia lupa menyadari bahwa orang sekaya keluarga Jeha pasti memiliki restoran pribadi yang megah. Reu kemudian menelepon Sylvester untuk bersiap, karena mereka akan kembali ke mobil.
Setiba di restoran mewah milik keluarga Anne, semua anak terlihat takjub dengan fasilitas yang dimiliki restoran tersebut. Reu dan Ayahnya Nathan terkejut ketika pintu restoran terbuka, menunjukkan interior yang mewah dan dirancang khusus untuk anak-anak. Di dalam restoran, terdapat berbagai permainan yang membuat anak-anak berlarian dengan gembira, seperti trampolin, kolam bola, dan arena bermain interaktif. Bahkan ada juga kereta mini yang bisa dinaiki oleh anak-anak, serta ruang baca yang penuh dengan buku cerita bergambar. Seolah-olah mereka sedang makan di ruang petualangan yang menyenangkan.
“Kamu hebat juga, Bro!” Ayahnya Nathan menepuk pundak kiri Reu, yang masih terkejut dengan apa yang dilihatnya. Suara teriakan anak-anak bermain menggema di dalam ruangan. Anne meminta semua pelayan restoran untuk melayani tamu-tamunya dengan baik. Makanan mewah dan lezat disajikan di semua meja restoran, dan anak-anak makan dengan lahap.
“Hei Lyox, mari kita berteman,” ucap Nathan, mencoba mendekati Lyox. Lyox tersenyum dengan mulut penuh kue. “Benar, nak. Kau harus berteman dengan Lyox. Jika Ayah tahu kamu bertengkar dengannya, Ayah akan marah,” sahut Ayahnya Nathan, memberikan peringatan kepada Nathan.
Di meja lainnya, Anne sedang menikmati dessert kesukaannya, yaitu kue creme brulee dengan topping buah segar. Dia menikmati setiap gigitan dengan senyum puas, sementara Reu duduk di sebelahnya, mengamati cara Anne makan. “Apa yang kamu lihat?” tanya Anne lirih, kemudian menundukkan kepalanya.
“Aku senang kamu menikmati hari ini,” jawab Reu, sambil mengelap cream di sudut bibir Anne dengan lembut.
“Kapan kamu akan pergi ke Singapura?” Anne mengangkat kepalanya, menatap Reu dengan rasa takut kehilangan. Reu mengambil sendok kecil di piring, menyuapi Anne kue.
“Besok,” jawab Reu singkat, mencoba menyembunyikan kekhawatiran di dalam hatinya.
“Kamu pasti pulang, kan?” Anne memastikan hal itu berulang kali, mencari kepastian dari Reu. Reu tersenyum dan mengangguk, meskipun di hatinya ada rasa khawatir jika Jeha tiba-tiba kembali tanpa memberitahunya.
Setelah bersenang-senang seharian, mereka pulang ke rumah. Meskipun Lyox mendapatkan kekalahan, namun dia terlihat ceria berkat Reu. Bella berdiri dengan berkacak pinggang di salah satu anak tangga, menatap kehadiran Reu dan Anne dengan senyum sinis.
“Wah, hebat sekali tuan putri sekarang ada kemajuan. Kamu tidak malu lagi dengan kursi rodamu,” ujar Bella, menuruni anak tangga menuju ke arah Anne dan Reu.
'Astaga, kenapa nenek sihir itu selalu datang di saat orang lain sedang berbahagia, sih,' Reu menggumam kesal dengan suara lirih. Anne menahan senyum mendengar ucapan Reu yang terdengar olehnya.
“Jeha, apa kamu lupa tentang hari ini?” ucap Bella mendekat, dia meraba ke dada Reu dengan tangannya. Reu dengan cepat langsung menyingkirkan tangan itu.
“Aku tidak ingat apapun, hari ini kami lelah dan akan masuk ke kamar. Kamu bisa memberitahukan pada suamimu tentang hari penting ini,” balas Reu, kemudian membopong tubuh Anne menaiki setiap anak tangga menuju kamar, meninggalkan Bella yang terlihat kesal dengan respons Reu.
“Kamu tidak tergoda dengan dia?” Anne bertanya sambil terus menatap wajah Reu di atasnya. Reu hanya diam, membuka pintu kamar Anne kemudian menaruh tubuh Anne di atas tempat tidur. “Haruskah aku tergoda?” Reu menjawab pertanyaan itu dengan pertanyaan lain, mencoba menghindari perdebatan.
“Apa kamu memang seperti ini?” Anne menarik tangan Reu, membuat Reu menimpa tubuh Anne di atas tempat tidur. Reu dengan cepat langsung mengangkat tubuhnya dan menghindar, merasa sedikit gugup saat menyentuh Anne. “Aku akan kembali ke kamar,” ucap Reu dengan raut wajah yang salah tingkah.
“Kita bisa mengobrol sebentar di sini, bukankah kamu besok akan pergi?” Anne mencoba mencari cara untuk menahan Reu tetap di kamarnya. Reu kembali mendekat dan duduk di samping Anne. Anne menyandarkan kepalanya di bahu kiri Reu dan menggenggam tangan Reu dengan erat.
Reu dapat mendengar degup jantung Anne yang berdebar ketika keduanya bersentuhan. Anne tanpa kalimat yang keluar, menikmati kehangatan bahu Reu. “Jika suatu saat aku pergi, apakah kamu akan mencari ku?” Dengan suara lirih, Reu menanyakan hal yang membuatnya selalu khawatir.
“Dengan kursi roda ini, sejauh mana aku bisa mencarimu,” jawab Anne, mencoba mengalihkan perhatian dari pertanyaan Reu yang membuatnya sedih. Dia mengangkat kepalanya dan menatap wajah Reu dengan menahan air mata yang sudah berada di pelupuk. Reu mengusap air mata itu sebelum benar-benar terjatuh di pipi. Reu mencium bibir Anne dengan lembut. Kemudian, dia melihat cincin yang melingkar di jari Anne. Menyadarkannya jika Anne bukanlah miliknya.
“Maafkan aku,” ucap Reu kemudian mencium tangan Anne dan bangkit dari tempat tidur. Reu melepaskan tangan Anne, kemudian berjalan keluar kamar, meninggalkan Anne yang terisak diam-diam. Keduanya saling menahan kesakitan yang sama karena tahu tidak bisa saling memiliki. Air mata tak berhenti turun dari pipi Anne, ketika dia menyadari telah benar-benar jatuh cinta pada pria pengganti suaminya. Namun, ikatan pernikahan itu masih melingkar di jari manisnya. Suaminya bisa kembali kapanpun, dan Reu bisa menghilang kapanpun juga.
Di balik pintu kamar, Reu memikirkan sekali lagi sebelum dia pergi ingin mengatakan kejujuran jika dirinya bukanlah Jeha. Namun, rasa takutnya kehilangan Anne lebih besar dari kejujuran yang akan dia katakan. Reu sudah terlanjur menyayangi Anne dan Lyox. Takut jika kejujuran ini membuat Anne membenci dirinya.
“Apa harus pergi diam-diam tanpa mengatakan hal itu?” Reu bertanya pada dirinya sendiri, merasa terjebak dalam dilema. “Ya Tuhan, sungguh aku sangat mencintai dia. Aku tidak ingin membuat hidupnya semakin aku balut dengan kebohongan,” gumam Reu, mencoba menimbang-nimbang keputusan yang akan dia ambil. Dalam hati Reu, ada pertarungan antara kejujuran dan keinginan untuk tetap bersama Anne dan Lyox di sisa waktu perjanjiannya dengan Jeha.
kan biasanya suara tidak ada yang mirip