Niat hati ingin mengugurkan kandungannya, malah bertemu ayah janin yang ia kandung. Lusi Caisa Vanholand, CEO wanita muda yang menghabiskan malam dengan Gasan Samiel Pedros seorang dokter spesialis kandungan dan anak namun memilih tidak ingin mempertahankan hasil benih semalam yang mereka lakukan. Bagaimana Gasan memperlakukan pasiennya itu? Apakah dia mampu memaksa Lusi untuk mempertahankan calon anak mereka? Bagaimana sikap Lusi dengan pemaksaan yang akan dilakukan Gasan padanya? Dukung novel ini agar mendapatkan retensi terbaik dan masuk menjadi novel pilihan pembaca! Terima Kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariRani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PRIA BERBAJU HITAM
Gasan dan Lusi saling tatap.
Wajah Lusi sudah sembab dengan sisa air matanya.
Gasan tersenyum lalu tangannya terangkat untuk membantu menyeka air mata itu.
Lusi tidak menolak.
"Mungkin ada 1000 wanita hamil yang sudah aku periksa dan tangani, dari mereka kebanyakan memang menjadi lebih sensitif dan pemarah pada suami suami mereka. Jadi, aku cukup ahli menangani wanita hamil seperti mu" ujar Gasan lembut.
"Tapi wanita ini yang paling unik. Sangat emosional dan hampir saja sulit kuatasi. Apa karena kamu mengandung anakku ya jadi emosinya sampek nusuk ke hati?" batinnya yang tidak terucap.
Gasan benar benar hampir saja ikut mengamuk tadi dan menggunakan nada tingginya. Tapi saat melihat air mata Lusi, dirinya tidak tega dan memilih memeluk wanita itu.
Ternyata pelukannya itu berhasil menenangkan singa ngamuk 🫣🤣
Kriiingg..Kriing..
Ponsel Lusi berbunyi. Ia langsung mengambil ponsel dari tasnya.
"Hai, pi" sapanya.
"Halo, anak papi. Kenapa belum pulang? Lembur lagi?" tanya Jugos.
"Tidak pi, lagi main sama temen. Kenapa papi menelepon ku? Sudah rindu ya" jawab Lusi dengan lembut membuat Gasan terheran heran.
"Wanita ini juga bisa berbicara lembut dengan orang tapi denganku sangat ketus dan kasar" batin pria itu.
"Haha iyaa sayaang..papi sangat rindu denganmu karena setiap hari banya bisa bertemu beberapa menit di meja makan" sahut Jugos.
"Papi menelpon mu karena ingin minta maaf jika permintaan papi tadi siang menganggumu. Tidak usah dipikirkan, papi tidak terlalu menginginkan saham itu lagi jika harus mengorbankan kebahagiaanmu" lanjut Jugos membuat Lusi merasa tidak enak.
Lusi berjalan menjauh dari Gasan ketika melihat pria itu terlihat mendengarkan percakapannya.
"Aku ingin mewujudkan keinginan papi" ucap Lusi dan membuat Jugos tak bisa berkata kata lagi karena dari lubuk hatinya sedang merasakan 2 perasaan yang berbeda.
Antara senang dan sedih.
"Apakah kamu serius sayang? Papi beneran tidak apa apa jika tidak membeli saham itu. Jangan paksakan dirimu untuk mencintai pria yang tidak kamu inginkan" sahut Jugos.
"Aku mencintaimu Papi dan mungkin dengan membantu papi mendapatkan 20% saham rumah sakit yang papi inginkan dapat menjadikan aku anak berbakti" ujar Lusi.
Jugos yang berada diruang kerjanya sampai meneteskan air mata. Putrinya memang luar biasa.
"Papi sangat sangat mencintaimu sayang..." ucap Jugos.
"Aku juga sangat mencintai papi" sahut Lusi.
Lalu panggilan ditutup dengan saling melempar kiss antara anak dan ayahnya.
Lalu Lusi memasukkan lagi ponselnya di tas dan berjalan menghampiri Gasan kembali.
"Baiklah, Dokter Gasan. Aku akan mengatakan keputusanku kembali kepadamu mengenai kandungan ini dengan lebih baik tanpa amarah" ujar Lusi lebih tenang dari tadi.
"Ya katakan" ucap Gasan.
"Aku akan menggugurkan kandungan ini karena aku akan menikahi pria lain. Aku tidak bisa membuatnya bertanggung jawab dengan anak yang bukan miliknya" jelas Lusi.
Gasan terlihat biasa saja, pria ini tidak kaget ataupun marah mendengarnya.
"Apa pria itu mau menerimamu saat tau jika kamu tega membunuh calon anakmu sendiri? Dia pasti berfikiran bahwa kamu bukan calon ibu yang baik untuk anak anaknya karena tega melakukan itu" pancing Gasan membuat Lusi baru menyadari dampak itu.
"Hmmm..apa yang kamu katakan memang benar. Tapi aku tetap tidak bisa membuat pria yang menikahi terpaksa menerima anak yang bukan anaknya. Lagipula, hal ini akan memperburuk nama baik keluargaku dengan menikahkan putrinya yang sedang hamil dengan pria lain" sahut Lusi.
Gasan menghela nafas panjang.
"Aku tidak akan memaksamu lagi untuk mempertahankan kandungan ini. Kuharap kamu bahagia dengan keputusanmu" ujarnya.
"Kenapa dia bisa setenang ini? Kenapa dia tega membiarkan aku menggugurkan bayinya? Kembar lagi" batin Lusi yang ingin mengerti arti sikap cuek dari dokter kandungannya itu.
"Pulanglah. Hari sudah malam" lanjut pria itu lalu berjalan meninggalkan Lusi di parkiran.
Lusi melihat punggung Gasan menjauh darinya dengan perasaan aneh.
"Perasaan apa ini? Apakah aku berharap dia akan memaksaku untuk mempertahankan kandungan ini? Apakah aku berharap dia akan memperjuangkan ku dan bayi bayi ini?" batinnya.
Lagi lagi perasaan sensitif kembali merasukinya. Air mata dengan mudahnya menetes di pipi.
Dengan cepat ia menyeka air mata itu dan beranjak pergi juga menuju mobilnya, tidak lupa ia mengambil topinya yang terjatuh tadi.
Gasan terlihat sedang berbicara dengan seseorang di dekat motornya.
"Bos! Ini videonya. Aku sudah mendapatkan rekaman antara kalian berdua" ucap seorang pria berpakaian serba hitam dengan topi hitam juga sambil menyerahkan ponsel.
"Kerja bagus! Terima kasih! Bayarannya akan ku tf saat sudah dirumah ya" sahut Gasan.
"Beres, Bos. Pasti tidak akan mengecewakan mu videonya" ujar pria dihadapannya.
Lalu Gasan pergi dari rumah sakit menggunakan motor menuju rumah.
"Kamu tidak akan bisa lepas dariku sebelum memberikan anak anakku" batin Gasan sambil tersenyum menyeringai penuh kepuasan.
"Aku tidak mengira akan memiliki anak kembar dari wanita angkuh, sombong, dan keras kepala itu" lanjutnya dalam hati.
Mengingat wajah dan sikap Lusi, Gasan sampai terheran heran dengan wanita itu. Tidak ada baik baiknya saat berada didepannya padahal banyak wanita berebut mendekatinya.
Saat Lusi sampai rumah, ia sudah disambut Jugos dan memeluk putrinya.
"Selamat datang sayang.." sapa pria itu.
"Malam papi..tumbenan menungguku disini dan langsung memelukku" sahut Lusi.
"Karena papi ingin membawamu ke ruang kerja untuk berbicara diskusi denganmu sebelum ibumu tau" ujar Jugos sambil membawa putrinya masuk rumah dan langsung menuju ruang kerja.
Lusi duduk di samping Jugos.
"Bagaimana tender hari ini berhasil?" tanya Jugos memulai percakapan.
"Berhasil dong Pi. Aku mendapatkan tender besar lagi" jawab Lusi bahagia.
"Memang putri papi terhebat. Papi sangat bangga pada mu sayang" sahut Jugos sambil memegang kedua tangan putrinya.
Lalu raut wajah bahagia pria itu berubah menjadi terlihat menyesal dan sendu.
"Kamu beneran serius mau menikah dengan pria yang belum kamu kenal?" tanya Jugos kemudian.
"Tidak masalah dia tidak aku kenal sekarang, nanti ya juga akan kenal" jawab Lusi.
"Lebih baik menikahi pria dari keluarga jelas seperti keluarga pemilik rumah sakit Internasional Madrid daripada terpaksa menikah dengan pria bayaran yang menjadi dokter gadungan itu" batinnya.
"Baiklah jika kamu sudah setuju, besok pagi aku akan menelepon Ollar untuk melanjutkan penawaran bisnisnya, jika besok pagi kamu berubah pikiran, sampaikan ke papi" ujar Jugos.
"Iya papi ku sayang" sahut Lusi dengan senyuman di bibirnya.
Entah apa yang wanita ini pikirkan saat ini tapi setelah melihat wajah ayahnya, hatinya semakin mantap untuk menggugurkan kandungan.
Lalu ayah dan anak itu saling memeluk untuk mengucapkan selamat malam.
Lusi pun kembali ke kamarnya. Ia langsung masuk kamar mandi untuk berendam dan merileksakan diri.
Besok adalah hari Sabtu, ia bisa mencari klinik kandungan yang bisa melalukan aborsi secara legal dan dengan dokter terbaik. Meskipun ia ingin menggugurkan kandungannya, tapi Lusi juga memperhatikan kondisinya. Tidak mungkin asal memilih dokter hingga membahayakan dirinya sendiri.
"Maafkan aku..maaf aku karena belum siap menerima kalian ada disini" ucap Lusi sambil mengelus perutnya dibawah air saat berendam di bathup.
Tak terasa air matanya turun.
"Kenapa aku jadi cengeng seperti ini sejak hamil! Huhu aku sangat sensitif" gumamnya sambil menyeka air mata.
"Aku memang wanita kejam" lanjutnya lagi.
Ada rasa bersalah saat melihat perutnya yang sedikit membuncit itu.
"Seharusnya tadi aku tidak berubah pikiran untuk mempertahankan kandunganku. Tapi melihat sikap pria bayaran itu, aku jadi tidak yakin dia akan menjadi ayah yang baik untuk mereka. Gara gara wanita wanita penggoda itu aku sangat kesal dengan respon Gasan kepadaku! Bisa bisanya dia mengakui ku sebagai ibu dari anaknya padahal belum tau apa yang kuinginkan dengan kandungan ini" omel Lusi semakin menjadi jadi dengan dirinya sendiri.
Tak ingin lama lama melihat perutnya yang polos, Lusi segera beranjak dari bathup dan membersihkan dirinya dibawah shower.
Setelah selesai mandi, Lusi keluar kamar mandi langsung menuju walk in closetnya.
Wanita itu memilih pakaian tidur berbahan satin untuk bisa nyaman tidurnya malam ini.
semangat update nya hehhehehe....