NovelToon NovelToon
Aurora

Aurora

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: widyaas

Apa yang kita lihat, belum tentu itulah yang sebenarnya terjadi. Semua keceriaan Aurora hanya untuk menutupi lukanya. Dia dipaksa tumbuh menjadi gadis kuat. Bahkan ketika ayahnya menjual dirinya pada seorang pria untuk melunasi hutang-hutang keluarga pun, Aurora hanya bisa tersenyum.

Dia tersenyum untuk menutupi luka yang semakin menganga. Memangnya, apa yang bisa Aurora lakukan selain menerima semuanya?

"Jika kamu terluka, maka akulah yang akan menjadi obat untuk lukamu." —Skala Bramasta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Akibat pertanyaan polos Aurora, Skala merasa malu. Demi apapun, dia tidak pernah se malu ini. Padahal pertanyaan Aurora terkesan tidak tau dan polos, harusnya dia tidak perlu memikirkannya. Kecuali kalau Aurora paham dan gadis itu mengatakannya secara blak-blakan. Andai Aurora benar-benar paham, mau ditaruh di mana wajah tampannya ini?

Setelah mandi dan membersihkan diri, Skala segera masuk ke ruang kerja dan bersantai di balkon yang ada di sana, ditemani secangkir coklat panas. Berada di dekat Aurora membuatnya malu, biarlah seperti ini dulu untuk sementara.

Ponselnya berdering tanda panggilan masuk. Melihat nama sang ayah yang tertera di sana, tanpa menunggu lama Skala menjawab telepon tersebut.

"Daddy sudah mendapatkan informasi yang lain."

"Haruskah aku ke mansion?"

"Tidak perlu. Daddy tau kamu pasti lelah. Ingat Skala, jangan terlalu terburu-buru. Sifat mu yang nekat seperti ini bisa membuat mereka mengetahuinya."

"Baiklah. Terimakasih atas bantuanmu. Simpan buktinya dengan baik. Besok, aku akan ke sana."

"Ya, ingat pesan Daddy."

"Hm."

Tut

Skala menyesap coklat panasnya dengan pelan. Perlahan bibirnya menyunggingkan senyum miring. Namun, senyumnya tak bertahan lama karena dia mendengar suara Aurora.

"Skala, Black hilang!" Nafas Aurora memburu karena sedari tadi berlarian mencari keberadaan kucing hitam nya.

Skala langsung beranjak menghampiri istrinya. "Sudah dicari?" tanya seraya mengelus punggung Aurora agar gadis itu bisa lebih tenang.

"Sudah, tapi tidak ada. Warnanya yang hitam membuat kami kesusahan mencari." Aurora menghela nafas kasar.

"Ayo."

Mereka berjalan ke luar. Di sana sudah ada beberapa pelayan yang ikut mencari.

"Tadi dia sedang bermain dengan White. Aku tinggal sebentar mengambil snack, tiba-tiba sudah tidak ada," jelas Aurora. Kedua kucing itu sangat Aurora sayangi. Jadi, kalau satunya hilang, dia pasti khawatir.

"Tenang, kita cari sekarang." Skala memanggil beberapa penjaga untuk membantu mereka.

Hanya seekor kucing, tapi kedudukannya seperti majikan.

"Kamu sudah cari ke kamar?" Skala menoleh ke arah pintu kamar yang sedikit terbuka.

Aurora menegakkan tubuhnya. "Belum." Ia langsung berlari kecil menuju kamar mereka. Sedangkan Skala mengikuti di belakang.

"Black!" Aurora mempercepat langkahnya ketika dia menangkap seekor Black yang berdiri di pagar pembatas balkon.

"Meong~"

"Kamu ini! Aku cari-cari dari tadi!" kesal Aurora pada kucingnya. Dia memeluk Black dengan erat membuat kucing itu memberontak dan mengeong keras, hingga akhirnya...

"Aww!"

Aurora langsung melepaskan Black dan membiarkan kucing itu berlari ke luar kamar. Skala yang mendengar teriakan istrinya pun mempercepat langkahnya. Dia melihat Aurora memegangi lengannya.

"Kenapa?" tanya pria itu khawatir. Dia menarik lengan Aurora. Bisa dia lihat di sana ada luka cakar yang sedikit mengeluarkan darah. Kulit putih bersih Aurora jadi sedikit merah karena ulah kucing itu.

Skala menuntun Aurora agar duduk di pinggiran ranjang, lalu dia mencari kota P3K dan mengobati luka cakar tersebut.

"Ini tidak apa-apa. Tidak terlalu sakit," ucap Aurora.

"Diam."

Skala menempelkan plaster luka sebagai sentuhan terakhir.

"Jangan pegang-pegang kucing lagi. Mereka sudah besar, cakarnya bisa menyakitimu. Mengerti?" Matanya menatap datar Aurora, menunjukkan betapa kesalnya dia meskipun tidak terlihat.

"Tapi, kan..."

"Jangan pegang atau aku akan membuang mereka?"

Aurora menunduk. "Baiklah..."

Skala menepuk-nepuk puncak kepala Aurora sebelum keluar dari kamar. Sedangkan Aurora hanya diam menatap lukanya. Padahal tidak terlalu sakit, kenapa Skala begitu berlebihan?

"Awasi kucing itu, jangan sampai mereka keluar lagi," ujar Skala pada para pelayan.

"Kalian boleh kembali," lanjutnya pada penjaga.

"Baik, Tuan," jawab mereka semua.

Setelah itu, Skala kembali menghampiri Aurora. Gadis itu tengkurap di atas kasur sembari memainkan game di tablet yang Skala berikan. Sebenarnya Aurora juga memiliki ponsel mewah, tapi dia hanya menggunakannya untuk menghubungi Skala. Karena di sana hanya ada kontak Skala. Kalau ingin bermain game, dia akan memakai tablet.

"Lima hari lagi ada pesta. Kamu mau ikut atau tidak?"

Aurora tersentak kecil karena suara Skala yang mengejutkannya. Sedetik kemudian dia beranjak duduk.

"Pesta? Di sana banyak orang?" tanya Aurora.

Skala mengangguk dengan sabar. Yang namanya pesta, bukankah pasti banyak orang?

"Aku..." Aurora terlihat ragu. Sebab itu Skala langsung menyahut.

"Pesta nya bukan di sini, melainkan di London."

"Heuh?" Aurora menggaruk pipinya. "Jauh sekali."

"Kalau kamu tidak ingin ikut, maka aku tidak akan datang ke sana."

"Kenapa begitu? Itu pesta teman kamu atau yang lain?"

Skala terdiam beberapa detik. "Jadi, kamu mau ikut atau tidak?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.

Aurora berfikir sejenak sebelum menjawab. Kalau dia tidak ikut, Skala tidak akan datang, dan kalau Skala tidak datang, bukankah suaminya akan jadi bahan omongan? Skala adalah seorang CEO, dia harus datang. Iya kan?

"Mau," jawab Aurora singkat.

"Kalau begitu, besok sore kita berangkat ke London."

"Hah? Bukannya katamu 5 hari lagi?" Aurora kebingungan.

"Perjalanannya jauh, kalau berangkat satu hari sebelum acara, kita akan kelelahan," jelas Skala.

Aurora mengangguk pelan. "Benar juga," gumamnya.

Skala tersenyum puas ketika mendengar gumaman Aurora. "Kita kemas pakaiannya dari sekarang. Cukup satu koper saja."

Aurora mengangguk patuh. Dia pun mengikuti Skala yang berjalan menuju ruang pakaian.

"Apakah aku harus membawa gaun mewah?" tanya Aurora. Dia membuka lemari dan melihat pakaiannya.

"Tidak perlu. Bawa baju biasa, gaunnya kita beli di sana."

"Baiklah." Aurora mengambil beberapa pakaian lalu dia masukkan ke dalam koper, begitupun dengan Skala.

Untuk skincare dan lain-lain akan Aurora masukkan ke tas kecil nanti.

"Ada lagi?" Skala bertanya.

"Tidak ada. Sudah cukup." Aurora membantu Skala menutup koper tersebut. Setelah selesai mereka keluar dari sana.

Aurora tidak mengerti kalau Skala mengajaknya berlibur ke London. Lima hari masih lama, harusnya mereka berangkat dua hari sebelum acara. Tapi, pad dasarnya tujuan Skala adalah ingin mengajak Aurora berlibur. Dia ingin merasakan hidup berdua dengan gadis itu. Bahkan dia sudah menyewa sebuah penginapan mewah di sana. Skala benar-benar merencanakan semuanya dengan baik.

****

"Ceraikan dia!"

Aurora langsung bersembunyi di belakang tubuh Skala ketika Evanda menunjuknya dengan marah. Sedangkan di samping Evanda ada Evelyn yang memasang wajah sedihnya.

Selalu begini, ketika berhadapan dengan ibu mertuanya, Aurora selalu takut. Dia tidak berani melawan wanita itu, karena dia berfikir, kalau dia melawan, maka Evanda akan semakin membencinya. Anggap saja ini pencitraan.

Skala memijat pelipisnya. Dia tidak menyangka jika mommy nya akan datang sepagi ini.

"Mom—"

"Dia sudah mengatai Evelyn, Skala! Kalau kamu tidak percaya, cek CCTV rumahmu!" sela Evanda.

Aurora tidak membela diri, karena itu memang benar adanya.

Skala melirik Aurora yang ada di belakangnya. Lalu dia kembali menatap kedua wanita yang ada di depannya.

"Apa yang Mommy inginkan?" tanyanya.

"Ceraikan dia!" jawab Evanda tanpa ragu. Sedangkan Evelyn diam-diam menahan senyum.

"Tidak bisa." Skala menatap datar mommy nya. "Aku tau Aurora melakukan hal itu, Mommy. Tapi, aku juga tau alasan dia kenapa bisa sampai mengatai perempuan ini," imbuhnya.

Evelyn jelas tidak terima. "Jadi, kamu menuduh ku berbuat hal yang tidak-tidak? Skala, hatiku sakit saat dia mengatai aku sampah!"

"Dengar? Kamu dengar sendiri, kan, Skala?! Dia mengatai Evelyn sampah!" sahut Evanda.

"Kalau Aurora terbukti benar, apa aku harus membuat permintaan seperti apa yang Mommy lakukan?" Sebelah alis Skala terangkat.

"Tentu! Apa yang kamu inginkan?" balas Evanda. Dia begitu yakin jika Aurora memang salah.

"Mommy, aku—"

"Tidak apa-apa, Sayang. Mommy percaya padamu," sela Evanda seraya mengelus lengan Evelyn.

"Baiklah. Kita lihat rekaman CCTV sekarang."

bersambung...

1
레이디핏
Happy happy yh kalian bedua sebelum ada rawr nyaaaa🤏🏻
Nabila
lanjut
minsugaa
luar biasa
neur
keren KK 😎👍❤☕👌
lanjuuuut
dyarryy: makasih kak❤‍🔥
total 1 replies
레이디핏
Aaaaaa Rora bahagia dehhh, ternyata kamu orang besar jugaaa🤏🏻
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣untung besar skala kalai ini 🤭🤭🤭🤭
레이디핏
Eaaaaa ang angggg yuk bisa yukkk keluarkan romance nyeeee😍😘
vj'z tri
yang lain antara ada dan tiada 🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
itu dayung rora dayung 🤭🤭🤭🤭🤭
erma irsyad
astaga pertanyaan rora😂🤣
vj'z tri
ayo rora kamu pasti bisa .... cih keluarga di saat butuh uang dianggap keluarga tapi di saat senang mereka lupa kalau rora masih bagian dari mereka 😏😏😏😏🥹🥹🥹
vj'z tri
aku selalu sabarrrrr menunggu lanjutan Aurora dan skala 🤩🤩🤩🤩🤩🤩
vj'z tri
ayo rora tunjukan tarung mu 🔥🔥🔥🔥🔥
vj'z tri
gemes gemes gemes banget sama pasangan ini 🤗🤗🤗🤗🤗
vj'z tri
panggilan kesayangan neng kan lucuuuuu 🤭🤭🤭🤭🤭🤗🤗🤗kucing manis
vj'z tri
Evelyn 😤😤😤😤😤😤😤😤
vj'z tri
tidak boleh tidak boleh menangis 😭😭😭😭🤧 semangat rora kamu harus bangkit bangkit jangan mau di tindas 🤩🤩🤩🤩
vj'z tri
semoga rora bisa berenang 😱😱😱🫣🫣🫣
vj'z tri
ehhh mulut mu itu mulut mu ibu mertua kelakuan pingin tak getok 😅😅😅
레이디핏
Syukur dh pindahhhh, mari buat kemajuan Skala Kitten☺️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!