Dominic, sang maestro kejahatan, telah menawarinya surga dunia untuk menutup mata atas bukti-bukti yang akan menghancurkan kerajaannya.
Yumi, jaksa muda bercadar itu, telah menolak. Keputusan yang kini berbuah petaka. Rumahnya, hancur lebur. Keluarga kecilnya—ibu, Kenzi, dan Kenzo, anak kembarnya—telah menjadi korban dalam kebakaran yang disengaja, sebuah rencana jahat Dominic.
Yumi menatap foto keluarga kecilnya yang hangus terbakar, air mata membasahi cadarnya. Keadilan? Apakah keadilan masih ada artinya ketika nyawa ibu dan anak-anaknya telah direnggut paksa? Dominic telah meremehkan Yumi. Dia mengira uang dapat membeli segalanya. Dia salah.
Yumi bukan sekadar jaksa; dia seorang ibu, seorang putri, seorang pejuang keadilan yang tak kenal takut, yang kini didorong oleh api dendam yang membara.
Apakah Yumi akan memenjarakan Dominic hingga membusuk di penjara? Atau, nyawa dibayar nyawa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsabilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak memuaskan
Di markasnya yang sunyi, Dominic duduk termenung, tatapannya terpaku pada foto Azalea yang usang. Wajah wanita itu, yang begitu mirip dengan Liana, menghantui pikirannya.
Kerinduan yang mendalam terpancar dari sorot matanya yang sayu. Sudah bertahun-tahun ia mencari Azalea, namun nihil. Pencariannya selalu menemui jalan buntu. Kesulitan menemukan Azalea seakan menguji kesabaran dan keteguhan hatinya.
Ia sangat merindukan senyuman sosok Azalea, senyuman polos dan tulus yang selalu menenangkan jiwanya. Bahkan hanya melihatnya dari kejauhan, senyuman itu mampu memberikan kedamaian yang tak pernah ia temukan di tempat lain. Kenangan akan senyuman itu menjadi kekuatan sekaligus pengingat akan kehilangan yang begitu mendalam.
"Azalea… kalau itu benar kamu… kenapa kamu tidak mengingatku? Kenapa kamu tidak mengenaliku?" gumam Dominic, suaranya tercekat di tenggorokan, dipenuhi oleh kesedihan dan kerinduan yang mendalam. Pertanyaan itu bergema di ruangan sunyi, mencerminkan kebingungan dan keputusasaan yang tengah ia rasakan.
"Axel, cari tahu tentang wanita itu. Pastikan kau mendapat semua informasi tentangnya!" perintah Dominic, suaranya tegas dan berwibawa. Ia membutuhkan jawaban, ia membutuhkan kepastian.
"Baik, Tuan. Segera saya laksanakan," jawab Axel, suaranya menunjukkan kesiapan untuk menjalankan perintah atasannya.
**
"Kau terlihat bersemangat hari ini, ada apa sebenarnya?" tanya Nindi, mengamati perubahan sikap Yumi yang tak biasa.
Yumi tersenyum samar di balik cadarnya. "Aku punya kejutan istimewa," bisiknya, suaranya penuh arti. "Yang pastinya akan membuatnya rugi miliaran," lanjutnya, senyumnya melebar, menunjukkan rencana jahat yang tengah ia rencanakan. Rencana untuk menghancurkan Dominic sedikit demi sedikit, meruntuhkan kekuasaannya.
"Rugi miliaran?" batin Nindi, bingung dengan arah pembicaraan Yumi. Ia tak mengerti maksud di balik kata-kata sahabatnya itu.
"Maksud kamu apa, Yumi?" tanya Nindi, penasaran.
"Yumi, ke ruangan saya sekarang!" tiba-tiba Pak Yoga datang, memanggil Yumi dan menghentikan pembicaraan mereka. Nindi semakin penasaran, pertanyaan tentang kejutan Yumi masih menggantung di benaknya.
"Aku ke dalam dulu, Nin," ucap Yumi, lalu bergegas menuju ruangan Pak Yoga.
"Selamat siang, Pak," sapa Yumi, masuk ke ruangan Pak Yoga.
"Siang, Yumi. Silakan duduk," jawab Pak Yoga.
"Terima kasih, Pak," Yumi duduk di kursi yang ditawarkan.
Mereka berdua berbincang-bincang dengan serius, suasana ruangan terasa tegang dan rahasia. Pembicaraan mereka berlangsung tertutup, diselingi dengan tatapan yang penuh arti. Di akhir pertemuan, Yumi memberikan sesuatu kepada Pak Yoga—sebuah USB data kecil yang tampak berisi informasi penting.
Nindi yang masih menunggu di luar semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi di dalam ruangan itu. Ia tak sabar untuk mengetahui rencana besar Yumi yang akan membuat seseorang rugi miliaran rupiah.
Di sisi lain, Dominic menerima informasi yang telah dikumpulkan Axel tentang Liana.
"Ini informasi yang Tuan minta tentang Nona Liana," lapor Axel, menyerahkan berkas berisi data tersebut.
"Bacakan saja," perintah Dominic, ketegangan tampak di wajahnya.
"Baik, Tuan," Axel mulai membaca laporan tersebut.
"Beberapa tahun lalu, sekitar lima tahunan. Nona Liana pernah mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kehilangan ingatan. Hingga saat ini, ingatan Nona Liana belum pulih sepenuhnya. Ia hanya mengingat kejadian-kejadian dalam dua tahun terakhir. Kenangan sebelum periode tersebut, sama sekali tidak tersimpan dalam ingatannya," ucap Axel, menjelaskan isi laporan tersebut secara detail. Dominic mendengarkan dengan seksama, pikirannya melayang, mencoba menghubungkan informasi tersebut dengan kecurigaannya.
"Hilang ingatan? Bagaimana kejadiannya?" tanya Dominic, keraguan tampak jelas dalam suaranya. Ia masih belum sepenuhnya yakin dengan informasi yang diberikan Axel.
"Seperti yang sudah saya bilang, Nona Liana pernah mengalami kecelakaan, Tuan," ulang Axel, nada suaranya datar.
Dominic masih tampak ragu dan belum puas dengan penjelasan tersebut. Kegelisahan terlihat jelas di wajahnya. Ia membutuhkan informasi yang lebih detail dan akurat.
**
BRAK!
Dan salam kenal para reader ☺️☺️😘😘