Benih Siapa Di Rahimku

Keesokan harinya, saat ini Kenzi sudah mulai bersiap untuk berangkat ke sekolah, sebagai seorang anak yang tubuh dengan kasih sayang seorang ibu akan tetapi saat ini dirinya harus sabar hidup berpisah dengan cinta pertamanya itu.

   Lagi-lagi di meja makan Kenzi terlihat tidak semangat menyendok sarapannya pagi ini, sehingga membuat sang nenek harus menegurnya berulang kali.

  "Sayang, kenapa kau makanannya hanya di putar-putar saja itu sendok mana mungkin bisa mengenyangkan," tegur Retno.

  "Hidupku sudah kenyang Nek, kenyang dengan penderitaan yang dibuat oleh papaku sendiri, setelah kepergian Mama rumah ini menjadi sepi, apalagi tadi malam aku dengan anak Nenek mau menikahi perempuan itu," ucap Kenzi.

  "Sayang, itu sudah menjadi keputusan papamu, jadi sebagai seorang anak kau mendukung saka mungkin jodoh Mama dan papamu sampai di sini saja," sahut Retno.

  "Papa terlalu egois tidak pernah memikirkan perasaan Kenzi bahkan dia tidak mau tahu kalau aku memang tidak bisa hidup tanpa mamaku," ungkap Kenzi lalu mulai berpamitan kepada neneknya karena percuma saja dia berusaha untuk membuka mata papanya, karena pria itu sudah terpengaruh oleh pesona daun muda.

   Kenzi pun mulai pergi, sedangkan Dion hanya bisa menghempaskan nafasnya, ketika mendengar kekecewaan anaknya dengan keputusannya yang segera ingin menikahi Anya.

  "Sayang, maafkan Daddy, mungkin setelah dewasa nanti kamu akan faham dengan apa yang namanya cinta," ucap Dion.

  Dion pun langsung melangkah ke arah meja makan dan hanya bisa melihat kepergian anaknya itu dari kejauhan, bahkan keceriaan Kenzi pada waktu itu seakan hilang begitu saja karena kepergian ibunya dari rumah ini.

  "Dion, apa kau mau selamanya seperti ini." Perkataan Retno benar-benar menambahi beban pikirannya.

  "Mau bagaimana lagi Ma, aku juga bingung, karena memang aku sudah tidak ingin lagi kembali dengan Sonia," jelas Dion.

  "Kamu sungguhan berkata seperti itu, bagaimana kalau anak yang dikandung Sonia merupakan anakmu?" tanya Retno.

  "Aku juga mempunyai anak dari Anya Ma, mereka bertiga tetap akan menjadi anakku kok, jika memang benih yang dikandung Sonia itu anakku," sahut Dion.

  "Dion kau seolah lupa dengan cintamu kepada Sonia Nak, Mama memang suka memarahi Sonia akan tetapi dalam lubuk hati Mama masih ada sedikit rasa sayang kepada istrimu itu, tapi kamu, seolah Sonia tidak ada artinya Dimata mu saat ini, padahal wanita itu yang menemanimu dari nol, dia yang ikut mendoakan mu hingga menjadi besar seperti ini, ingat Nak istri itu membawa rejekinya masing-masing, dan belum tentu dengan ganti istri kamu akan hidup enak terus seperti ini," ujar Retno.

  "Tolong Mam, jangan pernah berbicara seperti itu lagi, aku susah tidak mau membahasnya lagi,' pinta Dion lalu mulai meninggalkan sarapannya.

  Retno hanya mendengus kesal nggak anak nggak Papa semuanya meninggalkan meja makan tanpa menyentuh makanannya.

********

  Siang harinya saat ini firman mulai mencari data mengenai pasien yang sedang berobat di klinik ini kemarin malam, karena dia membuntuti Anya sampai ke klinik ini, dan sekarang dia ingin memastikan sendiri data-data Anya melalui orang dalam yang kebetulan salah satu pegawai rumah sakit ini teman darinya.

   Hans adalah pegawai bagian resepsionis di klinik ini, dengan bantuan pria itu firman akhirnya tahu pasien yang bernama Anya Rosalinda tadi malam berobat kesini hanya untuk mengecek kesehatannya, karena memang di dalam data yang tertulis kalau Anya sulit mendapatkan keturunan dikarenakan ada gangguan di dalam Endometriosis.

Kondisi ini terjadi ketika jaringan yang melapisi rahim (endometrium) tumbuh di luar rahim, yang dapat menyebabkan nyeri, peradangan, dan kerusakan pada organ reproduksi wanita, termasuk saluran tuba falopi, yang dapat mengganggu perjalanan sel telur. 

  Dan bisa di pastikan di sini Anya akan sulit untuk hamil, tapi kenapa perempuan itu mampu mengatakan kalau dirinya saat ini sedang hamil entah keberanian dari mana yang membuat perempuan itu melangkah lebih jauh dari ini.

   "Hans makasih banyak, kamu harus percaya kalau aku tidak akan membocorkan data ini kepada siapapun, data ini memang untuk bukti, karena pasien sudah menipu atasan saya, jika memang nanti kau dikeluarkan dari tempat ini, kau tenang saja bos mudaku itu pasti akan bertanggung jawab penuh," ujar Firman.

  "Iya gak jadi masalah, lagian aku bisa bermain dengan aman kok," sahut Hans.

  Saat ini firman sudah mulai mengantongi semua bukti mengenai kehamilan Anya, yang sudah direkayasa oleh perempuan itu, ternyata untuk mendapatkan hati Dion perempuan itu nekad melakukan segala cara tanpa dia sadari kalau caranya ini begitu membahayakan hidup dan masa depannya.

   *******

  Pukul dua siang saat ini Kenzi menemui Firman, di sebuah restaurant private saat ini Firman sudah membawa sebuah bukti yang di pinta oleh atasannya itu, bahkan dengan mudahnya pria itu mampu membawa semua data yang memang dia butuhkan untuk membongkar kedok wanita itu dihadapan papanya.

   "Om Firman, apa semua data yang aku mau ada?" tanya Kenzi dengan nada datarnya.

  "Tenang saja semua yang Kendi pinta sudah Om bawakan," sahut Firman sambil menyodorkan sebuah kertas yang sudah di bungkus dengan amplop putih tersebut.

  "Baiklah data ini akan menjadi kado terindah untuk papaku, agar dia bisa melihat siapa perempuan itu sebenarnya," ucap Kenzi.

   "Kau memang anak yang begitu menyayangi ibumu Ken, semoga saja usahamu ini bisa membuat mata hati papamu terbuka," ujar Firma.

  "Makasih Om, atas doanya, dan juga terima kasih untuk semua bantuan Om selama ini," ucap Kenzi.

  ********

  Di dalam gedung pencakar langit saat ini Dion mendapatkan desakan lagi dari Anya tentang kehamilannya ini yang mulai di ketahui oleh keluarga besarnya sehingga membuat perempuan itu menangis dihadapan Dion agar supaya segera di halalkan oleh pria yang masih beristri itu.

"Pak, ini bagaimana? Keluarga besarku sudah mengetahui semua tentang kehamilanku ini, apalagi papaku dia sudah mengetahui karena belakangan ini aku sering mengalami mual muntah," ucap Anya dengan air mata buayanya.

"Baiklah bicara saja dengan orang tuamu, kalau besok aku akan menikahimu, tapi sirih dulu karena memang kita tidak bisa menikah secara negara secepat itu," ujar Dion yang benar-benar membuat Anya bahagia.

"Apa benar Pak?" tanya Anya.

"Iya benar kira akan segera melangsungkan pernikahannya besok," sahut Dion.

Seolah tidak mendengar pesan dari ibunya, Dion mengiyakan saja permintaan dari kekasih mudanya itu, mungkin bagi Dion menikahi Anya merupakan keputusan berat yang harus dia ambil, pikir Dion dengan berjalannya waktu nanti ibu dan juga anaknya pasti akan mengerti dan menerima istri mudanya itu dengan perlahan.

"Mama, Kenzi maafkan aku yang tidak bisa mengikuti jalan pikiran kalian, karena sesungguhnya aku juga punya pikiran biarkan saja aku memilih apa yang bisa membuatku senang," gumam Dion di dalam hatinya.

Bersambung ....