Zhao Jinyue, putri keempat Bangsawan Jing kehilangan segalanya setelah Pangeran Rui—sang suami—mendapatkan gelar Putra Mahkota.
Dia yang seharusnya menjadi Putri Mahkota tidak hanya dikhianati, tetapi juga difitnah dan dibunuh dengan kejam.
Zhao Jinyue pikir kematian tragisnya adalah akhir dari segalanya, tanpa diduga dia malah lolos dari lubang neraka dan kembali di hari Kaisar menjatuhkan titah pernikahan untuknya.
Dengan kenangan menyakitkan yang membekas di ingatannya, Zhao Jinyue mana mungkin bersedia mengulangi kesalahannya dengan menikahi Pangeran Rui dan membiarkan kakak ketiganya menjadi selir samping, bahkan bersedia menyetarakan status mereka.
Di kehidupan ini, Zhao Jinyue akan menjadi wanita yang berbudi luhur di mata dunia. Namun, diam-diam merencanakan pembalasan dan berbalik menaiki kapal Pangeran Runan, musuh bebuyutan Pangeran Rui.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pangeran Rui Naik Tahta
Keesokan paginya, Jinyue membawa sarapan ke Paviliun Zhihui.
Berbeda dengan Paviliun Qilin dengan segala kemegahan dan kemewahannya, Paviliun Zhihui adalah ruang yang jauh lebih terbuka lebar. Selain beberapa bambu yang ditanam di area tertentu di halaman, tidak ada tanaman atau bunga lainnya yang terlihat.
Area luas itu disulap menjadi arena latihan pencak silat, diisi dengan dua sisi stand persenjataan yang terdapat berbagai senjata.
Ketika Jinyue memasuki halaman, dia melihat Hetian sedang melatih keterampilan pedang.
Jinyue berdiri di tempat dan menyaksikan kakaknya berlatih.
Hetian sangat akrab dan mahir dengan semua senjata yang dimilikinya, dia dapat menggunakan senjata mana pun dengan mudah.
Dia bergerak dengan kelincahan dan keluwesan yang luar biasa di dalam arena, setiap gaya dan gerakan menuntut perhatian penuh dari penonton.
Jinyue memang tidak tahu apa-apa tentang seni bela diri, karena dia tidak pernah bersedia dan tidak tertarik mengikuti ayah dan kakaknya berlatih. Akan tetapi, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak memberikan tepuk tangan serta pujian.
Tidak heran Hetian bisa menjadi Komandan Kalvaleri Istana di usia yang begitu muda, dia dianggap sebagai talenta hebat di antara banyak pemuda di generasinya.
Sayangnya, Hetian mati tragis karena tidak bersedia bersekutu dengan Pangeran Rui dan tetap setia melindungi keselamatan Kaisar.
Mata Jinyue memerah ketika memikirkan masa depan buruk yang menunggu Hetian.
Pria itu sering bertindak seakan membenci Jinyue, tetapi jauh di lubuk hatinya dia sangat mencintai sang adik.
Cintanya pada Jinyue tidak kalah dari cinta yang ditunjukkan oleh kedua orang tua mereka.
Hanya saja, Jinyue dulu masih sangat kekanak-kanakan. Semakin Hetian menaruh harapan besar padanya, semakin dia merasa kecewa.
Jinyue merasa tertekan karena akhir tragis seperti itu akan menimpa saudara laki-lakinya yang tampan dan baik hati.
Karena dia dihidupkan kembali, dan beberapa alur kehidupannya berubah, Jinyue jadi bertanya-tanya apakah dia juga bisa mengubah akhir cerita sang kakak?
Saat Jinyue hanyut dalam pemikirannya, Hetian memperhatikannya sejenak.
Dia berlatih beberapa saat lagi, sebelum mengakhiri sesi. Dia berjalan ke arah Jinyue dengan wajahnya yang tampan dan dipenuhi bulir keringat, dia menempatkan kembali senjatanya pada tempatnya.
Hetian mengangkat tubuh tegapnya, setiap langkah yang diambil tegas dan kuat, terlihat sangat gagah dan mempesona.
Jinyue tidak terpengaruh, tetapi Yuzhu tersipu dan menatapnya dengan tatapan seperti bintang.
Hetian menghentikan langkahnya ketika dia sudah berada di hadapan Jinyue.
"Kakak, aku sudah membuatkan sarapan. Tapi aku tidak tahu apakah ini sesuai dengan seleramu." Jinyue tidak berbasa-basi lagi.
Hetian melirik makanan yang ada di tangan Yuzhu dan mengira Jinyue meminta dapur untuk menyiapkan makanan itu, alih-alih memasaknya sendiri.
Meski begitu, hati Hetian tetap melembut. Setidaknya, makanan itu diantar secara pribadi oleh sang adik.
"wajahnya yang tampan dipenuhi bulir keringat."
"Oh." Jinyue mengangguk, lalu membawa Yuzhu ke ruang makan.
Hetian tidak membiarkan adiknya menunggu terlalu lama, dia kembali setelah setengah dupa terbakar dan sudah mengenakan changfu berwarna hijau.
Jinyue agak tercengang. 'Mandi jenis apa itu? Ini terlalu cepat!'
"Jadi, apa yang kamu buat?" Hetian duduk di depan Jinyue dan bertanya dengan santai.
Jinyue segera membuka wadah makanan.
"Keterampilan memasakku tidak begitu bagus. Aku hanya membuat semangkuk pangsit." Khawatir Hetian tidak menyukai masakannya, Jinyue segera menambahkan, "Isi daging cincang di dalamnya semuanya baru dibuat."
Tatapan Hetian beralih saat semangkuk pangsit panas yang mengepul di letakkan di depannya, dia menelan ludah sekali dan menatap Jinyue. "Kamu yang membuat ini?"
Jinyue mengangguk dan terkekeh sedikit. "Tentu saja, aku berhasil setelah mempelajarinya beberapa kali. Mohon jangan merasa jijik jika rasanya kurang enak."
Jinyue mengeluarkan semangkuk pangsit lagi, Hetian menatapnya dengan tercengang.
Dia pikir, Jinyue hanya membawa semangkuk untuknya. Ternyata, ada dua mangkuk.
"Membosankan sekali makan sendirian. Kakak, ayo, makan bersama." Jinnyue tersenyum saat meletakkan sumpit di tangannya ke mangkuk Hetian, dia mengambil sumpit lainnya dan mulai makan.
Melihat wajah kecil Jinyue yang memerah karena panas, Hetian merasakan hatinya menjadi lembut. Dia juga mengambil sumpit dan ikut makan.
Itu adalah sarapan yang biasa, tetapi Hetian sangat puas.
Setelah makan, Hetian tiba-tiba bertanya, "Katakan apa yang kamu inginkan dariku?"
Jinyue melontarkan tatapan yang menyiratkan, 'Aku tidak bisa menyembunyikan apa pun darimu.'
Pada akhirnya, dia tidak berbasa-basi dan berkata, "Kakak, aku ingin belajar ilmu kedokteran. Ketika kamu kembali lain kali, bisakah kamu membawakanku beberapa buku kedokteran."
Hetian terkejut mendengar permintaan Jinyue, dia pikir sang adik akan memintanya membujuk Pangeran Rui.
Tidak disangka ....
Kejutan di mata Hetian berubah jadi kelegaan, dia bertanya lagi. "Apa kamu benar-benar ingin belajar kedokteran?"
"Ya, bisakah kamu membantuku, Kakak?"
Hetian menatap Jinyue dengan tatapan dalam dan menelisik, dia pun akhirnya menyadari sang adik tidak bercanda.
"Jika kamu ingin belajar, tidak perlu pergi dan membeli buku. Apa kamu lupa? Saat nenek masih hidup, dia adalah seorang dokter yang membantu masyarakat dan telah menyembuhkan banyak orang."
Jinyue terkejut, dia tidak tahu hal itu.
Di masa lalu, dia hanya peduli bagaimana caranya menyenangkan hati Pangeran Rui dan abai terhadap orang-orang di sekitarnya.
Jinyue menggeleng sedikit dan jadi lebih bersemangat. "Kalau begitu, tunjukkan padaku sekarang."
Begitu saja, Hetian menyetujuj permintaan Jinyue dan mengantarkannya ke Paviliun Bunga.
Meski sudah meninggal bertahun-tahun, semua yang ada di Paviliun Bunga tetap terawat dengan baik, menunjukkan betapa pentingnya kedudukannya di hati sang suami dan anak-anaknya.
"Di sinilah tempat nenek kita meneliti dan belajar kedokteran, semua buku di sini berkaitan dengan kedokteran." Hetian berbicara dengan ringan sambil membuka ruangan.
Jinyue melangkah ke dalam dan matanya berbinar ketika melihat buku pengobatan.
Siapa Sangka Nyonya Besar Zhao memiliki koleksi pengobatan sebanyak itu?
Semangat Nyonya Besar Zhao terhadap dunia kedokteran terlihat jelas.
Jinyue menarik sebuah buku dari rak, dia terkejut melihat betapa terawatnya buku itu seolah-olah tidak pernah ditinggalkan oleh pemiliknya.
"Buku ini ditinggalkan oleh nenek, jadi kakek sering meminta orang memindahkannya untuk dikeringkan. Itu sebabnya, semua buku itu masih bagus dan terawat."
Jinyue mendengarkan dengan seksama, tetapi dia membolak-balikkan buku di tangannya.
Jinyue tiba-tiba tertarik ingin belajar kedokteran bukan tanpa alasan, dia ingin mencari tahu tentang Giok Darah dan Giok Salju.
Selain itu, dia juga berniat melindungi dirinya dan keluarganya dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Bagaimanapun, dia harus mengambil pelajaran dari kehidupannya yang sebelumnya.
Bukan hanya dirinya yang diam-diam diracuni oleh Yi Nan, bahkan ibunya juga diberikan tonik yang sebenarnya mematikan jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
Kali ini, Jinyue tidak hanya ingin belajar meracik tonik sesungguhnya, dia juga akan mempelajari cara membuat racun dan penawarnya.
Pada saat ini, Jinyue menyadari buku yang ditinggalkan neneknya sangat berguna dan mungkin sulit ditemukan di luar.
Jinyue menatap buku seperti telah menemukan harta karun.
Pemandangan Jinyue yang sepenuhnya tenggelam dalam tumpukan buku membuat Hetian agak terkejut, dia awalnya berpikir bahwa permintaan sang adik adalah keinginan yang acak.
Namun, melihat penampilan Jinyue saat sedang membaca dengan cermat, Hetian akhirnya menyadari bahwa apa sang adik benar-benar serius ingin belajar kedokteran.
Hetian tidak tahu apa-apa tentang pengobatan. Meski nenek telah meninggalkan banyak buku kedokteran, tapi dia tidak pernah tertarik dan tidak pernah datang ke ruangan itu untuk membaca buku.
Dalam sekejap mata, berjam-jam telah berlalu saat Jinyue meneliti buku.
Ketika akhirnya mendongak, Jinyue menyadari kakaknya sudah tidak ada di sana.
Dia mengambil beberapa buku pilihan dari rak dan baru saja hendak berjalan keluar ketika melihat ada satu bagian rak buku yang tidak terdapat satu buku pun.
Jika dilihat sekilas dari rak buku lainnya, terlihat semuanya penuh dengan buku dan keberadaan rak kosong yang acak itu terasa agak aneh.
Mungkinkah sebelumnya ada buku, tapi sudah diambil seseorang?
"Ayah dan kakak sama-sama pemimpin militer, jadi mereka seharusnya tidak tertarik pada buku kedokteran." Alis Jinyue berkerut dalam saat otaknya mencoba memikirkan ke mana kira-kira perginya buku-buku di rak kosong itu. "Ibu juga sepertinya tidak tertarik pada pengobatan dan lebih suka mengurus rumah tangga."
Tidak ingin pusing sendirian, Jinyue memanggil pengurus Paviliun Bunga dan menanyakan tentang rak buku itu, hanya untuk mengetahui ternyata buku-buku yang hilang telah diambil oleh Zhao Yi Nan.
Setelah memikirkan masalah ini, Jinyue mulai mengerti.
Meski hanya sedikit orang yang mengetahui tentang penyakit Kaisar, Yi Nan mungkin mengetahuinya dari pangeran Rui.
Yi Nan tidak tahu apa-apa tentang pengobatan, tapi Jinyue berani menebak bahwa buku yang dia sembunyikan pasti berkaitan dengan penyakit Kaisar.
Jika berkemungkinan terdapat cara menyembuhkan sang Putra Langit, Pangeran Rui dan Yi Nan pasti lebih memilih diam.
Mereka berharap Kaisar mati lebih cepat agar Pangeran Rui bisa naik tahta.
Begitulah yang terjadi di kehidupan sebelumnya!
***
Note: Changfu digunakan sebagai pakaian sehari-hari, berbeda dengan pakaian formal seperti qipao atau changshan yang lebih sering dikenakan dalam acara resmi.
ini kebalikannya.......
seru lah Poko e....
amazing author.....🔥🔥🔥🔥🔥