NovelToon NovelToon
Danendra Dan Rahim Simpanannnya

Danendra Dan Rahim Simpanannnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Keluarga / Angst / Pihak Ketiga
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: SunflowerDream

Danendra dan Alena sudah hampir lima tahun berumah tangga, akan tetapi sampai detik ini pasangan tersebut belum juga dikaruniai keturunan. Awalnya mereka mengira memang belum diberi kesempatan namun saat memutuskan memeriksa kesuburan masing-masing, hasil test menyatakan bahwa sang istri tidak memiliki rahim, dia mengalami kelainan genetik.

Putus asa, Alena mengambil langkah yang salah, dia menyarankan agar suaminya melakukan program tanam benih (Inseminasi buatan). Siapa sangka inilah awal kehancuran rumah tangga tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SunflowerDream, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nahkoda terbawa arus

Suara ketukan pintu menginterupsi kegiatan Alena  yang sedang sibuk mencuci piring. Cucian di pagi ini lumayan menumpuk sebab tadi malam Danendra tidak mencuci piring padahal lelaki itu sudah tahu sesuai kesepakatan awal jika Alena memasak maka dia yang  mencuci atau jika Danendra yang masak maka istrinya yang mencuci. Tapi tadi malam dia bersikap aneh setelah makan malam Danendra langsung masuk ke kamar dan sibuk dengan telepon genggamnya.

Alena penasaran saat diliriknya sesekali suaminya itu selalu tersenyum  setiap ponselnya bergetar, dan saat mengetahui Alena sudah di sampingnya raut wajah pria itu langsung  berubah datar dan segera meletakkan ponselnya. Padahal Alena ingin tahu apa yang  membuat suaminya itu senyum-senyum sendiri saat bermain ponsel.

Setelah mencuci tangan Alena segera berlari ke pintu utama untuk membuka pintu agar seseorang yang terus mengetuk pintunya berhenti.

“Mama!” Alena sedikit kaget saat mengetahui kedua mertuanya berkunjung pagi-pagi begini, dan di tangan papa mertuanya terlihat banyak belanjaan dengan dua kantong kresek besar.

“Pagi anak mama, mama masuk ya nak.” Belum sempat  Alena menjawab kedua mertuanya  sudah menyelonong masuk dan langsung duduk di ruang tamu. Kemudian ayah mertuanya meletakkan belanjaan tersebut di atas meja langsung menggeledah isinya.

“Papa belanja banyak untuk kebutuhan kalian!” Ayah mertua Alena mengeluarkan belanjaan ada banyak sekali buah, vitamin, bahkan susu untuk ibu hamil.

“Papa tau pasti kalian belum belanja apa-apakan, apalagi Danen pulang kerjanya  sekarang lebih malam. Kalian itu tidak boleh lalai jangan terulang lagi, bisa-bisanya baru mengetahui kamu hamil di saat usia dua bulan.”

“Jangan meremehkan kehamilan pertama, kehamilan pertama lebih rewel kita harus memperhatikan setiap nutrisi yang kamu makan, agar janin kamu sehat dan tumbuh dengan baik.” Ibu mertua Alena juga ikut memberikan wejangan.

Penampilan Alena begitu lusuh dengan daster rumahannya serta bagian atasnya sedikit basah melihat itu ibu mertuanya mengernyit.

“Kamu abis cuci piring?”

Alena hanya mengangguk kaku dibalas dengan raut wajah tidak terima oleh ibu mertuanya.

“Jangan melakukan pekerjaan rumah, kamu harus banyak istrirahat gak boleh cape-cape. Mana asisten rumah tangga kata papa kamu dia akan mengirimkannya segera.”

“Udah ma, lusa dia akan mulai bekerja.”

“Kenapa harus menunggu lusa sih, kamu itu harus ada yang  menemani entar kalo kamu rewel ngidam ini ngidam itu siapa yang akan bantu, mana suami kamu itu kerja terus.” Omel sang mertua. Dia tidak habis pikir kenapa pihak rumah sakit tidak meringankan pekerjaan anaknya padahal anaknya itu juga bagian keluarga dari pimpinan terlebih saat ini istrinya sedang hamil seharusnya Danendra diberi cuti agar fokus merawat kehamilan istrinya.

“Danendra tidak berubah dari dulu selalu gila kerja, padahalkan dia bisa bicara sama Aleon agar jadwalnya dikurangi.” Papa mertua Alena datang dengan buah potong segar di tangannya, tadi dia pergi ke dapur dan memotong beberapa buah untuk dimakan menantunya.

Alena menerima suapan satu potong apel yang diberikan mertuanya, “kamu lagi pengen makan apa nak, nanti mama masakin ngomong aja.” Tanya mertua laki-lakinya ditengah kesibukannya menyuapi Alena dengan buah segar.

“Makasih pa ma, Alena belum pengen makan apa-apa.”

“Beneran? Kamu belum ada hasrat ngidam kah?”

“Emmh, aku memang belum rasain apa-apa ma tapi Danen.”

“Danen?” Kedua mertuanya mengernyit, lalu saling tatap.

“Iya, sepertinya dia yang ngerasain ngidam. Dari kemarin dia makan banyak dan sedikit rewel kalo lagi pengen makan harus dituruti kalo gak dia bakalan cemberut, lucu sekali.” Alena terkekeh membayangkan suaminya  yang tengah malam memaksa mencari mie ayam, jika Alena tidak mau menemani dia keluar cari mie ayam Danen kelihatan merajuk mirip sekali mood seorang perempuan.

“Terus ma pa, ada suatu hal yang bikin aku kaget. Danendra beberapa hari  itu selalu makan mangga muda dan juga beberapa buah lain, aku yakin sekali itu dia mengidam tapi  tidak mau mengakui.” Cerita Alena lagi.

“Makan buah?” Kedua pasangan paruh baya tersebut berucap secara bersamaan. Danendra mau makan buah? Itu sungguh mengejutkan.

“Iya, suamiku yang mengalami fase mengidam, calon bayi kami mengerti harus berbagi rasa ke papanya agar bukan hanya ibunya saja yang  merasakan.” Alena bercerita dengan semangat.

“lalu bagaimana denganmu nak?”

“Apa ma?” Tanya Alena bingung.

“Apa yang kamu rasakan, kamu mual pusing? Biasanya  jika ayahnya yang mengidam ibunya kebagian mual, atau sebaliknya ibunya mengidam ayahnya yang  bakalan mual.”

Alena terdiam. Pertanyaan mama membuat senyuman di wajahnya menghilang, jelas saja dia tidak merasakan apa pun dia baik-baik saja, tapi mana mungkin dia mengatakan kondisi tubuhnya yang selalu sehat, karena janin itu tidak berada di tubuhnya.

“Aku… ya sepertinya aku sedikit pusing ma, dan kalo malam-malam terkadang aku juga bangun hanya untuk muntah, aku juga tidak mengerti  kenapa tiba-tiba ingin  muntah.” Suara Alena pelan sekali, dia malu harus terpaksa mengarang cerita lagi.

Pagi itu Alena dimanjakan oleh mertuanya, semua pekerjaan rumah ibu mertuanya yang mengerjakan sedangkan papa mertua  sibuk memotong buah dan menata susu ibu hamil dengan merek terbaik di lemari pendingin. Papanya memotong buah agar bisa langsung dimakan jika anak dan menantunya ingin memakan buah, dia juga merawat Alena hari itu dengan baik, apa pun yang terbaik karena di tubuh menantunya itu terdapat harapan besar yang akan terus berkembang.

*****

Danendra baru saja selesai setelah melakukan operasi besar dan menghabiskan hampir 8 jam di ruang operasi. Tubuhnya lelah sekali dia ingin segera pulang dan beristrirahat tapi ponselnya tertinggal di ruangan dokter kandungan. Tadi pagi dia berkonsultasi dengan dokter Via nutrisi-nutrisi apa yang harus dia penuhi agar ibu dan janinnya selalu sehat.

Danen berlari kecil untuk mengunjungi lantai 2 tempat di mana ruangan para dokter kandungan berada, karena terburu-buru Danen tidak mengetuk pintu dia langsung saja masuk.

“Aishh, sialan.” Umpat Danen saat berhasil masuk ke dalam ruangan pribadi Dokter Via.

“Bisakah kalian melakukannya di tempat lain.” Dua orang yang  sedang asik bercumbu mesra terhenti, mereka melirik sekilas Danen lalu segera merapikan bajunya masing-masing, Danen tidak tahu sudah berapa  lama kedua pasangan itu melakukan kegiatan terlarang tersebut dilihat dari kondisi keduanya sama-sama berantakan, bahkan kalender di meja  jatuh berserakan di lantai.

“Lo kalo masuk ketuk pintu dulu, kalo gue udah posisi tanggung bagaimana.” Jawab dokter laki-laki yang terlibat dalam kegiatan mesra bersama Dokter Via.

“Gila, cari tempat lain kek, jangan mencemari rumah sakit bodoh.” Balas Danen kesal, “gue cuman mau ambil hp gue ketinggalan tadi pagi.”

Setelah mengambil ponselnya Danen bersiap untuk keluar.

“Eh Ndra gue denger-denger Alena akhirnya hamil.”  Langkah Danendra terhenti suara tersebut menghentikannya.

“Selamat ya, akhirnya anak-anak gue bakalan dapat sepupu dari keluarga Hadikusuma.”

“Ya, thanks bro, gue mau pamit  dulu ya kasian istri gue yang lagi hamil sendirian di rumah.”

“Tapi Ndra… gue percaya sekarang bahwa itu rumor.” Dokter laki-laki tersebut  terus berbicara, Danen yang sudah berdiri bersiap untuk keluar kembali duduk mendengar kalimat yang keluar dari mulut sepupunya.

“Rumor?”

“Ya itu waktu ulang tahun anak gue kemarin kan Alena dirumorkan mandul, makanya lo marah-marah padahal sepupu kita cuman nanyain kapan punya anak, kalo gak mandul gak mungkinkan lo sampe semarah itu.”

Suasana yang awalnya akrab mulai terasa canggung, wajah Danendra memerah ia mengepal kuat buku jarinya dalam hitungan detik satu kepalan tinju melayang mengenai  rahang tegas Hamdani .

“Jaga ya mulut lo, selama ini gue gak pernah ngurusin hidup lo gue gak peduli lo mau main belakang dari istri lo gue juga gak peduli lo selalu mencuri waktu cuman untuk selingkuh sama Via, gue gak ngurusin itu semua. Tapi kenapa lo ngurusin hidup gue HAH?”

Danendra terbakar api, kenapa sepupunya ini malah membahas kemandulan, sungguh  tidak tahu terima kasih. Jika bukan kemurahan hati Alena dia tidak mungkin bisa bekerja di rumah sakit ini, tidak mungkin seorang dokter  yang punya riwayat kriminal bisa bekerja di rumah sakit sebesar ini.

“Lo kenapa Ndra gue kan cuman tanya baik-baik.” Hamdani tersenyum miring, “Alena beneran mandulkan?  Gue tau lo pernah berniat mau melakukan Artificial Insemination lo mau tanam benih di luarkan?”

Danen melirik tajam Dokter Via yang berdiri takut di belakang Hamdani. Perempuan itu tidak bisa menjaga mulutnya. Danen memang pernah berkonsultasi dengan Dokter Via tentang program itu bahkan Alena juga berkonsultasi langsung dengan dia, bukankah sebagai seorang dokter dia harus menjaga rahasia pasiennya, sialan sekali dokter itu tidak bisa menutup mulut.

“Udahlah Ndra jangan mengelak, Via sendiri yang memeriksa kesuburan Alena. Sekarang kita sama-sama tahu rahasia masing-masing jadi jangan sok mendominasi hanya karena elo suaminya Alena.” Hamdani terus menekan keadaan, dia senang sekali melihat sepupunya yang sombong itu tertangkap basah. Keadaan ini menguntungkan, dia bisa menggunakan Danendra untuk terus melindungi reputasi dokternya.

Dan dia juga  tidak harus lagi selalu bersikap baik kepada Danendra, dia muak harus diperbudak Danen dalam lingkungan rumah sakit ini. Dia selalu menuruti perintah Danen karena Danen selalu berkata dia suaminya Alena dia punya suara di rumah sakit ini, tapi sekarang sepertinya dia akan bebas tidak lagi harus menggantikan jadwal piket Danendra, tidak lagi harus selalu membawakan kopi ke ruangan Danendra.

“Gue juga tau Ndra lo menghamili perempuan lain, dan memaksa Alena  untuk pura-pura hamil.” Tidak bisa dibiarkan, mulut Hamdani sama saja dengan  mulut selingkuhannya tidak bisa di kontrol, Danendra benar-benar muak, bagaimana mungkin ada orang lain tahu rencananya padahal ini hanya rahasia dia bersama Alena.

Rahang Danen semakin mengeras urat-uratnya mulai timbul, tidak ada gunanya lagi jika harus bersabar tangan kekar Danen sudah siap untuk kembali melayangkan satu pukulan.

“STOP!” Via tanpa sadar memajukan badannya, dia tidak sanggup jika harus melihat lagi kekasihnya dipukul oleh seseorang. Tubuh mungil itu berusaha melindungi tubuh Hamdani dia seakan menjadi tameng untuk tubuh kekar di belakangnya.

Syukurlah Danendra masih bisa mengontrol pergerakkannya, saat melihat Via berusaha melindungi Hamdani dia menurunkan tangannya, tidak mungkin Danen tetap nekat melayangkan satu pukulan itu bisa saja mengenai orang lain, saat ini target dia hanya Hamdani.

“Danendra keluar!” Via bersusah payah menyeret tubuh yang lebih besar tiga kali lipat dari tubuhnya untuk keluar, “keluar Ndra, jangan buat keributan di rumah sakit!” Danen tidak melawan dia hanya mengikuti saat tubuhnya diseret paksa untuk keluar.

Danen memang tidak ingin membuang tenaga hanya untuk berkelahi hari ini, dia sudah kelelahan tubuhnya tidak segar jika dia bersikeras untuk menghajar Hamdani dia hanya mendapat kekalahan. Bagaimanapun dia sadar Hamdani bukan lawan yang setimpal. Sepupunya itu pemegang sabuk hitam, dan dulu dia sempat masuk penjara karena berkelahi dengan seseorang.

Dengan perasaan kesal campur aduk Danen pulang ke rumahnya. Wajah yang kusut menimbulkan tanda tanya pada Alena.

“Apa semua ini?” Belum juga Danendra mengganti pakaiannya dia sudah dibuat bingung dengan dua bungkusan besar yang terletak di meja makan.

“Ini semua untuk ibu peri.” Jawab Alena.

“Hah? Ini untuk anak panti kah?”

“Bukan sayang, ini semua untuk ibu peri.”

“Bicara yang jelas Alena, aku lelah ingin segera istrirahat.” Tukas Danendra memaksa.

“Tadi pagi papa mama datang, dia membawa semua ini. Katanya ini mereka beli untuk bayi kita, ini semua adalah nutrisi untuk perkembangan janin.”

“Jadi?”

“Jadi suamiku, tolong nanti bawa semua ini untuk ibu peri. Kita sebut saja nama perempuan yang sedang mengandung anak kita dengan sebutan ibu peri. Ini semua amanah papa untuk calon cucunya.”

Danen mengangguk, dia memang berencana dalam waktu dekat ingin mengunjungi Meisya. Beberapa hari ini dia hanya mampu menghubungi Meisya lewat seluler, jadwal operasinya sangat padat membuat dia sangat sibuk seminggu penuh. Kebetulan besok minggu jadi dia bisa mengunjungi perempuan itu. Tanpa Danen sadari ada terselip rasa rindu ingin menatap sosok mempesona itu secara langsung.

Selama ini Mei selalu menghubungi Danen layaknya seorang istri, dia bertanya kabar, mengucapkan cinta dan rindu, bahkan selalu mengirim foto selfie dirinya sambil memamerkan perut buncitnya.

Dan anehnya Danen selalu meladeni itu semua, dia berkata lucu saat melihat Mei dengan perut itu. Bahkan Danen juga melempari lelucon dan sedikit kalimat gombal agar Mei berhenti merengek manja. Dalam setiap kegiatannya selalu ada bayangan wanita itu menghampiri.

Tentu pria dewasa itu menghubungi Mei secara diam-diam, bahkan dia membeli ponsel khusus untuk berkomunikasi dengan Meisya. Danen tidak sadar dia sebenarnya sudah seperti pria yang berselingkuh, tapi Danen menganggapnya ini semua demi calon anak mereka. Ini demi Alena istrinya.

Bagaimanapun dia selalu bersumpah bahwa hanya ada Alena di hatinya, hanya wanita anggun itu yang berhak mendampingi dirinya. Dia selalu mencintai Alena sungguh.

Bersambung.

1
Rafly Rafly
perempuan bodoh.. udah cacat dalam gampang di kibulin pula..l
Phoenix Ikki
Siapin tisu buat nangis 😭
Oralie
ceritanya keren banget, thor! Aku jadi ketagihan!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!