NovelToon NovelToon
SENORITA PERDIDA

SENORITA PERDIDA

Status: tamat
Genre:Misteri / Cintapertama / Mafia / Percintaan Konglomerat / Tamat
Popularitas:36k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi Gusriyeni

Series #2

Keputusan Rayden dan Maula untuk kawin lari tidak semulus yang mereka bayangkan. Rayden justru semakin jauh dengan istrinya karena Leo, selaku ayah Maula tidak merestui hal tersebut. Leo bahkan memilih untuk pindah ke Madrid hingga anaknya itu lulus kuliah. Dengan kehadiran Leo di sana, semakin membuat Rayden kesulitan untuk sekedar menemui sang istri.

Bahkan Maula semakin berubah dan mulai menjauh, Rayden merasa kehilangan sosok Maula yang dulu.

Akankah Rayden menyerah atau tetap mempertahankan rumah tangganya? Bisakah Rayden meluluhkan hati sang ayah mertua untuk merestui hubungan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26 : Nyawa atau Nyawa?

...•••Selamat Membaca•••...

Rayden yang kini merasa begitu kalut dan sedih, merasa buntu harus bercerita pada siapa. Archer sendiri masih sedih dengan kondisi Vanessa, Rayden hanya bisa duduk dengan wajah ditekuk.

Eliza datang dengan wajah cerah dan riang, menggunakan gaun elegan dengan mantel berbulu yang membuat penampilannya sangat elegant.

Rayden menghapus air matanya dan tersenyum pada Eliza, melihat hal itu Eliza bisa tahu kalau saat ini menantunya itu sedang tidak dalam keadaan baik. Eliza menaruh barang bawaannya untuk Rayden dan Maula di atas kursi lain dan duduk di samping Rayden.

Mereka duduk di ruang tunggu di depan ruang Maula di rawat.

“Ada apa Ray? Apa kondisi Maula parah?” tanya Eliza to the point, Rayden tampak ragu untuk menjawab dan Eliza paham itu.

Rayden hanya menunduk, Eliza memegang bahu Rayden hingga pria itu menghadap nenek yang sangat berjasa dalam hidup istrinya itu. Eliza tersenyum lalu merentangkan kedua tangannya pada Rayden, seakan mengerti, Rayden memeluk Eliza dan menumpahkan tangis serta rasa sesak yang dari tadi dia tahan dalam pelukan Eliza.

Tatapan Eliza luruh ke depan, dia bisa merasakan ketegangan dan kesedihan di dalam tangis Rayden saat ini. Setelah lebih tenang, Rayden menceritakan kondisi Maula dengan detail yang membuat Eliza memejamkan matanya. Air mata Eliza ikutan jatuh mengetahui kondisi cucu sulungnya itu.

“Aku tidak tahu lagi harus bagaimana, Nena. Semua ini kesalahanku dan tadi saat Maula sadar, dia bahagia dengan kehamilan itu dan enggan untuk menggugurkannya.” Eliza menghela napas dan menyandarkan punggungnya.

“Kita coba bicara sama dia berdua, bagaimana?” Rayden mengangguk lalu memasuki ruangan sambil menenteng belanjaan Eliza.

Eliza tidak nge-judge Rayden sama sekali, dia terlihat tenang menghadapi situasi saat ini.

Malam itu cuaca sangat dingin, untungnya alat penghangat ruangan berfungsi dengan baik. Maula tidak tersenyum sama sekali melihat Eliza, ada luka di matanya saat ini ketika menatap Eliza.

“Nena...” Eliza memeluk dan mencium Maula. Rayden duduk di tepi ranjang dan memperhatikan interaksi nenek dan cucu tersebut.

“Nena, aku tidak mau membunuh anakku, aku ingin melahirkan dia,” adu Maula dengan tangis pada Eliza. Eliza langsung menatap Rayden dan mengangguk pelan sambil mengerjapkan mata sedikit.

“Tenang ya sayang, bagaimana kalau kita makan dulu? Nena belikan makanan yang enak buat kamu.” Maula mengangguk, Rayden mengambil makanan itu dan menyalinnya ke piring yang ada di sana.

Eliza menyuapi Maula perlahan dan sedih melihat wajah pucat Maula.

“Sayang, pengobatan yang akan kamu lakukan setelah ini cukup beresiko untuk janinmu. Kamu seorang dokter pasti paham ini.”

“Iya Nena tapi kan—”

“Sayangku, kalian belum terlambat untuk memiliki anak. Dulu Maureen dan Leo juga kehilangan bayi pertama mereka, padahal saat itu Maureen akan melahirkan, tinggal menunggu hari tapi takdir berkata lain. Dia keguguran. Sampai kamu, Marlo, dan Thalia hadir. Ini belum terlambat sayang.” Eliza mengusap pipi Maula penuh kasih.

“Lihat suamimu, dia tak hentinya menangis dengan kondisi kamu saat ini. Kalau anak ini tidak ditakdirkan untuk lahir, kalian masih memiliki harapan mempunyai anak lain tapi kalau kamu tidak selamat? Rayden tidak akan bisa menemukan istri lain seperti kamu.” Maula terdiam lalu menatap Rayden yang memang matanya sudah sembap karena menangis.

“Aku bukan tidak menginginkannya, Piccola. Hanya saja kehilanganmu bukan hal mudah bagiku, tolong mengertilah, kamu masih butuh waktu lapang untuk menyelesaikan kuliah dan mendapatkan gelar, kita fokus dulu pada kesehatan kamu ya.” Rayden memegang lembut tangan Maula, walau pun Maula keras kepala, tapi hatinya sangatlah rapuh apalagi menyangkut Rayden.

“Apa aku akan sembuh? Kalau nanti tidak sembuh bagaimana? Terus aku mati tanpa memberikan kamu keturunan, posisiku akan tergantikan dengan wanita lain. Kalau aku meninggalkan seorang anak, itu akan menjadi cahaya pengganti untukmu, Ray.” Rayden tersenyum dan merangkul Maula dalam pelukannya.

“Aku tidak ingin kehilangan dirimu, kalau sampai sakit ini membuatmu pergi jauh, aku akan menyusulmu.” Maula langsung menatap suaminya.

“Jangan bicara begitu.”

“Ya sudah, fokus pada kesehatanmu dan kita akan melanjutkan pengobatan lebih lanjut.” Maula tak punya pilihan lagi selain mengangguk setuju.

Hati Rayden dan Eliza langsung lega, Rayden tersenyum dan berterima kasih pada Eliza karena berhasil membujuk istrinya.

Malam itu juga, Maula tidur bersama dengan Eliza di atas kasur sedangkan Rayden memilih keluar untuk merokok dan menghubungi Leo.

“Kapan operasi Maula dilakukan Ray?”

“Besok akan dilakukan pemeriksaan lagi, Pa. Pokoknya dalam waktu dekat ini Maula harus segera di operasi dan tolong maafkan aku karena sudah menyebabkan putrimu menderita.”

Terdengar helaan napas dari Leo dan Maureen di seberang sana.

“Berhenti menyalahkan dirimu Ray, besok Marlo akan menyusul ke sana. Aku dan Maureen akan menyusul juga setelah mendapatkan surat izin dari sekolahnya Thalia.”

“Aku akan kabari jika ada informasi lanjutan.”

Panggilan berakhir, Rayden benar-benar lega melihat respon keluarga istrinya itu. Rayden sama sekali tidak ingin berbohong atau membela diri, dia lebih baik mengutarakan kejujuran daripada kebohongan.

...***...

Keesokan hari pukul 20.00, seorang dokter perempuan dengan jas putih rapi masuk. Di belakangnya, dua orang perawat dan satu ahli diagnostik membawa trolley alat medis portabel.

“Gospodin Rayden,” sapa sang dokter dengan aksen khas Rusia, “kita akan memulai serangkaian pemeriksaan mendalam malam ini sebelum tindakan operasi besok pagi. Kami perlu tahu seberapa jauh infeksi menyebar dan seberapa stabil kondisi kandungannya.”

Rayden hanya mengangguk, suaranya tercekat. Ia menyingkir ke sudut ruangan dan berdiri di dekat Eliza, memberi ruang pada tim dokter.

Pemeriksaan Darah Komprehensif dimulai. Perawat memasang infus tambahan di lengan kiri Maula dan mulai mengambil sampel darah. Empat tabung kecil diisi dan masing-masing untuk tes hematologi lengkap, fungsi ginjal dan hati, serta panel infeksi dan kehamilan.

Teknisi USG membawa mesin portabel, menurunkan tirai dan mempersiapkan area abdomen Maula. Gel dingin dioleskan. Monitor menyala, menampilkan gambaran rahim dan organ dalam secara real-time.

Dokter mengamati dengan seksama.

“Janinnya masih hidup, tapi ada inflamasi di rahim.”

Rayden mencengkeram sisi ranjang. Napasnya tersengal mendengar kabar bahwa anak itu masih bertahan meski kecil harapannya.

Karena Maula masih sadar dan cukup stabil, dokter menyarankan MRI untuk mengetahui sejauh mana kerusakan jaringan akibat infeksi.

Rayden menemani Maula didorong ke ruang MRI, tangannya terus memegang tangan Rayden, takut jika Rayden jauh darinya. Selama 45 menit, tubuh Maula dimasukkan ke dalam tabung besar magnetik. Dokter memeriksa apakah ada abses, nekrosis, atau komplikasi lain yang tak terdeteksi di USG.

“Gambar ini akan menunjukkan apakah operasi darurat diperlukan atau masih bisa ditunda.”

Lalu dua ginekolog dipanggil untuk berkonsultasi mengenai hasil pemeriksaan. Mereka memperdebatkan risiko pembedahan saat janin masih kecil dan tubuh Maula dalam kondisi sistemik lemah. Keputusan akhir tetap berat.

“Kita bisa kehilangan ibu, atau bayi… atau keduanya.”

Rayden menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Ia tak tahu lagi harus memilih bagaimana. Tapi suara lirih dari Maula yang tiba-tiba terdengar dari ranjang, membuat semua orang diam.

“Aku… tidak takut mati… tapi tolong, Ray, jangan biarkan anak kita mati sia-sia karena penyakit ini…”

Dokter saling berpandangan, lalu menatap Rayden yang terlihat amat rapuh kali ini.

“Kami akan melakukan yang terbaik, Mr. Rayden. Tapi Anda harus siap, ini akan menjadi operasi kompleks, mengangkat jaringan yang terinfeksi sambil menjaga rahim tetap utuh.”

Malam semakin larut. Di luar jendela, lampu-lampu kota Moskow berkedip di antara bayangan salju. Di dalam ruangan, Rayden berdiri di dekat Maula, memandangi wajah perempuan yang telah mencuri hatinya, kini berjuang mempertahankan dua nyawa sekaligus. Tidak ada kata cukup untuk menggambarkan rasa takutnya kecuali satu hal, yaitu Cinta seperti ini seharusnya tidak harus dibayar dengan nyawa.

Rayden mengelus kepala Maula dengan lembut, Marlo baru saja datang bersama dengan Eliza. Marlo memeluk Rayden sebentar lalu menatap kakaknya.

“Bagaimana?” tanya Marlo.

“Dia tetap ingin mempertahankan kandungannya.”

“Ray, kalau kau tetap ingin istrimu, kau tahu keputusannya.” Rayden menatap Eliza dan mengangguk, Maula kini tidur dengan lelap di atas ranjang.

“Aku sudah membuat keputusan untuk menyelamatkan nyawanya, Nena. Aku tidak mau kehilangan istriku, sudah cukup kehilangan demi kehilangan aku hadapi dan tidak untuk kali ini.” Marlo menepuk ringan pundak Rayden.

...•••Bersambung•••...

1
Putri vanesa
Semoga Maula kuat dan msih aman sma yg lainnya, Ray knpa gk minta tolong papamu dan om axelee
Putri vanesa
Sukaa banget setelah sekian lamaaaa Mauuulaa ❤️❤️
Vohitari
Next, seriesnya seru thor
Pexixar
Lanjut lagi
Miami Zena
Series yg paling ditunggu, mentalku aman kok thor
Sader Krena
Lanjutan ini selalu kutunggu, cepat rilis thor
Flo Teris
Selalu nungguin series nya, btw mentalku aman banget
Cloe Cute
Segerakan series 3 kak, udah gak sabaar aku tuh
Bariluna Emerla
Aku menunggu series 3 kak
Zayana Qyu Calista
Sedih kan kamu Ray, mana istri lagi hamil lagi kamunya berulah. Sekarang Maula hilang malah kelimbungan, cepat rilis yang ketiga kak, udah gak sabar mau baca
Rika Tantri
Puas banget sama pembalasan Maula tapi kesel banget sma Rayden. Udah tau si barabara itu otaknya gesrek, masih aja diikutin
Zayana Qyu Calista
Ditunggu banget nih series 3, yg paling dinanti ini mah. Cepetan kak ya
Arfi
Cepat di rilis kak, gk sabar aku
Arfi
Puas banget sama Maula ih, salah cari lawan kan lo Bar
Hanna
Kamu tuh ceroboh banget tau dak sih Ray, gak bisa baca apa kalo dia pura2
Hanna
Wajar aja Maula ngamuk dan ninggalin kamu Ray, dia ngeliat pergulatan panas kamu sama barbara.
Hanna
Puas banget aku weehh
Hanna
Dia nyoba ngeracau pikiran Maula ini mah
Ranti Zalin
Puas banget ngeliat dia diginiin, mampos
Ranti Zalin
Bikin masalah nih org njirr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!