AISHA

*Lima bulan kemudian*

Aisha jadi semakin sibuk setelah Rafka bertambah besar dan aktif, dirinya bahkan sekarang tidak diizinkan oleh Rey untuk melakukan apapun kecuali kepentingan yang menyangkut Rafka. Semua yang dilakukan Aisha hanya untuk Rafka saja. Rey juga sudah mempekerjakan seorang asisten rumah tangga sejak lima dua bulan yang lalu.

Sebenarnya Aisha tidak suka dengan keputusan Rey mempekerjakan Art. Tapi setelah melihat bahwa Art yang bekerja di rumahnya sangat membutuhkan pekerjaan, Aisha hanya bisa menyetujuinya saja.

Selama lima bulan ini, apa Aisha menjalani hidupnya dengan mudah? Tentu saja tidak. Aisha sangat sering dipukul bahkan dicaci maki oleh Rena dan Ibunya. Hanya saja Aisha tetap bertahan agar ia bisa tetap bersama Rey dan Rafka.

Hubungannya dengan Rey masih seperti dulu, suami istri yang sah. Hanya saja sejak ia melahirkan dulu, Rey sudah tidak pernah menyentuhnya lagi. Jadi, impiannya untuk segera kembali hamil pun harus ia pendam.

Hari-harinya selalu ia habiskan bersama Rafka di dalam kamar. Sesekali ia membawa Rafka pergi jalan-jalan ke luar rumah untuk mengusir kebosanan. Bukan karena bosan dengan Rafka, kelakukan Rena dan ibunya lah yang membuatnya muak. Selalu saja menyudutkannya dan membuat masalah yang tidak masuk akal. Aisha tahu, mereka sengaja seperti itu demi membuatnya pergi.

Terkadang, Aisha berfikir apakah setiap kali harus mengalah pada mereka? Apakah keputusannya bertahan sudah benar? Siapa yang ia andalkan sekarang? Rey, dia tidak pernah mencintainya selama ini. Rafka juga bukan anak kandungnya. Apa yang membuat dia begitu kuat untuk bertahan meskipun ia tahu posisinya sangat rentan untuk saat ini.

"Apakah aku harus menyerah? Apakah setelah pergi, Rey akan benar benar bahagia?" Pikir Aisha.

"Nyonya, Sudah waktunya makan siang. Saya sudah siapkan makanan di kamar. Biar saya yang menggantikan menjaga tuan kecil dulu." Ucap ART yang setiap hari selalu membantu Aisha untuk menjaga Rafka ketika ia ada kegiatan lain termasuk makan, mandi.

"Iya, terimakasih!" Ucap Aisha kemudian membawa Rafka kembali masuk ke dalam kamar diikuti ART yang setia membantu Aisha. Wanita itu sangat kasihan terhadap Aisha. Ia sudah tahu bagaimana situasi di dalam rumah itu. Sangat tidak adil bagi Aisha. Bahkan ia juga ingin Aisha berpisah saja dari Rey untuk mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik. Tapi, Aisha sangat keras kepala untuk tetap bertahan.

........

Rey menerima telepon dari Rena bahwa Rafka hilang. Rey sempat bertanya-tanya bagaimana Rafka bisa hilang? Apa yang dilakukan aisha? Bukankah ia sudah menyerahkan Rafka dalam pengawasannya?

apa yang salah?

Rey langsung pulang begitu menerima telepon dari istri keduanya itu. Sesampai di rumah ia melihat Aisha tengah di sidang oleh Rena dan ibunya.

"Aisha, dimana Rafka? Kenapa bisa hilang?" Tanya Rey. Tidak biasanya Aisha teledor seperti ini, pasti ada hal yang tidak beres.

"Aku tidak tahu, Rey. Aku pergi makan dan menitipkan Rafka pada Bibi." Kata Aisha jujur namun sekali lagi tidak ada yang percaya dengan ucapan Aisha.

"Bibi? Apa benar?" Tanya Rey pada ARTnya.

"Tadi saya menidurkan tuan kecil di box bayi, dan saya tinggal sebentar ke toilet. Tapi setelah saya kembali, tuan kecil sudah tidak ada." Kata Art itu.

"Rey, kamu jangan menyalahkan Bibi! Walau bagaimana pun ini adalah tugas Aisha. Aisha tidak seharusnya meminta Bibi untuk menjaga Rafka. Itu bukan tugas Bibi." Kata Rena. Setiap kali ada masalah, masih saja Aisha yang disalahkan. tapi Aisha bahkan tidak pernah membalasnya sedikitpun, ia tetap dengan kepercayaannya sendiri, bahwa ia tidak bersalah.

"Aisha, kenapa kamu serahkan tugasmu pada Bibi? Apa kamu bosan?" Tanya Rey. Aisha menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Tidak Rey. Aku tidak bosan. Aku hanya pergi makan sebentar. Aku tidak tahu kalau Rafka akan bilang. Biasanya dia akan baik-baik saja di dalam box bayinya." Ucap Aisha.

"Tidak mau tahu apa alasanmu. Jika sampai terjadi sesuatu pada Rafka, aku akan buat perhitungan sama kamu!" Ucap Rey dengan nada tinggi bahkan disertai dengan Ancaman. sebesar itukah api kemarahan Rey terhadapnya? mengapa pria itu tidak pernah sekalipun ingin mendengarkan penjelasannya, Rey hanya percaya dengan apa yang ada di depan kayanya, sisanya ia tidak akan pernah pedulikan lagi. Siapapun yang membuat dirinya marah, pasti akan dalam masalah.

"Rey, aku tahu aku salah. Aku akan mencari Rafka sampai ketemu." Kata Aisha sambil meneteskan air matanya.

"Aisha, ketemu atau tidak, lebih baik kita bercerai saja." Kata Rey akhirnya.

"Rey." Gumam Aisha pelan. Jika ini adalah akhir, ia tidak ingin berakhir seperti ini. Ia tidak ingin melibatkan siapapun termasuk Rafka yang sangat ia sayangi.

"Pergi, Aisha! Jangan sampai aku melihatmu!" Kata Rey.

"Aku akan pergi mencari Rafka. Jika dia belum ketemu, aku tidak akan kembali." Kata Aisha.

"Kau tidak perlu kembali! Aku akan urus semuanya." Kata Rey membuat Aisha bagai dihantam batu tepat mengenai hatinya. Apa Rey mengusirnya? Apakah Rey benar akan menceraikannya?

Aisha tidak menjawab lagi, ia segera pergi keluar dari rumah itu. Pertama ia harus menemukan Rafka dan menguak siapa dalang dibalik hilangnya Rafka. Karena tidak mungkin Rafka bisa hilang sendiri. Rafka masih kecil dan pergerakannya juga belum banyak. Pasti ada seseorang yang sengaja melakukan hal itu demi untuk membuat Aisha dalam masalah.

"Rey, bagaimana kita mencari Rafka sekarang? Di sebenarnya dimana?" Ucap Rena sambil pura-pura menangis di pelukan Rey.

"Kita cari kemana pun. Sebelum ketemu, kita tidak boleh menyerah." Ucap Rey.

"Semoga Rafka baik-baik saja." Ucap Rena. "Kamu, jangan percayakan Rafka pada Aisha lagi, Rey!" Tambah Rena.

"Dia tidak akan bisa menyentuh Rafka lagi." Jawab Rey membuat Rena senang. Akhirnya apa yang ia inginkan bisa terwujud. Aisha diusir oleh Rey dan Rey hanya miliknya mulai dari sekarang.

Aisha masih terus mencari petunjuk kemana Penculik itu membawa Rafka. Ia tidak tahu bagaimana cara menemukan Rafka tanpa petunjuk satu pun. Sampai ia menerima sebuah panggilan dari nomor yang tidak dikenal.

"Datang ke gudang kosong di sudut kota! Kamu akan temukan anakmu! Jangan coba-coba membawa orang lain jika tidak ingin anakmu mati!"

Begitu mendengar ucapan seseorang di dalam telepon itu, Aisha segera pergi menuju ke tempat yang ditunjukkan. Ia harus menyelamatkan Rafka. Tapi, bagaimana bisa ia menyelamatkan Rafka sendiri? Ia hanya seorang wanita sedangkan penculik Rafka adalah seorang pria dan tidak mungkin hanya sendirian.

Ia harus meninggalkan jejak untuk Rey, berharap pria itu bisa menemukannya dan menyelamatkan Rafka bersama.

Bersambung....