Cerita untuk 17+ ya..
Chika terpaksa harus menerima sebuah perjodohan dari orangtuanya. Perjodohan yang membuat Chika menolaknya mentah-mentah, bagaimana tidak? Dia harus menerima pernikahan tanpa cinta dari kakak pacarnya sendiri.
Kok bisa? Chika berpacaran dengan Ardi tapi dinikahkan dengan kakaknya Ardi yang bernama Bara. Seperti apa kelanjutan pernikahan tanpa cinta dari perjodohan ini? Mampukah Bara menakhlukan hati Chika? Lanjut baca Kak..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rena Risma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15
Aku masih mencari keberadaan adikku bersama Bara, tapi hampir satu bulan mencari tidak juga kami menemukannya. Kenapa Ardi membawa Alesha? Bagaimana keadaan adikku saat ini?
Aku terus menangis didalam mobil yang dibawa Bara, terlihat Bara begitu khawatir dengan keadaanku. Dia masih pokus menyetir, tapi salah satu tangannya menggenggam tanganku.
"Tenanglah sayang, kita akan terus mencarinya," ucap Bara mencoba menenangkan hatiku.
"Bagaimana bisa aku tenang? Alesha sudah satu bulan tidak ditemukan Mas. Kita sudah mencarinya kemana-mana, tapi tidak juga menemukannya. Kau tahu, aku sangat mengkhawatirkan keadaan adikku. Aku benar-benar takut terjadi apa-apa pada Alesha." Air mataku kembali deras, menatap Bara penuh haru.
"Tenanglah sayang, bersabarlah! Aku juga sangat mengkhawatirkan Alesha. Aku juga begitu kehilangan Alesha, " ucap Bara.
"Sabar kau bilang? Bagaimana aku bisa sabar? Alesha itu adikku satu-satunya, aku sangat menyayanginya. Apa kau akan bersabar jika Marcell yang hilang?" Aku menatap Bara dengan wajah kesal, tapi Bara hanya tersenyum menatap kearah ku.
Mobil Bara berhenti di depan rumahnya, aku menatap wajah Bara yang masih diam tak bergerak. Apa dia marah padaku? Apa ucapan ku barusan telah melukai hatinya? Ya Tuhan, aku bahkan melukai orang yang begitu perduli dengan nasib adikku, aku telah menyakitinya.
"Maaf, " bisikku.
"Sudahlah, aku sangat mengerti keadaanmu saat ini!" senyum Bara.
"Ayo kita masuk kedalam rumah," pintaku.
"Tidak, kau saja! Aku masih ingin mencari Alesha. Beristirahatlah!"
Ya Tuhan, lagi-lagi aku terkejut dengan ucapannya. Dia kembali ke rumah hanya untuk mengantar ku pulang, agar aku bisa beristirahat. Maaf Bara, aku selalu saja menyakiti hatimu.
Aku keluar dari mobil, berjalan pelan masuk kedalam rumah. Aku berhenti menatap Cindy dan Marcell yang duduk di sofa ruang tamu.
"Kak Chika, aku lapar!" ucap si kecil Marcell.
"Ibu, memang tidak masak untuk kalian?"
Marcell dan Cindy menggeleng, terlihat mereka berdua memegangi perutnya yang lapar.
"Tadi Ibu bilang, Ibu dan Ayah mau pergi mencari Alesha." Marcell mengingat ucapan terakhir dari Ibunya sebelum pergi.
"Ya sudah. Ikut Kak Chika, kita masak sama-sama," senyumku.
"Asyik.." Mereka berteriak kompak.
Aku berjalan menuju dapur, diikuti oleh Marcell dan Cindy dibelakang ku. Aku mengeluarkan semua bahan makanan yang akan ku masak dari dalam kulkas.
"Mau masak apa?" tanyaku pada mereka.
"Aku mau capcay Kak," pinta Marcell.
"Aku mau ayam goreng Kak," teriak Cindy.
"Siap. Koki Chika akan segera beraksi, jangan terpana melihat Kak Chika masak ya!" tawaku.
Tapi Cindy dan Marcell tertawa kearah ku, memang aku sengaja membuat permainan saat memasak, agar mereka tidak jenuh menunggunya.
Setelah hampir setengah jam, akhirnya masakan yang ku masak matang. Aku membawa makanan itu di atas meja makan.
"Kak Chika, aku mau makan di kursi taman depan, " pinta Marcell.
"Iya sayang. Cindy bantu Kak Chika bawa piringnya ya!" Teriakku pada Cindy sambil membawa masakan yang selesai ku masak.
"Baik Kak."
Cindy dan Marcell mulai makan, aku hanya menemani mereka duduk disana. Terlihat mereka begitu lahap memakan masakan ku.
"Enak Kak, " ucap Marcell sambil menunjukkan jempolnya.
"Ternyata Kak Chika jago masak. Pantas saja Kak Ardi dan Kak Bara jatuh cinta padamu," ucap Marcell lagi.
Cindy menutup mulut adiknya dengan tangan kanannya, meminta pada Marcell untuk tidak bicara saat makan. Jelas, aku cukup sedih mendengar ucapan Marcell. Aku ingat kembali masa itu, saat aku masih menjadi kekasih Ardi. Ardi manja itu selalu memintaku memasak untuknya. Jika aku menolak, dia akan marah dan tidak berbicara padaku sampai aku memasak makanan kesukaannya. Ih, kenapa juga aku harus mengingat laki-laki itu? Laki-laki yang sudah memisahkan aku dengan adikku Alesha.
Aku masih asyik menatap Marcell dan Cindy yang sedang makan. Sampai tiba-tiba aku terkejut menatap Alesha berjalan ke arahku. Berjalan? Alesha bisa berjalan?
Aku langsung berdiri dari kursi, berlari mendekati adikku lalu memeluknya. Ada air mata haru yang jatuh membasahi pipiku, menatap Alesha bisa berjalan menggunakan kakinya. Aku menatap Ardi yang berdiri dibelakang Alesha, dia tersenyum kearah ku.
Kenapa dia harus ada disini?
"Kak Chika, kau lihat tidak? Aku sudah bisa berjalan sekarang, " kata Alesha dengan senyum diwajahnya.
"Iya Kakak lihat. Kemana saja kau? Kakak mengkhawatirkan mu, " kataku sambil kembali memeluknya.
"Kak Ardi mengajakku ikut dengannya. Kau tahu, dia begitu terluka melihat kau menikah dengan Kak Bara. Kak Ardi bahkan sempat mau bunuh diri, tapi aku mencegahnya. Aku kasihan padanya Kak, " bisik Alesha ditelinga ku.
"Apa kau tidak bisa menikahi dua lelaki sekaligus? Menikahlah juga dengannya Kak, pasti Kak Ardi senang. " Alesha masih berbisik.
Aku menatap kearah Ardi yang berada dihadapan ku, rasanya trauma ku belum hilang melihatnya. Ardi masih tersenyum menatapku, tanpa bicara sepatah kata pun.
"Ayo Kak Chika, berterima kasihlah pada Kak Ardi. Dia yang sudah membiayai operasi kakiku sampai aku bisa jalan. Ayo Kak!" Alesha merengek.
"Terimakasih, karena kau sudah begitu perduli pada adikku. Terimakasih juga untuk biaya operasi yang sudah kau keluarkan untuknya. Aku akan mengembalikan uangmu segera!" ucapku.
"Tidak usah. Sudahlah, anggap saja ini kado pernikahan untukmu dan Kak Bara. Jangan sungkan padaku, sekarang kau sudah menjadi Kakak ipar ku." Ardi tersenyum sambil mendekat kearah Alesha.
"Kak Ardi pergi ya! Jaga dirimu baik-baik," senyum Ardi sambil mencubit lembut pipi Alesha.
"Kenapa harus pergi? Tinggal disini saja bersama kami, " ucap Alesha dengan wajah sedih.
Ardi menatap kearah ku sebentar, lalu pandangannya kembali pada Alesha.
"Kak Ardi akan kemari lagi besok, kalau perlu setiap hari. Tapi, Kak Ardi tidak bisa tinggal di rumah ini lagi."
"Kenapa Kak?" Alesha bertanya.
"Terlalu menyakitkan Sha," ucap Ardi sambil melirik kearah ku.
"Siapa yang menyakitimu Kak? Kak Chika?"
"Bukan Sha, tapi takdir. Takdir begitu jahat, memisahkan Kak Ardi dengan cintanya Kakak. Rasanya, Kak Ardi belum sanggup jika harus melihat orang yang paling Kakak sayangi dimiliki orang lain, " ucapnya.
Ardi berjalan meninggalkan aku dan Alesha, tapi dari kejauhan terdengar suara Cindy dan Marcell memanggil.
"Kak Ardi.."
Sontak Ardi berbalik dan memeluk kedua adiknya, tiba-tiba saja air mataku jatuh melihat pemandangan dihadapan ku ini.
"Kak Ardi mau kemana? Jangan pergi lagi Kak!" Ucap si kecil Marcell.
"Kak Ardi akan sering-sering datang kemari untuk menemui kalian. Jadi jangan bersedih ya!"
"Tapi Kakak tinggal dimana?" Cindy cemas.
"Dikontrakkan. Kakak menyewa rumah dipinggir kota, dekat tempat kerja Kakak," senyumnya.
"Sudah ya. Kak Ardi pamit, salam untuk Ayah, Ibu, dan Kak Bara."
Ardi tersenyum sambil meninggalkan dua adiknya yang masih merindukannya. Aku merasa bersalah. Andai saja aku tidak pernah hadir diantara mereka, mungkin Ardi tidak akan pernah mengalami hal buruk ini. Semua ini salahku, jelas ini kesalahan ku.
Kenapa aku harus jadi dinding pemisah antara Ardi dan Bara? Aku yang menyebabkan semua ini, aku..
Rasanya sangat menyakitkan, ada diposisi ku saat ini. Tapi aku bisa apa? Aku tidak berdaya melawan keinginan takdir. Maafkan aku Ardi, Bara,
Tetap beri dukungan untuk author, tinggalkan jejak Komen, Like atau Jempol, Vote terus yang banyak di cerita ini.🙏🙏
Selamat membaca, author sayang kalian.😘
Terimakasih untuk Vote yang sudah diberikan para pembaca. Author jadi semangat menuntaskan cerita ini.
I love you reader..❤️❤️❤️
Pokoknya aku ga mau .............................
Tapi Kalo Ganteng, Baik, keren 👍👍👍 Aku mau 😂😂😂