NovelToon NovelToon
Salah Pilih

Salah Pilih

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: yu odah

mengabdi pada imamnya dengan sepenuh hati tetapi Justru derai air mata dan darah yang Inara terima.
Suami yang sangat ia cintai ternyata menghianatinya, hancur hati Inara mengetahuinya dan semakin membuatnya terpuruk saat kehancuran rumah tangganya ternyata ada campur tangan ibu mertuanya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yu odah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Permintaannya

Egi dan Endah berjalan cepat menyusuri lorong rumah sakit, kegiatan Endah mendampingi sang suami terpaksa ia batalkan setelah mendengar kalau Inara jatuh pingsan.

Cklek.

Endah memasuki ruangan di mana Inara terbaring, wanita paruh baya itu terisak melihat tubuh kurus Inara terbaring lemah.

"Na...Inaa, kamu kenapa nak?"

Endah mengusap punggung tangan Inara dengan lembut, Melihat keadaan Wanita yang membuatnya susah tidur itu entah kenapa dada Egi terasa sesak, pria itu lalu keluar ruangan dan menyusul perawat yang kebetulan baru memeriksa Inara.

"Sus..suster tunggu."

"Ya Tuan...ada yang bisa saya bantu."

"Apa yang di derita oleh pasien atas nama Inara, penyakit apa yang membuatnya pingsan?" desak Egi.

"Maaf kami tak bisa menjelaskan pada orang yang bukan keluarga pasien."

"Ck...saya sepupunya, ibu saya nangis terus melihat ponakannya terbaring di dalam, apa suster mau tanggung jawab kalau ibu juga ikut pingsan karena cemas dengan kondisi keponakannya itu?"ancam Egi ketus.

"Oh ..maaf, Nyonya Inara hanya kelelahan, kondisi tubuhnya kurang vit, juga tensi darahnya rendah dan tubuhnya kurang nutrisi" terang perawat tersebut singkat namun perhatiannya justru terfokus pada wajah tampan Egi.

"Apa ?! Dia kekurangan nutrisi?!"

"Eh blekok monyong...."umpat Egi kesal saat Ibnu tiba-tiba sudah berada di dekatnya.

Perawat mengangguk dan senyum manis terbit dari bibirnya karena melihat dua pria tampan kini berdiri di depannya.

"Apa yang terjadi denganmu Na?" ucap Ibnu lirih sambil memandang ke dalam ruangan dari balik kaca pintu.

"Masuklah dan tanyakan padanya jika kau ingin tahu yang sebenarnya"ujar Egi bijak, namun Ibnu menggeleng lemah.

"Aku sudah berjanji untuk melupakannya."

"Cih ..lalu kenapa mendengar keadaanya sekarang kau tiba-tiba perduli?" tanya Egi sinis.

"Itu permintaannya agar aku menjauhinya, dan aku tak bisa menolak jika itu memang membuatnya bahagia."

Egi melangkah panjang meninggalkan Ibnu yang masih memandang Inara dengan tatapan iba.

"Bu ...di mana ini" suara lirih Inara membuat Endah tersenyum.

"Kamu di rumah sakit Na...syukurlah kau sudah sadar, katakan apa yang terjadi Ina...kenapa kamu bisa pingsan, apa kau sangat cape?"

"Tidak bu...hanya kepalaku sedikit pusing, tapi sekarang sudah sembuh Bu" jawab Inara sambil berusaha bangun dari tidurnya.

"Jangan dulu bangun Na ...kamu masih lemah."

Tok tok tok.

Endah menjauh dari sisi ranjang setelah seorang dokter dan dua perawat datang untuk memeriksa.

"Bagaimana anak saya Dokter?"tanya Endah cemas.

"Tenang bu....Nona Inara hanya sesikit lelah, mungkin kurang istirahat, tensi nya pun rendah juga harus menambah nutrisinya"terang dokter bijak.

Endah memandang Inara yang kini menatapnya dengam lemah, dari kulitnya memang terlihat kusam dan kering.

"Apa yang terjadi padamu nak" rintih hati Endah trenyuh.

Namun dokter bertubuh tinggi tegap itu tersenyum ramah dan menuliskan resep.

"Tenang bu..kami akan memberikan vitamin dan obat untuk memulihkan kondisi putri ibu" ucap dokter sambil menyerahkan resepnya pada Endah.

Beruntung kondisi Inara sudah pulih tanpa harus menginap.Dengan kursi roda Endah mendorong Inara yang tampak kikuk.

"Bu ..aku tak perlu memakai kursi ini, aku masih bisa jalan bu"Ujar Inara.

"Sst ..sudahlah kau tak boleh terlalu lelah, jarak dari sini ke parkiran cukup jauh."

Inara terdiam karena Endah tak akan membiarkannya berjalan.Bahkan sampai di dekat mobil pun Endah masih menuntun Inara bak seorang pasien yang luka parah.Ibnu hanya bisa memandang haru karena sang ibu masih sangat menyayangi Inara meski ia telah menolak cinta putranya.

"Kita ke rumah dulu Gi."

"T tapi Bu ..sepedaku masih di kantin."

"Tak perlu kau pikirkan sepeda butut itu, kau pikirkan kesehatanmu dulu, itu yang penting."

Egi berucap dengan nada ketus.

"Malam ini sebaiknya kau menginap di rumah ibu...agar kau bisa istirahat."

"Ah t tidak Bu ..aku harus pulang, nanti mas Rusdi mencariku dan..."

"Aku yang akan ijin pada suamimu Na."

"Nggak Bu ..jangan, nanti siapa yang akan masak untuk sarapan Mas Rusdi dan Ibu, cuci baju, dan membersihkan rumah siapa?, aku harus pulang..."

Egi menggeleng kepalanya, begitu juga Endah, wanita paruh baya itu sangat geram, pastilah karena perlakuan Sela mertua Inara yang selalu memintanya untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah.

"Na..kau sedang sakit, kan bisa kau bilang pada Rusdi dan mertuamu kalau kau hari ini tak bisa melakukan semua pekerjaanmu, biarlah Sela yang sementara melakukannya, toh kerjanya hanya ngumpul-ngumpul di rumah emaknya Kokom sampai sore, bahkan makan pun dia selalu beli di warung" terang Endah jujur.

Namun inara bersikeras untuk tetap pulang ke rumah, akhirnya Endah lah yang mengalah namun ia minta Inara untuk pulang di antar oleh Egi.

"Kenapa kau sangat takut pada suamimu?" tanya Egi ketus dengan tangan fokus di kemudi.

"Bukan takut, tapi sebagai seorang istri maka suamilah orang pertama harus aku hormati, dalam rumah tangga seorang suami ibarat sebagai nahkoda kapal, semua yang berada dalam kapalnya maka harus menurut pada sang pimpinan."

"Ck ...meski nahkodanya bahkan telah meninggalkan kapalnya, apa kau akan tetap mentaatinya?"

Inara menatap Egi tajam, pria ber bibir manis tapi ucapannya sangat lah pedas dan menusuk tepat di jantung Inara.

"Kenapa diam? Apa kau akan terus menerima perlakuan suamimu itu heum? Apa kau akan terus berpura- pura buta setelah kenyataan terpampang jelas di depan matamu sendiri?."

Inara menatap Egi dengan tajam "Itu bukan urusanmu."

Egi mendengus kesal kala Inara keluar dari mobil dan langsung memasuki rumahnya tanpa satu kata terima kasih pun terucap dari bibirnya.

"Do gue butuh bantuan lu" pesan Egi yang ia kirim ke sahabatnya.Entah kenapa ia kini mulai terusik dengan kisah Inara, hatinya merasa tak rela melihat wanita lembut itu tersiksa.

Inara langsung duduk dan meminum obatnya, beruntung ia tak harus membayar obat tersebut karena Endah bilang kalau pemilik kantin yang bertanggung jawab dan menebus obatnya.

"Kemana sepedamu?dan kenapa kau di antar mobil "Sela bertanya dengan wajah ketus.

"Itu mobil sepupu Bu lurah Bu, aku kurang enak badan jadi bu lurah minta keponakannya untuk mengantarku pulang."

"Lalu mana pesananku?"

Inara merasa bersyukur karena pesanan ibu mertuanya tak lupa ia belikan.

Merasa tubuhnya masih letih Inara pun menuju kamar untuk meluruskan tubuhnya sebentar, mungkin karena efek obat yang ia minum matanya pun terasa mengantuk.

Pukul sepuluh Inara terbangun, ia bergegas ke luar kamar untuk melihat apakah suaminya sudah pulang, namun keadaan masih sepi dan gelap Sela mungkin sudah tidur.

"Di mana kamu Mas..."ucap batin Inara.

Dengan segelas air, Inara membasahi kerongkongannya, tak ada rendang daging ataupun lauk lain seperti yang Sela tuturkan pagi tadi kalau ia akan memasak rendang daging.Di meja makan hanya ada nasi putih yang masih utuh satu mangkuk.

Dan Inara kembali ke kamar setelah meminum obatnya.Suara deru motor yang ia kenal membuat Inara kembali bangkit untuk menyongsong sang suami.

"Baru pulang Mas?"

"Heum..."

"Larut banget pulangnya Mas?"

"Aku tunggu anak muridku Na...orang tuanya pergi dan dia takut di rumah sendiri, curiga banget sekarang kamu Na?" jawab Rusdi ketus.

"Bukan curiga Mas..aku takut kau kenapa-napa, tak ada yang bisa aku hubungi ."

"Aahh sudahlah, toh aku sudah di rumah, aku mau tidur, cape aku."

Inara menghela nafas panjang, bahkan Rusdi tak menanyakan obat apa yang ada di atas meja rias.Suaminya hanya melirik sekilas dan langsung merebahkan tubuhnya.

Inara pun ikut membaringkan tubuh meski masih terasa lemas,untuk menceritakan kejadian di kantin rasanya percuma.

Dan pagi hari Inara bangun lebih awal, beruntung tubuhnya sudah sedikit bertenaga dan pening kepalanya pun berkurang.

"Na aku berangkat."

"Lho Mas...kau tidak sarapan dulu?"

"Tidak..nanti saja beli di jalan."

Inara tertegun, tak pernah sekalipun Rusdi melewatkan sarapan meski dengan lauk apapun itu.

Rusdi melajukan motor miliknya menuju rumah megah Kelvin, ia sudah terlebih dulu mengirim pesan pada Toni kalau hari ini ia ijin karena ada kepentingan keluarga.Wajahnya selalu tersenyum penuh semangat, karena Kesya sudah meminta saudaranya untuk mengajak Kelvin liburan hingga mereka bisa menikmati waktu berdua dengan puas.

Dengan leluasa Rusdi membuka pintu bangunan rumah utama.

Tok tok tok.

"Kesya sayang ...di mana kau" suara Rusdi membuat sang empunya rumah langsung berlari menyongsongnya.

"Kau sudah datang Mas..."

Tanpa ragu dan sungkan keduanya kini saling memeluk erat bahkan bibir mereka menyatu dengan lidah saling membelit panas.

1
Holipah
Inara tolol suami penyakit masih mau aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!