Semua terjadi karena kesalahan ku sendiri yang tergiur akan uang taruhan, tanpa aku menyadari, kalau aku sedang mempertaruhkan masa depan ku!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsabilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembohong!
Seperti tak bisa menerima kenyataan, Yumi yang tadinya sudah berdiri, kembali terduduk lemah.
Sedangkan Mama Jisya menatap kecewa ke arah suaminya karena tidak memberitahukan padanya sebelum ini, tentang Zeera dan Akira dua wanita yang ada sangkut pautnya di masa lalu Abnan, pemuda yang sudah dia besarkan dengan penuh kasih sayang.
Abnan masih menahan nafas, ia seolah lupa bernafas melihat tatapan kekecewaan terpancar dari sang Mama tercinta.
"Ma, Abnan bisa jelasin sama Ma----" ucapan pemuda itu terhenti kala melihat Mama Jisya mengangkat satu tangan tanda menyuruh dia untuk berhenti berbicara.
"Jadi kamu sudah mengetahui tentang Zeera itu putri Abnan? Lalu kenapa Mas tidak menceritakannya pada ku selama ini? Kenapa, Mas?" Tanya Jisya butuh jawaban kejujuran dari si suami yang terdiam seribu bahasa.
"Maksud nenek apa? Zeera yang nenek maksud itu aku?" Tanya Zeera tak sengaja turun ke lantai bawah dan mendengar percakapan di antara orang dewasa.
Zeera bukanlah gadis kecil yang berusia 5 tahun yang masih bisa di bohongi, tapi Zeera adalah seorang gadis yang berusia 10 tahun sudah mengerti mana baik, dan mana buruk.
Semua mata yang tadinya tertuju pada Mama Jisya, kini serentak melempar pandangan ke arah suara gadis kecil yang baru muncul dari belakang.
Jisya menatap Zeera dengan tatapan lembut, tapi juga menyimpan kekecewaan terdalam, mengingat kalau dia sudah gagal menjadi seorang ibu yang bisa membimbing anak-anaknya menjadi pribadi yang lebih baik.
Buktinya, putranya sampai menghamili seorang gadis saat putranya masih duduk di bangku pendidikan.
Tentu saja Jisya tahu kalau terciptanya Zeera itu saat Abnan masih sekolah, mengingat umur Zeera yang sudah berusia 10 tahun.
Akira yang berada di kamar, kembali melihat apa yang terjadi di bawah sana. Karena ia seperti dapat mendengar suara mertuanya yang sedang membicarakan Zeera putrinya.
Betapa kagetnya wanita itu, saat mendengar putrinya Zeera bertanya tentang siapa Zeera yang di maksud oleh Mama Jisya.
"Tunggu..! Apa yang sedang kalian semua bicarakan? Apa Zeera ini adalah putri, kakak?" Tanya Anim yang tadi memang ada di rumah dan sempat mendengar pembicaraan mereka di ruang keluarga.
Akan tetapi wanita itu cuek-cuek saja, sampai mereka membahas tentang Zeera putri Akira yang Papa Arga bilang adalah putri kakak laki-lakinya.
Semua diam, Jisya juga masih setia dengan pandangan yang masih menatap gadis kecil yang ternyata adalah cucu kandungnya sendiri.
Zeera yang tidak mendapat jawaban dari Mama Jisya yang dia juluki nenek, kembali ingin bertanya kebenaran tentang siapa dirinya.
Gadis kecil itu melempar pandangan pada Ayahnya yang terus mendiamkan diri.
"Om, tolong jujur sama Zeera, apa Zeera yang barusan Om bahas itu adalah aku?" Tanya gadis itu pada sang Ayah.
Mengetahui putrinya sedang berbicara padanya, Abnan juga mengalih pandangan melihat ke arah putrinya yang menatapnya penuh penasaran.
Tak ingin terus bungkam dan membiarkan semua orang bertanya-tanya. Abnan memilih mengangguk, tanda ia mengiyakan, kalau apa yang baru saja gadis itu dengar, memang adalah sebuah fakta yang belum bisa ia ungkapkan pada semua orang termasuk Mama Jisya.
"Iya, Zeera memang darah daging Ayah. Maafkan Ayah yang tidak memiliki keberanian untuk berkata jujur." kata Abnan menunduk saat menyadari sudah ada dua wanita yang kecewa dengan tidak kejujurannya.
Akira yang berada di atas anak tangga menyimak semua pembicaraan orang-orang yang ada di bawah, tentu saja dia dapat mendengar pengakuan Abnan dengan jelas di depan semua orang, terlebih lagi di depan Mamanya dan putri kandungnya sendiri.
Zeera tersenyum miris mendengar pengakuan dari Ayah kandungnya sendiri.
"Apa karena Bunda orang miskin hingga Om malu ingin mengakui Zeera?"
"Atau mungkin Om malu punya anak kayak Zeera? Apa seperti itu, Om?" Lanjut Zeera. Kedua mata gadis itu sudah berkaca-kaca siap untuk meluncur tetesan bening dari bendungannya.
Abnan buru-buru mengangkat pandangan dan menggeleng keras, "Apa yang kau katakan Zeera? Ayah tidak pernah berpikir seperti itu. Jangan mengotori pikiran mu dengan pikiran-pikiran yang tidak benar, Zeera.." Abnan menolak keras apa yang di ucapkan oleh putrinya.
"T-api itu benar, Om pengecut, Om tidak punya keberanian untuk membela Zeera di hadapan semua orang... Zeera dan Bunda melalui semua kepahitan hidup yang kami jalani sama-sama. Tapi Om membiarkan kami berjuang sendiri tanpa bantuan dari Om sedikit pun." Suara gadis kecil itu bergetar berusaha menahan diri agar tangisnya tidak pecah di hadapan orang-orang.
Zeera benar-benar berpikir kalau Ayahnya sama sekali tidak peduli padanya. Dia berpikir kalau Abnan begitu sangat egois sehingga membiarkan dia bersama Bundanya berjuang sendiri.
"Tidak Zeera, apa yang Zeera pikirkan itu tidak benar. Ayah punya alasan tersendiri kenapa Ayah melakukan semua itu, Zeera.." Abnan berjalan ingin mendekati putrinya untuk menenangkan gadis kecil kesayangannya itu.
Zeera menggeleng, "Om pembohong." Ucap Zeera sudah terlanjur kecewa berat pada Ayahnya segera membalik badan dan berlari menginjak kan kakinya satu persatu menaiki anak tangga.
Yumi masih terdiam dengan pandangan kosong. Ia benar-benar tak menyangka kalau semua pengorbanannya berakhir sia-sia.
Jauh dari pikirannya selama ini kalau Abnan sudah menikah apalagi memiliki anak.
"Kalian berdua benar-benar sudah menutupi rahasia besar ini dari Mama. Mama tidak menyangka Abnan, Ternyata kau melakukan semua perbuatan-perbuatan yang menjijikan saat masih sekolah lagi di usia mu yang sangat dini.."
"Mama ternyata gagal menjadi seorang ibu yang baik buat anak-anak Mama.." lanjut Jisya mengusap kasar air matanya.
"Ma, maafkan Abnan, Ma---"
"Cukup Abnan! Jangan bicara lagi sama Mama, Mama tidak butuh penjelasan dari mu, ataupun penjelasan dari Ayah mu, karena kalian berdua itu sama saja. Sama-sama sudah membohongi Mama seperti orang bodoh selama ini!" Usai mengeluarkan kalimat-kalimat yang menyakitkan hatinya, Jisya juga beredar dari ruang keluarga dan memilih naik ke lantai atas menuju ke kamar untuk menenangkan hati.
"Pergi dari rumah ini! Apalagi yang kau lakukan di sini! Bukan kah sekarang kau sudah puas? Bukan kah kau sudah puas membuat keluarga cicit beserta cucu ku berantakan karena kehadiran mu di rumah ini! Pergi kau!" Terdengar suara Oma Pramusita memarahi Yumi yang masih juga belum beranjak pergi meski sudah melihat kekacauan dalam rumah keluarga Abnan.
Yumi menggenggam erat kedua pergelangan tangannya merasa kalau dia diusir dan di kucilkan oleh keluarga Abnan.
Wanita itu pergi dengan hati yang membara menahan malu dan marah pada Oma dan juga Arga.
Usai kepergian Yumi, Abnan bergegas naik ke lantai atas untuk membujuk putrinya.
Tiba di depan pintu kamar Zeera, ternyata ada Akira yang berdiri di luar pintu kamar, karena Zeera juga marah pada Bundanya yang tidak jujur selama ini kalau Abnan ada lah Ayah kandungnya. Alhasil Zeera mengunci pintu dari dalam dan tidak mengizinkan Bundanya juga masuk ke dalam.
"Kenapa kau kemari? kenapa kau tidak kejar saja wanita itu?" ucap Akira melangkah melewati Abnan masuk ke dalam kamar suaminya yang dia tempati semenjak menjadi istri dari pria itu.
abis ini tinggal nunggu aja pembalasan dr yumi buat akira,, dia pst akan melakukan sesuatu buat celakai akira ato zeera,, dasar iblis betina