Seseorang yang sudah dewasa tidak akan membuang waktunya hanya karena cinta yang ia miliki dan itulah terjadi pada Dea, siswi misterius yang menyembunyikan perasaannya dari SMP sampai akhirnya mereka di pertemukan oleh takdir
"Aku tidak mencintaimu!!"
"Kita sudah dewasa De! tolong jangan mengelak lagi!"
"Apa maumu?"
"Menikahlah denganku!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lia_13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memanas 2
“Apakah kalian tidak suka dengan kedatanganku?” tanya Deni saat melihat kedua adiknya hanya diam tanpa ekspresi
“Suka! Hanya saja kamu memang seperti ini!” ucap Dea cepat takut kakaknya tersinggung, selain itu karena memang biasanya saat makan semua anggota keluarga itu akan makan dalam diam karena itulah yang diajarkan oleh ayah mereka
“Hm! Dea kamu nggak mau lanjutin kuliah lagi?” tanya Deni menatap Dea
“Untuk sekarang nggak kak! aku masih fokus sama karier aku!” ucap Dea seadanya karena memang Dea tidak memiliki rencana kuliah, menurutnya karirnya lumayan cukup bagus, jadi dia ingin fokus pada kegiatan yang dia lakukan terlebih dahulu daripada melanjutkan jenjang pendidikannya lagi
“Katanya kamu jadi penulis novel? Apa penghasilannya cukup buat kamu bertahan hidup?” ucap Deni terdengar sinis, tapi Dea mengabaikan sisi buruk dari perkataan Deni dia hanya perlu menjawab sesuai dengan yang ia jalankan
“Rejeki biar tuhan yang ngatur kak! aku hanya menjalankan apa yang aku inginkan!” jawab Dea sedanya
“Kamu harusnya kerja yang lain Dea! Di luar sana kami pasti di terima kerja di perusahaan kaya kakak sekarang!” ucap Deni menyombongkan dirinya, memang benar Deni bekerja di suatu perusahaan yang lumayan bagus menurut Dea, dan jabatannya juga lumayan, tapi sayang Dea samasekali tidak tertarik dengan jabatan dan juga pekerjaan Deni
“Aku kira aku tidak perlu melakukan itu! Aku lebih suka kerja dari rumah! Bagaimana kerjaan kakak? Apakah lancar?” ucap Dea dengan tegas, meskipun gajih dari menulis novelnya sedikit setidaknya Dea menikmati pekerjaannya dengan baik maka dari itu Dea tidak ingin kerja di kantoran seperti kakaknya
Kendati memang banyak sekali yang memberikan dirinya nasehat untuk bekerja di perusahaan supaya hidupnya terjamin, namun Dea menolak, dia sama sekali tidak tertarik dengan pekerjaan di kantoran, menurutnya menjadi penulis sudah sangat bagus, apalagi dia memiliki banyak waktu untuk me time selama ini
“Lumayan! Tapi kakak berhenti supaya bisa fokus kuliah!” ucap Deni
“Bukannya kerja sambil kuliah udah lumrah yah kak? apalagi jurusan hukum, bukannya lebih baik cari pengalaman dengan kerja sambil kuliah?” tanya Dea dengan mengerutkan keningnya heran dengan jawaban kakaknya
“Kamu ngajarin kakak?” sinis Deni melihat adiknya yang sudah mulai bisa mendebatnya, padahal sebelumnya Dea tidak akan berani sedikitpun untuk mendebatnya
“Hanya mengatakan yang aku dengarkan!” ucap Dea acuh, entah mengapa ia berpikir kakaknya itu memang selalu merasa menjadi yang terbaik, tanpa Deni sadari dirinya sudah membuat keputusan yang salah dalam hidupnya
“Yang di katakan Dea ada benarnya nak! Kenapa kamu nggak lanjutin kerja kamu sambil kuliah? Disamping itu kamu punya sampingan untuk bayar uang kuliah dengan gajih kamu tidak harus minta ayah nantinya!” ucap Martin menengahi pembicaraan kedua anaknya
“Jadi ayah keberatan buat nguliahin aku? Padahal selama ini aku nggak pernah minta ayah buat bayar uang sekolah aku!” ucap Deni merasa ayahnya pilih kasih, padahal awalnya Denilah yang memilih ikut neneknya bukan kemauan ayah ataupun ibunya
“Bukan begitu nak! Ayah masih mampu ko buat kuliahin kamu! Kamu kuliah aja nggak usah pikirin uang kuliahnya nanti biar ayah yang urus itu!” ucap Martin takut anaknya merasa di bedakan dengan saudaranya
Selamat ini susah payah Martin membujuk Deni untuk tinggal bersama namun Deni tidak mau, maka dari itu sekarang saat Deni mau tinggal bersamanya maka dia akan memanjakan Deni seperti yang ia inginkan sedari Deni kecil dulu
“Kak Deni lucu banget sih! Aku aja uang sekolah di bayarin sama kak Dea nggak minta ayah, ko kak Deni maksa banget buat Ayah yang bayar uang kuliahnya?” sinis Kevin tidak senang dengan sikap kakak tertuanya, yang seakan memaksakan kehendak ayahnya, padahal selama ini dia yang tinggal di sana saja tidak pernah begitu pada ayahnya
Apalagi mendapati ayahnya yang demikian membuat Kevin muak rasanya, jika tidak mampu kenapa harus dipaksakan? Benar-benar tidak patut ditiru
“Kevin jaga ucapanmu!” ucap Dea merasa Kevin tidak seharusnya ikut campur dengan urusan ayah dan kakak tertuanya, bukankah tadi pagi remaja itu sudah berjanji akan lebih berhati-hati? tapi nampaknya Kevin kembali lepas kendali
“Ini semua karena didikan kamu Dea!” ucap Deni menyalahkan Dea, karena yang dia ketahui Dea sangatlah dekat dengan Kevin, ayah mereka selalu mengatakan pada Deni Kevin lebih sering berada di sisi Dea maka dari itulah Deni menyalahkan Dea karena sikap Kevin yang kurang baik menurutnya
“Cukup! Kakak nggak tahu apapun tentangku!” pekik Dea tidak terima dengan ucapan kakaknya, untuk sejenak suasana meja makan itu menjadi sangat menegangkan karena kemarahan Dea
“Aku sudah kenyang!” ucap Dea meninggalkan meja makan dengan perasaannya yang terluka, ini adalah hari pertama Deni dirumahnya, bagaimana bisa dia mempertanyakan didikan dea pada Kevin?
Padahal selama ini dia sudah berusaha menjadi kakak yang baik untuk Kevin, dia sudah berusaha semaksimal mungkin menjadi kakak yang sempurna, apakah itu kurang? Disaat dirinya membutuhkan sosok kakaknya untuk menuntutnya ke jalan yang benar tapi apa yang terjadi?
Bahkan tak sekalipun kakaknya itu menampakan dirinya saat dia membutuhkan elusan hangat di kepalanya, padahal dia juga sama seperti anak perempuan lainnya yang ingin di manja oleh kakaknya sendiri, dia ingin menikmati harinya sebagai seorang adik bukan hanya sebagai kakak untuk Kevin saja
“Dea! Habiskan makananmu! Tidak baik buang-buang makanan!” ucap Martin saat Dea sudah melangkahkan kakinya menjauh dari meja makan itu, untuk sejenak Dea mengusap air matanya yang sudah keluar karena perasaan kecewanya, dia berusaha untuk tersenyum kendati hatinya benar-benar terluka
Dea sadar tidak baik menyisakan makanan apalagi para petani harus menghabiskan waktunya di sawah untuk mengambil hasil alam untuk masyarakat makan, dengan keteguhan hati dan keikhlasan, Dea akhirnya berbalik dan duduk kembali makan dengan cepat sambari berusaha terlihat baik-baik saja
“Ayahh!” lirih Kevin ikut merasa sedih atas keadaan kakaknya, dia salah satu seorang adik yang amat sangat menyayangi kakaknya, melihat Dea demikian membuat hatinya seketika hancur, Kevin tidak bisa membayangkan jika di posisi itu adalah dirinya, dia benar-benar tidak habis pikir dengan kedua orang tuanya yang memperlakukan Dea demikian, padahal Dea sama sekali tidak pernah berbuat aneh-aneh selama ini
“Aku sudah menghabiskan makananku yah!” ucap Dea datar, sedangkan Kevin menahan sesak dadanya karena kembali mendapati kakaknya mengalah, tidak! Kevin tidak siap dengan semua itu, dengan segera dia pergi dari sana tanpa perduli dengan teriakan ayahnya dan juga Dea yang menatapnya penuh dengan harapan meminta dia duduk kembali
Tapi bukan Kevin namanya jika dia akan menuruti siapapun begitu saja, dia tidak sama seperti Dea yang bisa menuruti perintah ayahnya begitu saja, dia bukan Dea yang bisa menepiskan egonya sendiri
jurang kali Thor 🤣🤣✌️
kasihan
tapi Dea tetap milih nathan pada akhirnya
semangat terus menulisnya