NovelToon NovelToon
My Annoying Lecturer (I Love You)

My Annoying Lecturer (I Love You)

Status: sedang berlangsung
Genre:dosen / Berbaikan / Dikelilingi wanita cantik / suami ideal
Popularitas:14.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rash1417

Aisyah Az-Zahra, mahasiswi semester akhir yang suka membuat onar dan suka memberontak hingga kedua orangtuanya pusing tujuh keliling dibuatnya.

Abimanyu Dewantara, seorang dosen yang terkenal galak. Para mahasiswanya menjulukinya 'dosen killer'. Namun demikian, ia tetap menjadi idola para mahasiswi karena ketampanannya.

Tapi hal itu tidak berlaku buat Aisyah, ia justru sangat membenci lelaki itu. Pasalnya, ia sering mendapat hukuman dari Abimanyu karena ia selalu membuat kesal sang dosen. Keduanya sudah seperti Tom and Jerry, selalu ribut dan tak pernah akur. Namun, siapa sangka, mereka berdua harus dipersatukan dalam ikatan pernikahan melalui perjodohan yang dilakukan oleh kedua orang tua mereka.

Bagaimana kehidupan pernikahan Tom and Jerry tersebut? Akankah pernikahan itu terjadi dan timbul cinta diantara keduanya? Atau mereka akan menolak perjodohan itu?

Ikuti kisah perjalanan mereka dalam 'My Annoying Lecturer (I Love You)'.

Update setiap hari

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rash1417, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15 Minta maaf

Abi baru saja tiba di Universitas Pelita Bangsa. Dia turun dari mobil dan langsung disambut dengan tatapan memuja dari para mahasiswanya, bahkan banyak dari mereka yang berteriak memanggil namanya. Sudah seperti fans yang bertemu dengan idolanya.

Abi berjalan menatap lurus ke depan. Sapaan-sapaan dari mahasiswi nya hanya dibalas dengan anggukan kecil saja. Seperti biasa dengan wajah tanpa ekspresi.

Abi berbelok untuk menuju ruangannya. Namun, tak sengaja netranya menangkap sosok Aisyah yang sedang berbincang bersama teman-temannya di ujung koridor, berlawanan arah dengan jalan yang Abi tuju. Ia pun memutar langkahnya mendatangi tempat dimana Aisyah berada.

"Pagi pak Abi!" sapa Tina yang melihat kedatangan Abi.

"Pagi," balasnya tanpa menatap Tina. Matanya hanya terfokus pada satu titik, yaitu Aisyah.

"Ikut ke ruangan saya sebentar," ucapnya tanpa tedeng aling aling.

"Saya pak?" tanya Aisyah untuk memastikan.

"Ya iyalah, kan saya lihatnya ke arah kamu." Abi berkata dengan ketus membuat Aisyah cemberut.

"Mau ngapain pak?"

"Ikut saja jangan banyak tanya." Abi berbicara ketus lalu pergi begitu saja.

"Semalam aja baik banget, sekarang malah balik lagi kayak biasa." Aisyah bersungut-sungut kesal.

Tina dan Shella yang mendengar menatap tak percaya. Saat Aisyah hendak pergi, tangannya di tarik oleh Shella sehingga ia terpaksa berbalik.

"Jelasin sama kita apa yang sudah terjadi antara Lo sama pak Abi semalam," ucap Shella menuntut penjelasan.

"Apa sih, jangan berpikir terlalu jauh. Nggak ada yang harus dijelaskan antara gue sama pak Abi. Udah ah, gue pergi dulu. Nanti kalo kelamaan bisa ngamuk itu singa jantan." Aisyah melepaskan pegangan tangan Shella lalu melangkah meninggalkan ke dua temannya yang masih penasaran.

...****************...

"Ada apa bapak nyuruh saya ke sini?" Aisyah bertanya saat dirinya sudah berada di ruangan Abi dan duduk tepat dihadapannya dosennya itu.

"Mana bab satu kamu, kapan akan kamu serahkan ke saya? Ini sudah dua minggu loh dan hanya kamu yang belum menunjukkan hasil apapun," cecar Abi membuat Aisyah nyengir kuda.

"Hehe, belum siap pak. Masih setengah nya yang saya kerjakan."

Abi menghela napas melihat kelakuan mahasiswi nya yang satu ini. "Sudah dua minggu tapi kamu belum menyelesaikannya?"

"Maaf pak!"

Abi menatap lekat wajah Aisyah. "Gimana masalah kamu sama orang tua kamu?" tanya Abi yang keluar dari topik pembahasan. Ia tak tega memarahi gadis itu, berbeda dari yang sebelumnya.

"Ya gitu lah pak, saya masih belum berani pulang. Saya ... " Aisyah tertunduk, tak sanggup untuk mengatakannya.

"Merasa bersalah?" Aisyah mengangguk sebagai jawaban.

"Saya yakin orang tua kamu pasti akan memaafkan kamu. Karena bagaimana pun kamu itu anak mereka, tidak ada orang tua yang sanggup marah lama-lama pada anaknya."

Mata Aisyah berkaca-kaca mendengar perkataan Abi. Dia memang merasa bersalah pada ayahnya dan tidak mendengarkan kata-kata ayahnya waktu itu. Padahal ayahnya sudah memperingatkannya.

Nasi sudah menjadi bubur, semuanya sudah terjadi. Yang Aisyah rasakan sekarang adalah penyesalan. Tapi, dirinya masih enggan untuk pulang, dia malu pada ke dua orang tuanya.

"Sebaiknya kamu pulang dan minta maaf sama orang tua kamu. Jangan pernah ulangi lagi kesalahan kamu. Tidak ada salahnya kan kamu mengikuti kemauan orang tua kamu. Toh apa yang mereka lakukan itu juga demi kebaikan kamu. Tidak ada orang tua yang mau membuat anaknya menderita. Semua orang tua pasti ingin anak-anaknya bahagia."

Aisyah semakin sesenggukan mendengar nasihat Abi. Selama ini dirinya memang tidak pernah menurut pada orang tuanya. Aisyah selalu melakukan sesuatu sesuai kehendaknya sendiri. Kata-kata Abi membuat Aisyah sadar kalau selama ini dia belum menjadi anak yang baik.

Aisyah menangis sampai bahunya bergetar. Entah apa yang merasuki Abi, lelaki itu beranjak dari duduknya dan mendekati Aisyah. Tanpa permisi ia langsung memeluk Aisyah dan Aisyah sendiripun tidak menolaknya. Karena memang itulah yang dia butuhkan saat ini.

...****************...

Lama Aisyah merenung dan ia sudah memikirkannya. Sebagai anak, dia memang harus lebih mengalah. Aisyah memutuskan untuk meminta maaf pada ayahnya. Aisyah tidak ingin dirinya larut dalam rasa bersalah seumur hidupnya dan Aisyah tidak ingin menjadi anak durhaka.

Selepas Maghrib Aisyah bersiap-siap untuk ke rumahnya menggunakan ojek online. Tak lama kemudian, ojek yang dipesannya datang.

Butuh waktu dua puluh menit untuk sampai di kediaman orang tuanya. Setelah membayar ongkosnya, Aisyah berdiri sambil memandangi rumah besar dengan tiga lantai itu. Rumah yang ia tempati sejak lahir. Rumah tempat ia menghabiskan masa kecilnya bersama keluarganya. Rumah yang ia tinggalkan beberapa bulan lalu.

Aisyah sangat merindukan rumah itu, Aisyah rindu dengan suasananya. Aisyah rindu dengan ayah dan ibunya. Setelah mengumpulkan keberanian, Aisyah pun melangkah dengan pasti memasuki gerbang yang sudah di buka oleh satpam ketika melihat anak majikannya itu pulang.

Sebelum masuk rumah, Aisyah berdoa dalam hati semoga orang tuanya mau memaafkannya.

"Bismillah," ucapnya lalu menekan bel.

Terdengar sahutan dari dalam, pintu terbuka dan tampak bik Imah yang tampak shock melihat anak majikannya berdiri tepat di hadapannya.

"Non Aisyah! Ya ampun non, non kemana aja. Kenapa nggak pernah pulang." Baik Imah memeluk Aisyah yang sudah dia anggap seperti anaknya sendiri itu.

Setelah puas, bik Imah pun melepaskan pelukannya. Wanita bertubuh tambun dengan uban yang menghiasi rambutnya itu menatap penuh dengan kerinduan.

"Non apa kabar nya?"

"Aisyah baik kok bik. Ayah sama ibu ada di rumah kan?"

"Ada non. Ya ampun bibik sampe lupa. Ayo non masuk, tuan sama nyonya pasti senang banget lihat non pulang ke rumah."

Bik Imah mengajak Aisyah masuk lalu membawanya ke ruang makan tempat majikannya berada.

"Tuan, nyonya. Lihat siapa yang datang," ucapnya membuat majikannya itu berbalik.

Alangkah terkejutnya mereka saat melihat anak gadisnya berdiri sambil tersenyum.

"Aisyah!" Aminah menghampiri putrinya lalu memeluknya erat. Wanita itu menangis.

"Masyaallah, akhirnya kamu pulang juga nak. Ibu kangen sekali sama kamu."

"Aisyah juga kangen sama ibu. Maafin Aisyah Bu, maaf karena Aisyah sudah pergi dan meninggalkan ibu." Rasa bersalah Aisyah semakin besar saat melihat ibunya yang tampak lebih kurus dari sebelumnya. Dia merasa berdosa telah membuat ibunya harus mengalami hal ini.

Setelah puas dan melepaskan rindu, Aminah melepaskan pelukannya dan menatap wajah sang anak yang sudah lama tak ia lihat.

Kemudian Aisyah beralih pada ayahnya yang sejak tadi hanya berdiri dan melihat saja. Perlahan Aisyah berjalan mendekati sang ayah.

"Ayah," ucapnya dengan suara bergetar. Rasa bersalahnya kepada sang ayah membuat penyesalannya semakin dalam.

"Ayah." Aisyah memeluk Husein sambil menangis. "Maafin Aisyah, Yah. Aisyah udah salah sama ayah. Huhuhu."

"Aisyah udah nggak dengerin nasihat ayah. Aisyah udah jahat sama ayah, hiks ... hiks ... ." Aisyah terus menangis sambil menyalahkan dirinya, tapi Husein hanya diam saja. Pria paruh baya itu hanya diam saja. Namun wajahnya sudah basah dengan air mata.

"Aisyah anak durhaka, Yah. Aisyah bukan anak yang berbakti. Harusnya Aisyah dengerin kata-kata ayah waktu itu. Sekarang Aisyah menyesal, Yah. Maafin Aisyah."

Husein mengelus punggung anaknya agar sang anak bisa lebih tenang. "Sudah, jangan terus menyalahkan diri kamu. Seharusnya ayah yang minta maaf, Ayah juga sudah bersalah sama kamu. Harusnya ayah tidak memaksakan kehendak ayah sama kamu," tutur Husein setelah lama ia terdiam.

Masih dalam pelukan ayahnya, Aisyah menggelengkan kepala mendengar ucapan sang ayah.

"Nggak. Ayah nggak salah, Aisyah yang salah."

Husein mengurai pelukan mereka, ia tatap wajah anaknya lalu menghapus air matanya. "Anak ayah nggak pernah salah, ayah saja yang tidak bisa lebih bersabar menghadapi kamu. Ayah minta maaf ya nak." Kata-kata lembut dari Husein membuat Aisyah secara otomatis menganggukkan kepalanya.

"Aisyah juga minta maaf sama ayah."

"Iya. Ayah maafkan Aisyah. Sekarang jangan nangis lagi ya." Sekali lagi Aisyah mengangguk. "Kamu sudah makan?" Aisyah menggeleng sebagai jawaban. "Kita makan dulu ya, setelah ini kita ngobrol sama-sama."

Aisyah tersenyum sambil mengangguk dengan semangat. Penyesalan dalam hatinya kini berangsur memudar. Akhirnya Aisyah bisa meminta maaf secara langsung. Benar apa yang dikatakan Abi, tidak ada orang tua yang tidak akan memaafkan kesalahan anaknya. Aisyah berjanji, besok dia akan berterimakasih pada dosennya itu.

...****************...

1
Zayyin Arini Riza
cerita bagus dan sangat menghibur
Rash1417: terimakasih
total 1 replies
Sri Rahayu
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!