NovelToon NovelToon
Kubalas Kesombongan Keluarga Suamiku

Kubalas Kesombongan Keluarga Suamiku

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Balas Dendam / Berbaikan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir / Penyesalan Suami / Tamat
Popularitas:74.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ika Dw

"Kau hanyalah sampah yang dipungut dan dijadikan ratu oleh putraku. Bagiku sampah tetaplah sampah! Sampai dunia kiamat pun, aku tidak akan pernah merestui hubungan kalian!"

Cacian begitu menyakitkan telah dilontarkan oleh wanita tua, membuat gadis muda yang bernama Diana Prameswari hanya bisa menangis merutuki nasibnya yang begitu buruk.

Semenjak masih bayi dia sudah terpisah dari orang tua kandungnya, dia ditemukan di semak-semak dan dipungut oleh seorang wanita tua yang tidak memiliki keturunan.

Bertemu dengan seorang pria tampan yang begitu terobsesi oleh kecantikannya dan mengajaknya untuk membina rumah tangga, membuatnya bahagia. Diana berpikir keluarga dari suaminya akan merestui hubungannya, tapi sebaliknya, keluarga suaminya sangat membencinya karena ia hanyalah wanita miskin yang tidak memiliki apa-apa.

Mampukah Diana bertahan hidup bersama keluarga suaminya yang tidak pernah menghargainya?

Penderitaan seperti apa yang dirasakan Diana ketika tinggal bersama mertuanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 06. Dokter Penyelamat

"Tolong ..! Tolong ..! Ada mayat!"

Suara riuh warga yang hendak berkebun memetik kopi, dihebohkan dengan penemuan seorang wanita yang dianggap sudah mati karena kondisi wajahnya sudah tak bisa dikenali dengan darah segar yang membanjiri mukanya.

Ada banyak warga mengurungkan niatnya untuk bekerja dan memutuskan untuk memberikan pertolongan pada wanita yang terdampar di kebun kopi yang siap dipetik.

Karena posisi mereka juga agak jauh dari jalanan, membuat mereka agak kesulitan untuk melakukan evakuasi.

"Jangan gegabah, kita harus mencari pertolongan. Kalau kita membawanya ke atas, yang ada kita dianggap sebagai penjahat, alangkah baiknya kita lapor pada pihak berwajib untuk menyelidikinya."

Salah satu warga berinisiatif ingin menghubungi pihak berwajib untuk melakukan penyelidikan, namun diantaranya berpikir, akan membutuhkan waktu yang cukup lama pihak berwajib datang ke lokasi.

Tempat itu memang cukup jauh dari pemukiman warga, tetapi sebagian dari warga berpikir alangkah lebih baiknya jika mencari bantuan lain untuk membawanya ke rumah sakit.

"Tapi tunggu, sepertinya dia masih hidup, baru saja tangannya bergerak. Kita harus segera menolongnya, coba diantara kalian ada yang meminta bantuan, siapa tau saja di atas sana ada kendaraan yang melintas."

Akhirnya dua warga bergegas menaiki bukit, di atas sana memang ada jalan pintas yang biasanya digunakan orang untuk menempuh perjalanan agar lebih dekat menuju desa sebelah.

Tidak disangka, dari jarak yang tidak cukup jauh ada sebuah mobil sedan putih yang hendak melintas, dua warga itu langsung menghalangi perjalanan mereka.

"Tolong berhenti!"

Perlahan mobil itu berhenti, mereka yang di dalam mobil sempat ketakutan karena dihadang oleh orang yang tidak dikenal.

"Tuan, siapa mereka? Kenapa mereka menghadang kita Tuan? Kalau sampai mereka berniat jahat pada kita~~

Sang sopir mulai dilanda kegelisahan. Ia yang tidak punya keahlian bela diri, tidak punya keberanian untuk melawan orang-orang yang dianggapnya sebagai penjahat.

Sedangkan majikannya nampak tenang, walaupun ada rasa takut ia coba untuk bersikap tenang. Tujuannya ingin segera sampai ke rumah sakit karena ada jadwal operasi, kini harus ditunda karena ada insiden yang tak terduga.

"Tenanglah Pak Salim, jangan panik. Lebih baik ayo kita keluar untuk menemui mereka. Kita kan nggak tau apa maunya mereka, jika saja mereka orang-orang jahat, pasrahkan diri kita pada Allah, berdoa yang baik, semoga kita masih dikasih kesempatan buat hidup dan bisa membantu orang lain yang membutuhkan."

Seorang dokter dengan pakaian dinasnya keluar dari dalam mobil dan diikuti oleh sopir pribadinya.

Walaupun jantung mereka sudah maratonan, tapi sang dokter mewanti-wanti sopirnya agar tidak menunjukkan kepanikan.

"Maaf Tuan, kami sudah menghalangi jalan anda, tapi kami mohon pertolongan anda. Ada seorang wanita yang terjatuh ke bawah dan sepertinya masih hidup, kami kesulitan untuk melakukan evakuasi, sudikah anda memberikan pertolongan dan membawanya ke rumah sakit. Siapa tahu saja nyawanya masih bisa diselamatkan, kalau harus menunggu pihak berwajib datang ke sini, kami rasa akan mengulur banyak waktu, kasihan banget sama korban."

Dokter bernafas lega, seketika ketakutan pudar, begitupun juga dengan sang sopir, dia berucap syukur karena masih ada kesempatan untuk hidup.

Dokter berpikir sejenak, sebenarnya ia ada jadwal padat dan harus segera melakukan tindakan operasi terhadap pasiennya, namun di sisi lain, ada seseorang yang juga membutuhkan bantuannya. Mengingat nyawa seseorang itu tergantung padanya, ia pun akhirnya menurunkan egonya dan berniat untuk menolong korban terlebih dahulu.

"Baiklah, saya akan membantu, tapi bagaimana caranya agar korban sampai di sini? Soalnya jarang tempuh ke bawah sana juga lumayan jauh, apa ada jalan lain buat mobil saya bisa sampai ke sana?" tanya Dokter.

Dua orang pekerja pemetik kopi itu cukup memahami jalanan yang ada di situ. Karena mereka hampir setiap hari melewati dan bekerja di sekitaran tempat itu.

Mereka akhirnya mengajak sang dokter untuk melewati jalan memutar agar sampai ke bawah dengan waktu yang lebih cepat.

"Alhamdulillah, akhirnya ada orang baik datang."

Warga yang ada di bawah langsung berucap syukur karena ada pertolongan yang datang untuk membantu evakuasi korban.

***

Sesampainya di rumah sakit, korban langsung mendapatkan perawatan intensif.

Tak ada satupun orang yang mengenali korban hingga membuat dokter agak kesulitan untuk melakukan tindakan.

Namun dokter Yuda, yang sudah melakukan pertolongan, memberikan penanggung jawaban terhadap korban yang belum diketahui identitasnya.

"Lakukan tindakan yang terbaik buat korban, saya yang akan bertanggung jawab. Lakukan juga laporkan juga pada pihak berwajib mengenai orang hilang, siapa tahu saja korban masih tergolong masyarakat di sekitar sini."

Dokter Yuda langsung bergegas menuju ruang operasi karena beliau sudah ditunggu-tunggu kedatangannya oleh keluarga pasien yang hendak melakukan operasi.

Walaupun ia tengah menangani pasien, pikirannya selalu tertuju pada wanita yang sudah ditolongnya. Entah kejadian apa yang sudah menimpanya hingga membuatnya celaka dan untung saja nyawanya masih tertolong.

"Kasian sekali nasib anak itu. Siapa gerangan? Di mana keluarganya berada? Tentunya orang tuanya tengah melakukan pencarian terhadap anaknya yang hilang."

Kurang lebih sekitar dua jam ia keluar dari ruang operasi dan kembali ke ruang ICU untuk melihat kondisi korban.

Ia tidak bisa tenang, seakan-akan ia memikul tanggung jawab besar terhadap orang yang ditolongnya.

"Suster, bagaimana kondisi pasien? Apa dia sudah sadar?"

Dokter Yuda mendekati pasien muda yang sudah terlihat wajahnya yang tak lagi mulus, karena sudah terdapat banyak luka dan membuatnya cacat bagian wajah.

Dokter menatap dalam-dalam wajah wanita yang tengah memejamkan matanya, sangat familiar wajah itu, tapi ia tak bisa mengenalinya dengan baik.

"Dokter, pasien belum sadar dari komanya, kasihan sekali dia. Tak satupun ada Keluarganya yang mengetahui keberadaannya saat ini."

Dokter Yuda menghela nafas dan menarik kursi duduk di sebelah berankar menemani wanita koma itu.

Ia benar-benar tidak tega mengabaikannya. Hatinya selalu tergetar untuk membantunya keluar dari masa kritisnya.

"Jangan bilang dia tidak memiliki keluarga, di sini saya lah yang bertanggung jawab, itu berarti, dia bagian dari keluarga saya. Saya minta tolong, jaga dia dengan baik, berikan obat yang paling bagus, jika sewaktu-waktu dia sudah sadar, tolong beritahu saya."

Dokter Yuda beranjak dari tempat duduknya dan keluar untuk menuju ruangannya.

Dilihatnya foto sang istri yang terpajang di meja kerjanya sebagai penyemangatnya selama ini.

Ia duduk dan mengambil pigura kecil itu lalu dibelainya gambar istrinya yang mengalami gangguan jiwa setelah kehilangan anak bayinya delapan belas tahun yang lalu.

"Istriku, maafkan aku. Selama ini aku masih belum bisa menemukan keberadaan anak kita. Aku berharap kita masih ada kesempatan untuk bisa bertemu dengannya, dan aku juga berharap kamu bisa kembali pulih seperti sedia kala. Semua ini gara-gara wanita licik itu. Aku bersumpah, tidak akan kubiarkan hidupnya bahagia. Gara-gara ulahnya, istriku menderita!"

1
Rara Nospan
makin seru
Rara Nospan
jangan egois dong Arya
Rara Nospan
jgn² wanita ular yg dimaksud dr.Yuda adalah mertuanya Diana
Rara Nospan
sadis bangat😭😭😭
Rara Nospan
bikin emosi bacanya😡
Heryzal Chanharja
bagai mana dgn karin selesai begitu aja
Eni Eni
masa alka tidak punya fotonya diana.... memangnya ini jamannya apa....
Dessy Christianti
Luar biasa
Dessy Christianti
Lumayan
Muhyati Umi
kesalahan aeka juGa. sudah tau ibunya ga suka malah suruh tinggal serumah bahkan ditinggal pula
Muhyati Umi
apakah Diana anaknya dr Yuda?
Muhyati Umi
orang jahat cocoknya cama orang jahat. maleka sama Karin sama2 jahat
Muhyati Umi
harusnya alka mencarikan tempat yang aman dan nyaman buat istri sudah tau keluarnya kek gitu. Carikan aja rumah kontrakan daripada serumah dengan mertua jahay
Srie Sifa
akhirnya ketemu keluarganya
Mimy Laxmy Devee
mantap
Mimy Laxmy Devee
dokter lebih tau dgn tes DNA, kok tidak dilakukan ya
Riya Umar
Kecewa
Riya Umar
Buruk
Ipoen She Mandja
lanjut lagi donggg
Sumar Sutinah
hadeh alka suami macam apa istri g d belikan hp dn g d kasih nafkah uang katanya orang kaya apa d rmh g ada cctpnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!